بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Hari ini adalah hari sabtu. Dan saaat ini, tepat di malam minggu, dimana kebanyakan pemuda pemudi bertemu dan merajut cinta yang tak halal dan dipenuhi dosa. Jalanan yang biasanya lengang saat malam, kini dipenuhi umat manusia dan menimbulkan kemacetan.
Bunyi klakson kendaraan saling berdebat, suara pengendara tak kalah heboh. Mereka saling berdesakan. Nayla menjadi salah satu pemakai jalan yang terjebak macet. Ia lelah, kepalanya sakit, hanya satu yang ia butuhkan. Itu adalah kasur dan suara Faris. Malam ini, Nayla ingin mendengarkan lantunan ayat suci dari mulut Faris, walau lewat telepon. Surah apa yang bagus untuk malam ini? Apakah al-waqiah? Atau As-sajadah? Atau Ar-Rahman? karena ini malam minggu, Ar-Rahman mungkin cocok ia dengarkan.
Sudah empat hari Faris tak pulang ke kota. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Nayla ingin bertemu secara langsung, bukan hanya lewat Videocall saja. dan ia juga rindu dengan tangan Faris yang suka mengelus kepala Nayla.
Semuanya membuat Nayla makin merindukan sosok yang hangat itu. Walau jarak antara mereka tak jauh, hanya memakan waktu tiga jam saja, tapi Nayla tak bisa melihat Faris di kampung. Tuntutan dokter membuatnya tak bisa pergi jauh. Hari ini saja dia baru pulang sejak sore kemarin. Jumat malam adalah piket malamnya, dan hari ini adalah piket akhir pekannya. Badannya serasa kaku. Ia ingin rebahan di kasur empuknya ketimbang tidur di kasur keras ruang istirahat dokter. Semakin dipikirkan semakin Nayla merindukan kasurnya.
Adalah 20 menit Nayla baru bebas dari jalanan yang macet. Nayla sedang melajukan mobilnya menuju rumah. Rumah yang sudah 24 jam lebih tak dia lihat. Dan kini sudah ia rindukan, terutama kasur. Memikirkannya saja matanya sudah mengantuk.
"Ah, rindu kasur" Nayla bermonolog
****
"Assalamu'alaikum. Ibu aku pulang" Ucap Nayla saat memasuki rumah. Tapi, Tak ada satupun yang membalas salamnya "kemana semua orang?"
Ruang tamu kosong-- terlihat dari lampu yang mati-- nayla melangkah ke ruang keluarga, ruang keluarga pun tak berpenghuni. Sementara TV dibiarkan menyala. "Ibu? Kakak? Aira? Dimana kalian?" Nayla mematikan TV dan meletakkan tas, kunci mobil serta jaketnya di sofa ruang keluarga.
Dia berjalan ke lantai 2, tempat kamar Nafis berada. Saat Nayla melangkahkan kakinya menuju lantai dua, sayup-sayup dia mendengar suara percakapan.
"Aku tak bisa ikut kalian besok, bu. ada jadwal konferensi yang telah di susun sekretaris ku jauh-jauh hari. Dan itu sangat penting untuk aku hadiri, konferensi nya menyangkut masalah perusahaan swasta nasional. Semua pengusaha akan berkumpul. Terutama pabrik kita, bu. Pabrik kita mengolah bahan baku asli dari Indonesia atau produk lokal. Itu hal yang bagus demi kemajuan negara. Aku harus menghadirinya" Jelas Nafis pada ibu.
"Tak bisakah di batal, nak?"
"Tidak bisa, bu. Kali ini aku serius" suara Nafis terdengar sangat serius dan berat. Sehingga suasana berubah menjadi tegang yang jarang terasa dirumah dan memenuhi ruangan ini.
Nayla telah sampai di lantai dua. Ia melihat ada ibu, Aira, dan Nafis yang tengah duduk di atas bantal duduk yang terletak di depan kamar Nafis. Diantara mereka ada satu buah meja yang terbuat dari kayu jati dengan lebar 100 × 70 cm. Didinding lantai dua, kebanyakan di isi dengan lukisan-lukisan estetik Nafis. sedangkan, di sudut ruangan—dekat meja— ada satu buah lemari buku. Hampir seluruh barang di lantai dua adalah milik Nafis. Dia mendekorasikan sendiri lantai dua ini dengan gaya yang kasual.
Meja yang mereka tempati saat ini pun terletak di depan dinding kaca yang bisa di buka-tutup. Dan jika dibuka, balkon yang memiliki luas 40 m² dengan di hiasi bunga dan kursi santai. Balkon adalah tempat favorit Nayla. Sementara Nafis, menyukai meja jati tersebut. Biasanya saat dia sudah sangat-sangat serius, Nafis beserta buku, kertas, laptop dan alat tulisannya memenuhi meja dan lantai dua. Siapa pun tak boleh menyentuh, bahkan memanggilnya. Lantai dua menjadi di boikot oleh Nafis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Shock ✔
RomanceNayla seorang gadis berumur dua puluh empat tahun. Dia adalah seorang dokter umum yang sedang menjalani pendidikan spesialisasi bedah. Suatu hari ibunya meminta dia untuk segera pulang dan berkunjung ke kampung halamannya, sebab akan ada sebuah acar...