بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Saat ini jarum jam menunjukkan pukul 8.25 malam. Seharusnya Nayla sudah sampai di rumah. Ibu masih setia menunggu gadis kecilnya pulang, sesekali dia melihat jam, mengecek ponsel dan berdiri lalu duduk kembali. Ibu mana yang tak khawatir dengan anaknya?!. Begitulah saat ini yang di rasakan ibu Sarah.
Masih ditemani oleh detik jam. Kini sudah pukul 8.30, sosok yang ditunggu juga belum kelihatan. Namun tak lama setelah itu, Suara deru mobil samar-samar terdengar di telinga ibu. Beliau langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke ruang tamu.
"Assalamu'alaikum" Salam Nayla memasuki rumah yang dikelilingi oleh halaman penuh bunga itu.
"Wa'alaikumussalam" Ibu menjawab salam Nayla. Beliau datang dari ruang keluarga dan langsung menyambut putri bungsunya di depan pintu. Rasa kekhawatiran yang memenuhi dada kala itu lantas sirna setelah melihat Nayla.
"Tadi ada operasi?" Tanya ibu. Nadanya masih terdengar khawatir.
Nayla merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Wajahnya terlihat lesu. "Ada, tapi tadi siang. Operasi kista urachal. Itu pun selesai kurang dari sejam." Nayla memijit pelipisnya
"Terus kenapa terlihat lelah?"
"Gak tau" Tangannya masih memijit kepalanya dengan mata yang tertutup.
"Kamu sudah makan?"
"Sudah bu. Lagian ini udah jam 8.31 malam" Ucap Nayla sambil melihat jam tangannya yang berwarna hitam.
"Mau makan lagi? Ibu masak ayam kecap kesukaanmu" Ucap ibu untuk membangkitkan semangat Nayla
"Benar bu?" Nayla langsung duduk tegap mendengar ayam kecap.
Ibu mengangguk membenarkan.
"Bentar aku ganti baju dulu" Nayla berlari menuju kamarnya. Sebuah senyuman terukir di bibir ibu, guratan senyum mengakibatkan kerutan wajahnya. Hanya dengan melihat semangat anaknya lagi.
Di ruang keluarga, Nafis dan Aira tampak sibuk dengan berlembar-lembar kertas, dua buah kalkulator, dan satu laptop di atas meja. Mereka saling menatap dengan serius dan ditemani 2 gelas sirup dingin berukuran sedang.
"Seimbang, gak?" Tanya Nafis, matanya menatap serius ke arah Aira. "Antara debit dan kreditnya?"
Aira mengangguk mantap "Balance kak"
"Laporan laba/rugi nya berapa?"
"Laba dengan 750.428 juta" Kata Aira dengan sebuah pena diapit antara ibu jari dan jari telunjuknya.
"Nah, bagus kan kamu milih akun. Dapat belajar secara langsung di perusahaan bersama denganku. Alias langsung praktek gak pake teori dulu" Ucap Nafis membanggakan diri.
"Alah, itu cuma akal-akalan kakak aja. Bilang saja kalau ingin bantuin cek laporan pabrik" Nayla datang, tangan kirinya membawa sepiring nasi dengan asap yang masih menggumpal dan tangan kanannya memegang mangkok berisi ayam kecap. Nayla duduk bersama mereka. Duduk bersila di atas karpet berwarna merah. Rambutnya di ikat asal. Dia terlihat santai dengan baju kaos abu-abu dan celana panjang berbahan kaos.
"Diam kamu. Jangan sok tau kamu" Berang Nafis. Kakak Nayla pun tak kalah santai, kini ia memakai baju kaos dan celana pendek. Rambutnya berantakan. Dan terkadang tangan kanannya menggaruk-garuk kepala bagian belakang yang membuat rambutnya semakin berantakan.
"Tapi aku benar kan?!" Tegas Nayla. Dia mulai menyuap nasinya. Di tengah ruang keluarga ini, Mereka duduk santai diatas lantai beralaskan karpet. Satu meja persegi panjang terletak di antara mereka, kini penuh dengan kertas. Di ujung meja, Nayla duduk bersama dengan piring dan mangkok berisi ayam. Di sisi kanan Nafis dikawani dengan setumpuk kertas dan laptop. Di depan Nafis, ada Aira yang lagi-lagi memakai baju putih namun kali ini ia memakai jilbab pink. Ada juga kertas yang menumpuk disisnya namun setengah dari Nafis. Sementara ibu telah pergi tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Shock ✔
RomanceNayla seorang gadis berumur dua puluh empat tahun. Dia adalah seorang dokter umum yang sedang menjalani pendidikan spesialisasi bedah. Suatu hari ibunya meminta dia untuk segera pulang dan berkunjung ke kampung halamannya, sebab akan ada sebuah acar...