31

3.9K 263 12
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Assalamu'alaikum.
Aku update walau vote chapter sebelumnya masih kurang dari target. Yah, gak papa.

Karena bab ini benar-benar ingin aku upload secepatnya.

Lupakan aja permintaan vote aku bab sebelum nya, ya. Se ikhlas kalian aja. Oke

Selamat membaca.

***

Nayla keluar dari mobilnya setelah ia memarkirkannya di dalam garasi. Matahari sudah terbenam sejak dua jam yang lalu, nayla melirik jam tangannya kini waktu menunjukkan pukul 20.32. Bahkan waktu shalat Isya sudah lewat. Badannya letih. Bagaimana tidak, dia sudah berangkat sebelum matahari terbit dan baru pulang setelah matahari terbenam. "Aah.. Aku ingin mandi air hangat dan tidur" Gumamnya.

Nayla membuka pintu kamar, dan meletakkan tasnya di atas meja belajar. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas, lalu melangkah menuju kontak listrik untuk mengisi daya ponselnya.

Nayla melirik ke sekeliling kamar, "kemana dia?" Tanyanya.

Kemudian, mengalihkan perhatiannya menuju kamar mandi dan menyambar handuk di dekat pintu masuk kamar mandi.

****

Adalah sepuluh menit Nayla habiskan untuk mandi. Saat ia melangkahkan kaki ke dalam kamar, dia berhenti pada langkah selanjutnya. Ada Faris yang tengah duduk di atas kursi meja belajar. Faris menatapnya dalam dan tersenyum manis.

"Nay" Salamnya sambil melambaikan tangan.

Nayla tak membalas lambaian tangan itu, dia melangkah lebar menuju pintu kamar, namun Faris dengan cepat menutup pintu kamar sebelum nayla membukanya. "Jangan pergi, kumohon tetaplah di sini, ya" Ucap Faris lembut.

"Huh" Nayla putar badan dan menuju kasur.

"Kamu sudah makan malam? Sudah shalat?" Tanya Faris yang kembali duduk di kursi belajar.

"Sudah"

"Lalu,, Ini apa, Nay?" Faris mengangkat sebuah foto USG.

"Seperti yang dilihat"

Senyum Faris melebar. Hingga tampak gigi-giginya yang tersusun rapi. "Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah. Sudah berapa lama? Bayinya sehat? Keadaan kamu bagaimana? Ingin sesuatu? Atau butuh sesuatu? Katakan saja. Akan ku carikan malam ini juga."

"Gak usah. Gak usah peduli padaku" Nayla berpaling dari reaksi Faris. Dia mulai membaringkan tubuhnya.

"Jangan gitu, Nayla".

"Dia anakku seorang. Gak ada urusannya sama abang" Kata Nayla ketus.

"Astagfirullah nay. Jangan marah.. Maaf kan aku ya."

"Kamu mau dengarkan ayat suci? Kamu mau surah apa? Konon suara ayat suci baik bagi janin."

"Gak usah.. Dia anakku, aku bisa mengurusnya sendiri." Nayla membuka selimut dan menyelimuti tubuhnya. Ia berbaring miring membelakangi Faris yang masih duduk di kursi belajar.

"Ya sudah". Faris tak ingin membuat suasana lebih panas. Lebih baik ia membiarkan nya saja untuk saat ini.

"Ngomong-ngomong, besok aku pergi ke ibu kota untuk melihat hasil bibit sawit yang di uji beberapa bulan lalu. Boleh aku pergi? Jika kamu tidak mengizinkannya, aku akan menunda keberangkatan ku".

Nayla diam tak menggubris.

"Nay, boleh minta satu foto USG nya?" Tanya Faris menatap foto tersebut di atas meja.

Wedding Shock ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang