9

5.4K 339 2
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Nayla. Kamu sudah tidur?" Tanya Faris. Tapi tak ada jawaban. Dia mendekat ke arah Nayla.

"Nayla?!" Panggilnya lagi

"Iya" Nayla tersentak dan langsung bangun dari tiduran nya.

"Kamu udah tidur?"

"Belum, tadi main hp. Eh, Kenapa abang disini?" Tanya nya bingung.

"Ini kan kamarku"

"Eh" Nayla baru sadar. "Berarti aku salah kamar ya?! Kalau begitu aku akan keluar" Nayla hendak pergi namun, tangannya di pegang Faris.

"Gak usah pergi!. Disini aja!" Faris menatap wajah Nayla. Jujur, sebenarnya dia malu, Tampak dari telinga nya yang memerah. Tapi, dia menguatkan hatinya agar lebih berani menatap wajah istrinya.

Disentuhnya kepala nayla hingga ke ujung rambutnya yang tidak diikat. Rambut Nayla tidak terlalu panjang, hanya sebatas punggung. Rambutnya ikal, namun lebat.

Nayla tersadar, bahwa dia tidak memakai jilbabnya. Spontan, dia mengangkat tangannya untuk menutup rambutnya.

"Kenapa di tutup kepalanya?" Faris heran dengan sikap Nayla.

"Aku tidak pakai jilbab, abang?!. Tundukkan pandangan abang!" Nayla menundukkan kepala Faris dengan keras. Hingga faris mengaduh kesakitan. Namun, dia tersenyum. "Nanti kita sama-sama berdosa. Apalagi aku, sudah mengirim dosa sama ayah karena menunjukkan auratku kepada yang bukan mahram."

"Gak. Gak papa Nayla. Kita gak akan berdosa. Kita kan..."

"Apanya yang enggak berdosa. Kita kan, bukan saudara kandung" Nayla sibuk mencari jilbabnya. "Kemana sih jilbab ku?!"

"Nayla, tenanglah!" Faris sedikit menaikan nada suara nya. "Kita kan sudah menjadi mahram siang tadi. Lihat jari manis mu!"

Nayla refleks melihat jari manisnya. Dia heran, kenapa Faris menyuruh melihat jari manisnya. Namun, dua detik kemudian dia sadar. Dilihatnya Faris lalu dilihatnya jarinya, begitu terus hingga beberapa kali.

"Kita..?"

"Iya"

"Astaga kenapa aku lupa?. Padahal Tadi siang aku juga masih marah sama diriku, dan menangis. Astaga kenapa aku jadi pelupa"

"Gak masalah kamu lupa. Karena manusia itu tempat nya salah dan khilaf" Sebuah senyuman manis terpatri di wajah Faris. Buat Nayla jadi salah tingkah. "Kamu udah ngantuk?"

"Belum"

"Mau ngobrol? Karena kita belum terlalu mengenal satu sama lain, sebaiknya kita bertukar cerita"

"Baik. Tapi aku pakai jilbab ya. Aku masih belum terbiasa menampakkan aurat ku didepan orang lain selain kakak dan ibu. Sekalian, Bisa abang bantu aku carikan jilbabku?!" Nayla senyum malu-malu. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Oh. Boleh" Faris mulai mencari jilbab Nayla. "Emangnya warna apa jilbab mu?"

"Warna biru. Yang tadi aku pakai saat makan malam" Nayla heran, kemana pergi jilbabnya itu? Tadi dia merasa menaruhnya di atas kasur saat dia berbaring sambil main HP.

Faris sudah mencari jilbab Nayla, mulai dari atas kasur, bawah kasur, hingga dalam lemari. Namun, belum ketemu. Akhirnya saat dia mengangkat salah satu bantal, tampaklah sebuah kain berwarna biru. "Ini?"

"Iya. Sini, bang!"

"Hm" Faris belum memerikan jilbab itu kepada Nayla. "Boleh aku pasangkan?"

"Eh, gak usah. Aku bisa sendiri." Tolak Nayla lembut

"Tapi aku ingin"

"Hmm, baiklah" Nayla mendekatkan kepalanya. Rambut yang tergerai tadi sudah terikat. Saat ini Nayla gugupnya bukan main, jantungnya berdebar tak karuan. Pipinya merah. Juga tak jauh beda dengan Faris. Dia sangat menjaga perasaan nya selama ini, jadi dia tak memiliki pengalaman untuk bersikap romantis. Namun, dia berusaha agar Nayla bahagia dan nyaman bersamanya. Dia tak tau perasaan apa yang dimiliki Nayla saat ini untuknya. Tapi, dia akan berusaha agar Nayla dapat jatuh cinta kepadanya. Mungkin salah satunya dengan tindakan seperti saat ini.

Saat Faris ingin mengikat tali jilbab Nayla, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Memunculkan Nafis dengan wajah lelahnya--dicampur sedih.

"Nay... " Nafis melihat pasutri ini tengah bermesraan--sebab, jika dilihat dari arah pintu, Nayla dan Faris seperti berpelukan--menjadi merasa bersalah masuk di waktu yang tidak tepat.

"Kakak?"

"Nafis?"

"Oops. kayaknya aku masuk diwaktu yang salah. Maaf mengganggu kemesraan kalian"

"Kenapa kakak kesini?"

"Nay, tolong aku" Nafis memelas wajahnya. "Aku gak tau harus tidur dimana, sekarang udah jam setengah sebelas. Aku mohon, izinkan aku tidur disini bersama suamimu"

"Emangnya gak ada kamar yang kosong?" Faris bertanya.

Nafis menggelengkan kepala sekuatnya

"Satupun?" Tanya Faris lagi

"Gak. Semua kamar pada berisi, aku udah observasi semuanya. Cuma Aira yang tidur sendiri dikamarnya. Selebihnya penuh. Gak mungkin aku tidur sama adikmu. Dan aku terlalu malas tidur diatas sofa nanti badanku sakit-sakit. Aku mohon izinkan aku tidur denganmu. Sebelum kamu beristri dengan adikku yang tersayang ini, kamu adalah sahabatku. Kita selalu tidur berdua disini saat pulang kampung. Anggap saja kamu melepas masa lajang saat malam ini. Tega sekali dirimu jika melarangnya. Boleh ya?! Ya?!" Nafis memohon dengan kedua telapak tangannya disatukan.

"Baiklah kak. Tidurlah disini. Aku akan tidur bersama Aira" Nayla mengizinkan. Sebenarnya dia tidak tau apa yang akan dia lakukan untuk mengisi kecanggungan nya bersama Faris. Mungkin dengan kakaknya tidur disini malam ini, akan memberikan nya waktu. Namun, Faris seperti enggan melepaskan Nayla. Padahal, dia sudah menyusun percakapan apa yang akan dia obrolkan dengan Nayla. Mungkin bukan malam ini waktunya.

"Huhh. Baiklah. Kamu boleh tidur disini" Berbeda dengan ucapannya, wajahnya menunjukkan kebalikannya. Dia tak rela.

Nafis bersorak. Spontan mencium pipi Nayla dan memeluk Faris. "Terima kasih adikku"

"Gak usah pakai peluk-peluk dan cium segala. Mulai hari ini, kamu gak boleh cium Nayla lagi, selain aku" Ucap Faris, otoriter.

"Apa sih, bang" Nayla geli sendiri mendengar ucapan Faris. Dia berlalu meninggalkan kamar.

"Astaga, nay. Kamu menikahi lelaki pencemburu. Dia posesif?! Astaga" Teriak Nayla.

"Sudahlah.kamu tidur saja dulu. Aku akan mengantarnya" Faris berlari mengikuti Nayla.

Nafis menggelengkan kepalanya. Dia terkejut dengan sikap Faris yang satu ini. Setahu Nafis, Faris bukan lelaki seperti itu, dia lelaki pendiam, sholeh, dan bijak. "Tak ku sangka Aku dapat adik ipar yang pencemburu" Nafis memilih tidur daripada memikirkan pasutri itu.

*****

Jangan lupa vote dan comment nya^^

Jazakumullahu khairan

30 November 2019

Wedding Shock ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang