Date

209 36 13
                                    

"Dunia itu bisa berubah, termasuk cara penyikapan gue ke orang yang gabisa diramahin kaya lo."

Hi guys! Sorry for the late update ya..
Btw, February 19, I'm officially 16 y.o🎉. Jadi main sampe malem dan kelupaan nulis:( maaf banget ya.

So, enjoy this part!

"Rapih banget lo kak? Mau kemana?" Tanya seorang gadis berambut pendek dengan pakaian rapih sudah tersemat di tubuhnya.

"Bukan urusan lo. Lo rapih gitu aja gue ga perduli." Ketus Hujan langsung di depan wajah gadis yang bertanya padanya itu.

Terusan kuning muda yang dilengkapi mini bag dan sepatu putih membuatnya tampak sangat cantik dan polos. Rambut yang diikat setengah pun menggambarkan kesederhanaan dan kedewasaan dari gadis yang susah payah menahan sakit hatinya tiap waktu.

"Dih. Sirik lo. Gue mah jelas mau pergi sama tunangan gue." Tak kapok dengan segala cara, Ia masih percaya Hujan tak pernah selesai dengan masa lalunya.

"Gue ga nanya, dan..sama. gue juga mau jalan sama cowok gue." Sahut Hujan dengan wajah dan nada yang santai. Gadis bernama Xabiru itu tak bisa memprediksi bahwa hati gadis itu pun agak kecewa mendengar dengan siapa sang adik pergi malam ini.

Biru mengerutkan wajahnya tak senang, dia benar benar kesal sekarang.

Bukan malam minggu, besok juga tidak libur. Namun entah mengapa mereka bisa bersamaan pergi keluar untuk mungkin sekedar makan malam.

Dan sialnya..

"Loh, ngapain lo disini?"

James menghentikan langkahnya, dikala seorang perempuan dengan rambut pendek dan terusan hitam berdiri tepat di depannya dan Hujan.

Mereka saat ini sama-sama terdiam, di sebuah parkiran restaurant yang tergolong cukup mewah.

Tatapan mata Hujan bertemu dengan seorang yang terlalu tampan untuk tak ditatap. Setelan hitam yang selalu khas dengan dirinya, dan wangi parfum yang tak pernah Ia lupakan itu tetap tercium walau ada jarak di antara mereka.

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain disini?" James menjawab dengan nada tak senang pada gadis yang tingginya hampir setara dengannya karena high heels yang menolong itu. Berbeda dengan Hujan yang tetap tampak mungil karena flat shoes putih yang dipakainya.

"Ngedate lah sama tunangan gue! Iyakan sayang?" Biru langsung menarik tangan Nuel ke sisinya, dengan sadar Hujan langsung mengalihkan pandangan itu, mungkin karena terlalu fokus pada James, Xabiru sampai tak memperhatikan kemana tatapan Hujan yang begitu dalam barusan. Bisa gagal usaha Hujan selama ini.

"Gue juga ngedate sama cewek gue." Tangan James dengan cekatan menarik pinggang Hujan dengan sangat mesra. Yang ditarik pun tak merespon apa apa dan malah menerima.

Kepalan tangan seorang pria berusaha ditutupi namun tak berhasil, ada yang sedang sangat emosi melihat pinggang yang biasanya Ia rangkul harus dirangkul oleh pria lain tepat di depannya. Namun Ia tak bisa melakukan apa apa dan malah digandeng oleh seorang rubah berkedokan wanita.

"Gimana kalo kita double date?" Spontan seorang wanita tak tau malu yang masih penasaran dengan hubungan absurd ketiga orang ini.

"Lo gi-"

"Ayo aja." Dengan nada percaya diri dan tak bergetar, Hujan meng-iyakan seperti tak ada beban. Pelajaran Jesllyn dan Thea tak pernah salah untuk mendidiknya, mereka yang terbaik.

Kalian bisa menebak apa? Biru malah bergelut dengan pikirannya sendiri di tempat.

"Ah..yaudah ayo." James menuruti gadis yang membawanya ke tempat ini.

"Untuk berapa orang mas, mbak?" Tanya seorang pelayan wanita yang bekerja di restaurant tersebut.

"Reservasi atas nama James Prince dari Single date table, pindah ke double date table ya mbak." James menyahut dan langsung mendapat respon berupa anggukan dan senyuman.

"Silahkan mas, mbak, di lantai tiga." Pelayan tersebut mengarahkan ke arah pintu lift di sisi dekat pintu.

Mereka berempat mengikuti langkah kaki sang pelayan sampai ke sebuah meja di sisi kanan, berpemandangan indah lampu-lampu kota yang dapat dilihat dari sebuah dinding kaca.

"Suka disini?" Tanya James kepada gadis bergaun kuning di sampingnya.

"Nice." Sahut Hujan dengan senyuman manis merekah. Membuat sisi meja depannya merasa kesal dan agak gerah.

"Disini menu yang paling recommend apa ya mbak?" Tanya Biru sembari membolak balikan halaman sebuah buku menu bersampulkan hitam legam.

"Nasi goreng seafood kami kak."

"Kak, lo mau nasi goreng sea-"

"Hujan alergi." Dua suara bariton saling bertabrakan. Keduanya sama sama saling menatap dikala pemeran utamanya malah terdiam karena terkejut.

Biru tertawa renyah dan canggung. Ia spontan menggigit bibir bawahnya.

"Yaudah, gue nasi goreng seafood 1."

"Gue spaghetti carbonara." Spontan Nuel malas membaca menunya lebih lanjut. Moodnya sudah tidak baik sama sekali semenjak bertemu dengan mantan kekasihnya di sebuah restauran sudah bergandengan dengan pria lain.

"Beef steak with mushroom sauce satu ya mbak."

"Aku..Lasagna deh. Ke-"

"Kejuny-" lagi-lagi suara yang bertabrakan membuat mereka terdiam, namun Nuel menyadari posisinya disini, dan memilih untuk diam.

James kembali melanjutkan kata-katanya tanpa memperdulikan Nuel yang sejak tadi berusaha memperhatikan Hujan. Seakan tak tau posisinya. "Kejunya jangan over ya mbak."

"Drink?" Tanya James sebelum sang pelayan pergi.

"Samain."

"Lemongrass tea nya 4." Pelayanan itu mengangguk dan mengulang pesanannya. Lalu pergi kembali ke tempatnya untuk menyerahkan pesanan mereka.

"Kamu tau banget ya selera kakak aku, sayang." Biru tersenyum ke arah pria yang duduk di sebelahnya. Dengan nada yang dibuat selembut mungkin, walaupun semua tau itu hanya rekayasa saja.

"Sebelum jadi sayangnya lo, dia pernah jadi pacar gue. Jadi biarin dia membiasakan diri untuk cewek barunya. Karena lo itu berbanding terbalik sama gue dek." Jawab Hujan santai sebelum Nuel membuka omongan, tangannya diletakan di atas meja dengan anggun, bahkan Ia tak menurunkan tatapan matanya sama sekali terhadap gadis yang duduk berhadapan dengannya.

Wajah Biru sangat menggambarkan wajah seorang yang emosi karena merasa kalah.

"Gue ke toilet dulu."

"Gue juga." Hujan langsung beranjak dari tempat duduknya.

"Ayo, katanya mau ke toilet. Kok diem?" Gadis itu tersenyum manis. Tidak ada sakit hati yang bisa dibalas oleh ketenangan. Ia tak munafik.

Want to continue?
Don't forget to follow me, vote and gimme krisar in comment sect♡

🔥: Kira-kira ada yang bisa nebak kenapa Hujan mau ikut Biru ke toilet?

Cast in this chapter

1. Kanaya Hujan

2. Zanuel Evagas

3. James Prince

4. Kanaya Xabiru


HUJAN | TAMAT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang