26

3.1K 175 4
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Nayla mengikuti langkah Faris yang membawanya menuju sebuah sungai di dekat ladang sawit. Jarak antara sungai dan ladang sawit tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu kurang lebih 5 menit. Dan mereka memilih berjalan kaki. Dibelakang Nayla dan Faris, terdapat para sepupu mereka. Mulai dari Fatimah, Fatur, ayyash, Sa'ad, Aisyah, Aira dan Fatih. Mereka berceloteh ria, dan bercanda satu sama lainnya. Menertawakan apapun yang mereka lihat. Tujuan mereka adalah menuju laut dengan menggunakan perahu milik paman Rahman, dari sungai dekat ladang sawit hingga menuju laut.

Perahu tersebut dapat digerakkan dengan menggunakan motor tempel berbahan bakar bensin. Ada dua buah perahu kayu milik paman Rahman yang sedang menepi di tepi sungai. Dan membuat rombongan terbagi menjadi dua. Nayla dengan Faris dan Fatih bersama Sa'ad, Aisyah, Fatimah, Fatur serta ayyash. Walau pembagiannya tak adil, namun itu semua adalah usulan Fatih. Ia menggoda Faris dan Nayla dengan berkata "bang Faris dan kak Nayla, naik perahu yang biru saja. Kami naik perahu yang putih" Lalu dia menghadap ke arah sepupu yang lain "wahai saudaraku, kita naik perahu putih saja. Biarkan pasutri baru ini menikmati waktu mereka berdua. Kita yang jomblo tak usah jadi nyamuk di antara mereka. Ayo?!" Ayyash, Sa'ad, Aisyah, Aira dan fatimah terkikik geli. Mereka langsung meloncat menaiki perahu putih setelah Fatih berucap. Fatur yang tak paham hanya mengikuti kakak-kakaknya.

Nayla dan Faris terdiam di tempat. Antara terkejut dan tak menyangka dengan tingkah saudara sepupunya. Nayla kesal bercampur malu atas ucapan Fatih, ia merasa di bully. Ingin rasanya nayla menjitak kening sepupunya itu, jika dia tak ingat sedang di tepi sungai dan Fatih telah menghidupkan motor tempel di perahunya. Jika jatuh bagaimana? Pasti sepupunya akan menertawakannya. Dan akan menjadi bahan tertawa hingga tiba di rumah. Kemana wajahnya akan dia letakkan, jika itu terjadi.

Faris sudah menaiki perahu biru. Mesin tempel di perahunya sudah dia hidupkan. Sementara Nayla masih berkutat dengan pikirannya. "Nay, ayo naik?!" Ajak Faris memecah lamunan Nayla.

"I-iya"

***

Faris dan Nayla duduk berhadap-hadapan. Semilir angin menerbangkan jilbab Nayla. Gemericik air akibat motor tempel perahu terdengar berirama. Air sungai bersibak menjadi dua. Nayla menatap kiri kanan sungai yang penuh dengan pohon sawit dan pohon bakau. Nayla sungguh menikmati perjalanannya.

Faris sesekali mencuri pandang wajah Nayla dengan tangan kanan memegang tuas, mengemudikan perahunya. Sesekali dia juga menatap sekeliling. Tiada pembicaraan diantaranya. Sementara, Didepan mereka kelompok Fatih terdengar bising. Mereka menggoda satu sama lain, menertawakan hal-hal remeh, dan terkadang mendadak diam tanpa bicara, namun hanya bertahan dalam beberapa detik saja dan kemudian kembali ribut.

"Nay, jam berapa konferensi Nafis dimulai?" Tanya Faris memecah keheningan.

Nayla yang sibuk menatap air sungai yang berombak, seketika menatap Faris. "kakak menaiki pesawat dengan keberangkatan pukul 6 pagi. Subuh-subuh dia sudah berangkat ke bandara. Konferensi nya dimulai pada pukul 9 Dan selesai pukul 2 siang. Ibu menyuruh kakak menikmati liburan dua hari di sana. Jadi, dia kembali ke kota pada hari rabu"

Faris mengangguk-angguk. "Dia memang membutuhkan liburan. Hampir setiap kali aku ke kota dan mengunjunginya di pabrik, dia kelihatan kelelahan. Aku mengerti beban yang dia tanggung.  Semenjak kematian ayahmu, tiga tahun yang lalu, Aku melihat dia penuh dengan pikiran yang berat. Tanggungjawab yang dia pikul sungguh lah berat. Terkadang aku kasihan terhadapnya"

Nayla diam, dia jauh lebih paham penjelasan Faris terhadap kakaknya. "Itu yang aku khawatirkan. Di balik sikapnya yang periang, dia suka sekali menyembunyikan perasaannya sendiri. Apalagi jika sebuah masalah menimpanya, dia pasti akan berusaha mengurus nya sendiri. Dia juga akan berusaha agar orang lain tidak menjadi terbebani oleh masalahnya" Nayla menatap ke atas, memikirkan kakaknya "kakak juga termasuk orang yang jarang mengeluh. Dia selalu berusaha tetap tegar. Aku sungguh khawatir padanya"

"Dari dulu dia memang tipe orang yang seperti itu. Pekerja keras dan bertanggung jawab" Tambah Faris.

"Benar. Tapi kakak bukan orang yang mudah bergaul dengan orang lain. Dia lebih suka diam daripada berbicara dengan orang yang tidak dikenalnya." Nayla menerawang sendu. "Itu juga salah satu alasan kenapa kakak sulit menikah. Apalagi sejauh ini tak ada satupun perempuan dekat dengannya atau teman dekatnya. Di luar rumah dia menjadi seorang yang pendiam dan kaku, mana ada wanita yang bisa dekat dengannya jika dia selalu kaku, lagian wanita mana yang mengejar, hakikat. Dia tipe orang yang memiliki kepribadian berbeda saat di luar rumah dan di dalam rumah. Terkadang aku juga kasihan saat dia selalu ditanya kapan nikah? Hal itu menjadi beban di pikirannya. Aku sungguh khawatir"

Faris diam memerhatikan. Nayla menghembuskan nafasnya dengan keras. Mata Nayla menerawang melihat air sungai yang beriak dan membuat ombak ketepian sungai. Dia paham apa yang dirasakan Nayla dan mengerti sikap Nafis selama ini.

Walau waktu menunjukkan hari sudah sore, namun matahari masih bersinar terik di sebelah barat.

Lautan lepas sudah di pelupuk mata. Ditepi pantai terdapat banyak pohon kelapa dan pohon bakau. Faris mengarahkan perahunya ke arah kanan. Mereka akan menyisir tepi laut. Tak berniat untuk ketengah.

Nayla diam menikmati perjalanannya. Sungguh kenikmatan Allah tiada tara. Dia bersyukur bisa melihat lautan luas dengan mata kecilnya. Kicau burung dan nyanyian pohon bakau menambah keelokan pesona birunya laut.

"Bang" Seru Nayla. "Boleh aku menanyakan sesuatu?" Tanya nya dengan keberanian—yang biasanya selalu hilang saat ia ingin menanyakannya hal yang sangat menganggu pikirannya selama ini.

Faris tak menjawab dalam beberapa detik. Wajahnya tegang dan menjadi pucat saat Nayla bertanya dengan serius. Faris mencoba tetap santai. "Apa?"

*****

Assalamu'alaikum. Bagaimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat wal 'afiat

Maaf sudah lama aku tidak update.

Aku mau kasih kabar yang sedikit meruntuhkan mood kalian. Karena, mungkin saja update selanjutnya akan lama. Bisa saja bulan Oktober besok aku update atau bahkan lebih lama dari itu. Karena aku sudah mulai sibuk dengan jadwal kuliah, organisasi yang mendesak karena ada acara dan kerja sampingan aku yg harus mengejar deadline. Jadi, waktu untuk update mungkin akan tertunda. Maafkan aku. Tapi aku janji akan menyelesaikan cerita ini. Asal kalian tau, ending wedding shock sudah aku buat secara garis besarnya. Apakah akan sad ending atau akan happy ending. Kalian tunggu, ya.

Dah. Hanya itu yg ingin aku sampaikan.

Oh iya, maaf pendek dan mungkin banyak typo atau kata yang bias. Silahkan vote dan comment nya.

Jazakumullahu Khairan

5 September 2020
17 Muharram 1442 H

Wedding Shock ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang