بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sebuah mobil yang dikendarai Faris melaju dengan kecepatan sedang. Jalanan tampak ramai. Sebab ini adalah hari libur ke tiga setelah akhir pekan. Menurut beberapa orang ini libur panjang yang dapat di isi dengan berkumpul bersama keluarga, bermain di mall atau tempat bermain seperti piknik di pantai, wisata ke kebun binatang, dan lain-lain asal dengan keluarga tercinta. Sebelum kembali sibuk dengan keseharian yang membosankan.
Sementraa, Matahari sungguh tak bersahabat. Pancarannya menyinar dengan teriknya. Padahal sekarang sudah pukul tiga sore. Namun, sinarnya masih terasa kuat. Mungkin saja mentari terlampau semangat menyinari hari ini. Tapi berbeda halnya dengan Nayla yang terlihat mendung di wajahnya.
Dari awal pergi ke rumah sakit hingga dalam perjalanan pulang ke rumah. Kepala Nayla selalu tertunduk lesu. Hal ini membuat Faris gemas. Nayla seperti kehilangan semangatnya yang biasa menggebu-gebu sekarang malah tertunduk lesu. Biasanya ceria kini menjadi murung seketika. Nayla menjadi diam tanpa suara. Padahal keceriaan Nayla lah yang selalu buat Faris mencintainya walau terkadang suka meledak ledakan emosinya. Ustt.. Diam saja ya, karena sampai saat ini Nayla tak tau kenapa Faris menyukainya ^_^.
"Nay, sudahlah. Mau sampai kapan murungnya. Mana Nayla yang aku kenal?" Kata Faris menyemangati Nayla. Pandangannya beralih ke Nayla sebentar kemudian kembali fokus kejalan.
Nayla menekankan ibu jari kirinya pada telunjuk kanan. "Maaf.. Aku minta maaf"
Senyum tipis terbit di bibir Faris. "Sudahlah. Dari tadi kamu terus meminta maaf. Sudah lima belas kali kamu bilang maaf, sejak kamu menghantam hidungku sampai sekarang" Ucapnya tegas.
"Abang menghitungnya dari awal aku minta maaf sampai sekarang?" Nayla menatap Faris yang fokus pada jalanan. Lebih tepatnya menatap perban yang menempel di atas batang hidung Faris.
"Awalnya tidak kuhitung, tapi setiap kamu bilang maaf, aku mulai menghitungnya"
"Ooh.. Sekali lagi maaf, bang." Rasa bersalah itu masih ada. Sebab kerena dialah hidung Faris menjadi luka dan bengkak. Rasa bersalahnya bertambah besar saat dia dan Faris mengecek keadaan hidung Faris di rumah sakit. Dokter spesialis THT mengatakan ada retak yang diakibatkan benturan hebat pada tulang hidung Faris. Jadi, retakan itu dapat menjadi berbahaya jika tidak di obati dengan segera. Darah yang keluar dari hidung tersebut pun berasal dari retakan pada tulang hidung, sebab hidung adalah salah satu area pada bagian tubuh dengan pembuluh darah yang banyak, baik didepan maupun dibelakang hidung. Itulah yang membuat hidung lebih rentan berdarah ketika terjadi kecelakaan atau penyakit.
Namun, dokter spesialis THT juga menyebutkan bahwa tulang hidung yang retak adalah penyakit ringan. Hal ini dapat disembuhkan dengan mudah. Dalam tiga hari kedepan Faris dapat mengontrol hidungnya yang retak secara rutin dan mengobati nya di rumah. Seperti meletakkan es pada tulang hidung yang retak tersebut.
"Sekali lagi kamu minta maaf, akan aku cium mulutmu! Lagian aku sudah memaafkan mu"
"Baiklah" Nayla diam beberapa saat "APA?" pekik Nayla. Dia baru sadar akan perkataan Faris. Sedang Faris menutup satu telinga kirinya. Faris hanya dapat tersenyum kecut. "Jijik abang?!. Asal abang tau?!. Mulut adalah salah satu bagian tubuh yang memiliki jutaan hingga miliaran bakteri dan kuman"
"Iya iya. Aku paham" Faris menganggukkan kepalanya. "Tapi kan gak masalah, nay"
"Gak masalah apanya. Mulut juga salah satu penyebab penyebaran virus dan bakteri. Bayangkan, satu kali kita bersin. Miliaran bakteri keluar saat itu juga. Apalagi jika kita tidak menutup mulut. Itu akan berbahaya bagi orang lain, abang" Nayla menjadi dirinya lagi. Dengan emosi yang senang meletup letup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Shock ✔
RomanceNayla seorang gadis berumur dua puluh empat tahun. Dia adalah seorang dokter umum yang sedang menjalani pendidikan spesialisasi bedah. Suatu hari ibunya meminta dia untuk segera pulang dan berkunjung ke kampung halamannya, sebab akan ada sebuah acar...