32

6.8K 272 10
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Sudah bangun, nay" Tanya Faris pada Nayla yang tengah tertidur

"Hmm"

Faris sudah memakai baju rapi. Ada sebuah tas kecil di dekat kakinya. Dia sudah siap pergi ke Ibukota. "Nay, aku pergi, ya."

"Iya, pergilah." Nayla duduk di bibir kasur. Mengangguk pelan. Tapi matanya tak sanggup menatap Faris yang berdiri tak jauh darinya.

"Kamu masih marah?" Tanya Faris lembut.

"Tidak"

"Syukur alhamdulillah." Faris lega. "Nay, aku pergi dulu, ya."

"Iya, pergilah"

"Kamu mau oleh-oleh apa? "

"gak ada"

"Jaga kesehatan. Minum vitamin. Tidur yang cukup. Jangan begadang. Aku sudah minta tolong Aira beliin kamu susu. Tapi kalau kamu mau yang lain, pergilah bersamanya, ya".

"Iya"

Faris tetap tak beranjak menjauhi Nayla. Dia tetap menatap Nayla. "Apa aku gak usah pergi aja, nay?

"Pergilah. Aku gak papa. " Ucap Nayla

"Baiklah. Jaga kesehatan, ya. Shalat jangan di lupa. Download aplikasi Qur'an dan putar muratal di sana, konon hal itu baik untuk janin."

"Iya, iya, pergilah."

"Dadah, nay. Dadah, nak"

Nayla sedikit mendorong Faris menjauhi kamar. Masih ada sejam lagi sebelum dia berangkat ke rumah sakit, dan memilih kembali membaringkan tubuhnya.

****

"Kenapa lama, sih?!" Ucap Nafis kesal pada Faris. Pasalnya dia sudah menunggu di ruang tamu sejak setengah jam yang lalu.

"Maaf"

"Ayo berangkat. Udah telat."

"Sebentar, naf." Faris mengarahkan badannya pada Ibu. "Tolong jaga Nayla dan bayi nya, bu. Bilang ke dia untuk makan apa pun yang dia mau. Jangan tahan seleranya. Aku sudah meninggalkan kartu kredit ku pada Aira. Apapun yang dia inginkan boleh dia beli".

"Iya, nak, iya" Ibu menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Aira, tolong belikan yang abang minta, ya. Kalau Nayla ingin sesuatu, bayar saja sama kartu kredit yang abang kasih" Kini Faris beralih ke Aira yang berdiri tak jauh dari Ibu.

"Iya, bang."

"Sudah, sudah, pergilah. Nanti kamu terlambat naik pesawat." Ucap ibu 'mengusir' Faris.

"Iya, bu. Ayo, faris." Kata Nafis menarik lengan Faris yang belum beranjak dari rumah. Kepalanya masih mengarah ke kamar Nayla.

****

"Naf, apa aku gak usah pergi saja?" Adalah 5 menit mereka keluar dari gerbang rumah. Dan Belum terlalu jauh dari komplek rumah.

"Kamu kenapa, sih?"

"Gak papa. Hanya saja aku berat meninggalkan Nayla."

"Yaa Allah. Jangan khawatir. Aku akan menjaganya."

"Baiklah".

****

"Hai, bumil." Sapa Nissa yang baru datang di ruangan bedah umum.

"Hai."

"Lagi apa?"

"Baca rekam medis Buk Ani".

"Ooh.. " Nissa memalingkan kepalanya pada televisi. Siaran yang ditampilkan adalah berita pagi yang menjelaskan hubungan diplomatik antara dua negara. Dua presiden antar negara saling berjabat tangan sambil tersenyum lebar di depan kamera menyoroti mereka.

Wedding Shock ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang