بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
"Aku akan mengantar ibu pulang. nanti aku akan kesini lagi" Ucap Faris.
Mereka baru saja menginjakkan kaki di rumah sakit tempat Nayla bertugas. Nayla dan Faris berdiri tepat di sebelah mobil. Sementara, ibu duduk didalam mobil. Beliau tengah tertidur. Mungkin rasa lelah membuat tubuhnya yang tua menjadi ngantuk hingga beliau tidur dengan nyenyak.
"Gak usah kesini lagi, bang. Abang antar saja ibu. Dan tidur di rumah. Abang pasti lelah" Nayla tak setuju dengan ucapan Faris. "Maaf, seharusnya aku mengerti. Karena kita baru saja menyudahi acara resepsi, dengan teganya aku meminta kembali kesini selepas maghrib dan buat abang menyetir malam-malam selama dua jam lebih kurang. Abang pasti butuh istirahat. Jadi, tak usah kemari. Kemungkinan operasinya memakan waktu yang cukup lama. Bisa saja pagi harinya operasi ini selesai atau lebih lama dari yang aku bayangkan. Aku akan pulang besok dengan taksi saja. Tak usah abang jemput" Ucap Nayla sendu.
"Jangan katakan seperti itu. Ini sudah kewajiban ku. Aku harus melindungi mu" Faris Menggenggam tangan Nayla. "Kamulah yang lebih lelah daripada aku. Sudahlah nanti kita bahas. Ini sudah pukul 9. Aku belum shalat. Dan pasien mu sedang menunggu dirimu didalam. Jadi, masuklah. Sana!"
Nayla sadar, bahwa dia harus menolong pasiennya. Dia menganggukkan kepala sebagai tanda Terima kasih nya kepada Faris. Nayla membalikkan badannya dan segera berlari ke dalam rumah sakit.
"Nayla" Faris memanggil Nayla sebelum dia menghilang dibalik pintu UGD. "Jangan lupa shalat. Dan berdoa pada Allah. Agar Allah memudahkanmu menyelamatkan pasien itu. Ingat, Allah selalu berasama kamu. Aku juga akan mendoakan yang terbaik untukmu. Semangat!!".
Nayla tersenyum dan kembali menganggukkan kepala nya. Sebelum dia benar-benar hilang dibalik pintu rumah sakit.
Faris menghembuskan nafas. Hari ini menurutnya begitu lelah. Namun, dia bahagia.
Dia masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari ini dia sadar bahwa saat ini bukan dirinya saja yang akan dia urus, namun sudah ada orang lain yang harus dia bimbing baik secara dunia maupun akhirat.
****
Dibalik pintu itu, Nayla tak hentinya tersenyum. Hatinya terasa hangat. Inikah yang dirasakan para pecandu cinta. Hingga seseorang yang pandir dapat mengeluarkan syair-syair indah. Dan seorang yang cerdas menjadi bodoh dihadapan kekasih hatinya.
Entahlah. Nayla memukul wajahnya. Bukan itu yang harus dia pikirkan saat ini. Dia meraba ponselnya. Segera menelepon seseorang yang begitu penting dalam penyelamatan seorang keturunan Nabi Adam.
"Hallo, assalamu'alaikum, Prof" Sapa Nayla.
".... "
Nayla menghembuskan nafasnya. Dan berusaha tenang "jadi begini, Prof. Pak Hasan yang kita operasi kemarin lusa itu, sekarang sedang kritis. Donor jantungnya menolak terhadap tubuhnya. Hingga membuat darah yang mengalir ke jantung menjadi tidak stabil sampai ke otak dan membuat dia tak sadarkan diri. Begitu lah kurang lebih diagnosa ku saat ini, Prof. Aku baru saja sampai dari kampung. Nissa yang memberitahukan keadaan pak hasan tadi maghrib. Jadi apa yang harus aku lakukan, Prof?! Tolong kasih aku saran yang baik untuk menyelamatkan nya." Jelas Nayla. Dia menelepon dengan setengah berlari ke arah ruang inap, terlihat dari kejauhan beberapa perawat dan dokter sedang mengeluarkan brankar Pak Hasan menuju ruang operasi yang tak jauh dari ruang inap.
Dari sana juga terlihat keluarga pasien yang dengan setia menemani. Mereka turut mendampingi suka dan duka pasien.
Prof. Zikri menjelaskan apa yang harus dilakukan Nayla untuk menyelamatkan Pak Hasan. Sambil berjalan Nayla mendengarkan ucapan Prof. Zikri dengan serius. "Terima kasih, Prof" Tutup Nayla. Telepon ditutup saat Nayla tiba di dekat pasien dan para dokter dengan beberapa nasihat dan semangat dari Prof. Zikri.
Kemudian dia beralih ke arah para dokter dan suster. "Kalian mau membawa Pak Hasan ke ruang operasi?" Tanya Nayla memastikan.
"Iya, Nay" Jawab Nissa.
Nayla juga ikut mendorong brankar Pak Hasan "Baiklah. Bawa beliau ke sana, aku akan bersiap. Aku sudah menelepon Dokter Yusuf. Dokter spesialis jantung yang kemarin menemani kita saat operasi pasien juga turut membantu untuk malam ini. Syukurlah dia menghabiskan waktunya hanya di rumah saat libur akhir pekan ini. Jadi, dia siap membantu kita. Kemungkinan saat ini Dia sedang dalam perjalanan". Mereka berhenti di depan pintu operasi, beberapa perawat tengah menegaskan kepada keluarga pasien untuk berhenti di sini saja, karena didalam adalah ruangan sterilisasi. Nayla dan Nissa juga berhenti tepat di depan pintu. "Oh iya, dokter anatesinya sudah ada atau belum?"
"Belum, Nay" Nissa
Nayla mengangguk paham dan memikirkan solusinya. "Kita minta tolong saja sama dokter Naura. Barang kali dia bisa membantu. Jangan lupa, Kamu siapkan alat bantu operasinya dan juga beberapa kantung darah golongan A dengan rensus plus (A+)"
Nayla menghampiri keluarga pasien yang berhenti di depan ruang operasi. Sementara Nissa berlalu meninggalkan Nayla dan memasuki ruang operasi.
"Ibu. Kami akan menolong pak Hasan dengan usaha yang maksimal. Oleh karenanya ibu juga jangan lupa berdoa yang maksimal juga. Karena usaha dan doa selalu berdampingan. Dan mohon percayakan semua proses operasi kepada kami. Karena bapak juga seorang bos bagi kami. Percayalah kami akan berusaha yang keras agar menyelamatkan penyakit bapak. Ibu yang kuat, ya?!" Nayla berucap dengan lemah lembut. Tangannya menggenggam erat istri pak Hasan. Sementara, Air mata terus mengalir deras dipipi istri pak Hasan yang sudah tampak keriputannya.
"Kalau boleh tau, apa yang terjadi dengan jantung papa, dok?" Tanya anak pak Hasan, Ridho. Dia adalah lelaki yang memiliki tinggi yang cukup dengan badan yang proposional. Kulitnya tidak putih namun juga tidak hitam. Rambutnya bergelombang dan dapat dikatakan memiliki wajah yang tampan. Tapi, dengan keadaannya saat ini, ketampanan nya sedikit memudar. Bagaimana tidak, baju yang dia kenakan sudah berantakan dan dibeberapa bagian tampak kusut. Rambutnya juga awut-awutan. Wajahnya terlihat lelah. Tangannya memangku ibunya yang sedang bersedih.
"Menurut diagnosa saya, Jantung yang diterima Bapak Hasan mengalami penolakan. Kemarin pagi, saat saya memeriksa keadaannya, beliau masih baik-baik saja. Namun petang ini jantung tersebut mengalami kesulitan untuk memompa darah. Kemungkinan yang terjadi adalah katup jantung mengalami disfungsi. Dimana, katup jantung tersebut tidak berjalan normal seperti kebanyakan jantung yang bekerja pada umumnya di tubuh manusia. Saya harus memasang sebuah alat bantu, agar katup jantung tersebut kembali berjalan normal" Nayla menjelaskan apa yang terjadi kepada keluarga pasien dengan baik-baik.
"Tolong bantu papa, dok. Sebenarnya beliau meminta anak lelakinya ini untuk menjadi dokter seperti papanya, tapi dia malah bercita-cita menjadi pelukis dan memamerkan lukisannya di galerinya sendiri. Mungkin saja saat ini anakku ini menyesal. Jadi, aku mohon bantulah suamiku itu kembali sembuh dok. Kumohon" Dengan derai air mata istri pak hasan meminta tolong kepada Nayla. Kalimat yang ibu itu keluarga bernada harap dan kecewa sekaligus sedih.
Nayla hanya tersenyum getir. "Aku akan berusaha maksimal dan memasang katup jantung terbaik di dunia" Ucapnya meyakinkan
****
"Ibu tidur saja didalam. Kunci saja pintunya, bu. Kemungkinan operasi yang Nayla lakukan akan berjalan lama. Bisa jadi pagi hari baru selesai. Jadi, Aku akan menemaninya disana" Ucap Faris lembut.
"Baiklah, nak" Ibu membuka pintu, tapi kembali berbalik "kamu memang pria yang baik. Ibu tidak akan khawatir lagi" Ibu tersenyum penuh arti.
Faris kembali melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Nayla memperjuangkan hidup dan mati seseorang.
*****
Jangan lupa vote dan comment nya^^
Jazakumullahu khairan
1 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Shock ✔
RomanceNayla seorang gadis berumur dua puluh empat tahun. Dia adalah seorang dokter umum yang sedang menjalani pendidikan spesialisasi bedah. Suatu hari ibunya meminta dia untuk segera pulang dan berkunjung ke kampung halamannya, sebab akan ada sebuah acar...