بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
"assalamualaikum, nak" Untuk Telepon yang kedua kalinya, Nayla mengangkat panggilan ibu.
"Waalaikumussalam, Bu. Ada apa?" jawab Nayla di seberang, dia berbicara sambil berlari. Nayla sedang tergesa-gesa menuju ruang IGD. Ada dua orang korban kecelakaan motor. Mereka mengalami luka-luka. Itu yang dikatakan Nissa. Perawat sekaligus teman Nayla. Nayla juga belum mengetahui seberapa parahnya luka korban itu. Namun, sebagai dokter dia harus cekatan dalam mengobati pasien. Karena Hari ini akhir pekan, jadi tidak seberapa dokter yang berjaga. Hanya koas dan dokter umum termasuk Nayla yang kebagian shift jaga.
"Jam berapa kamu pulang?" Tanya ibu langsung.
"Sebentar lagi"
"Paman Rahman dan keluarganya datang ke rumah. Dia ingin mengatakan sesuatu kepada mu. Lebih tepatnya meminta pendapatmu" kata ibu hati-hati. Takut jika Nayla akan terkejut dengan berita ini dan membuat seisi rumah sakit mendengar suara teriakan nya.
"Apa itu ibu?" Nayla yang masih berlari menuju IGD, kini tinggal beberapa langkah lagi, pintu IGD telah terlihat di depan matanya.
"Pamanmu datang kesini ingin melamarmu untuk Faris. Bagaimana kamu setuju?" Tanya ibu di seberang. Suara beliau terdengar sangat bahagia.
Sayang, Nayla tidak mendengarkan perkataan ibunya. Hp yang digenggamnya telah menjauh dari telinga. Nayla telah masuk ke dalam IGD dan ia sibuk dengan pasien. Sementara, ibunya sibuk memanggil. Nayla memerhatikan dua orang pasien yang tidur pada kasur yang bersebelahan. Keadaan keduanya terlihat sangat berbeda. Salah satu dari korban, hanya mengalami luka ringan. Menurut warga yang membantu dan melihat pasien, Saat itu dia membawa motor dengan pelan. Jadi, dia hanya terjatuh tidak jauh dari motor dengan keadaan diatas rumput dan mengalami lecet-lecet dibagian tangan dan kakinya. Hanya perlu di bersihkan dan diperban saja. Itupun sudah dilakukan oleh para koass. Sedangkan yang satunya lagi, sungguh memerhatikan.
Di telepon, ibu masih memanggil nama Nayla. Menanyakan pendapatnya. "Nayla.. Nayla.. nak.. sedang apa kamu? Nak.. kamu setuju dengan lamaran Faris? Nak.."
Nayla memegang hp yang masih menyala. Suara ibunya memanggil di seberang sana. Sedang Nayla sibuk menyiapkan peralatan medis untuk Pasien yang terluka parah. Korban yang ditanganinya ini mengalami luka yang cukup berat. Dia juga tidak sadarkan diri. Entah seberapa besar Luka dibagian dalam tubuhnya sehingga darah segar keluar dari mulut dan hidungnya. Juga Luka ditangan dan kakinya pun juga tidak kecil.
Tapi, Nayla cepat tersadar dengan hp yang masih menyala. Dia sempatkan sebentar untuk menjawab panggilan ibunya. Namun, terlebih dahulu menyuruh perawat agar membersikan darah yang keluar dari mulut dan hidungnya serta melakukan pertolongan pertama terlebih dulu.
"Maaf Bu. Apa yang ibu bilang barusan? Nayla tidak dengar..." belum selesai dia berbicara, seorang perawat berteriak kepadanya
"Dokter, keadaannya melemah. Dia juga mengalami kejang-kejang. Bagaimana ini?!" Ujar perawat wanita berkerudung hitam itu membuat Nayla langsung berpaling. hingga perkataan ibunya soal lamaran Faris, kembali tidak terdengar.
Dengan cekatan Nayla meminta perawat membuka baju pasien dan meletakkan bantal dikepala dengan posisi miring agar darah yang keluar tidak masuk kedalam paru-paru. Nayla juga meminta perawat menyiapkan suntik antikejang. Kemudian, dia kembali ke hp utk mematikan hp itu dan mulai fokus kepada pasiennya.
"Ibu, saat ini Nayla sedang sibuk. Ibu tadi meminta pendapat Nayla, kan?! Kalau begitu apakah ibu setuju?"
"Iya"
"Kalau ibu setuju dan itu baik buat Nayla. Nayla pun juga setuju. Apapun keputusannya. Assalamualaikum, Bu.?!" Nayla memutus telepon secara sepihak.
Setelah itu, Nayla memusatkan perhatiannya pada pasien yang saat ini sedang kejang-kejang. Suntik antikejang tadi, langsung dia kasih kepada pasiennya dengan keadaan pasien yang dipegang oleh beberapa perawat agar tidak salah suntik.
Setelah Nayla rasa pasiennya cukup tenang. Nayla akan meminta penjelasan kepada orang yang mengantarkan pasiennya tadi. Kemudian mendiagnosis, agar penanganan selanjutnya berjalan lancar dan juga tepat. Apalagi menyangkut nyawa orang.
"Bagaimana posisi pasien saat kecelakaan tadi?" Tanya Nayla kepada seorang pria paruh baya-bapak itu lah yang mengantar para korban- dengan temannya.
"Saat itu motor yang dikendarainya sangat cepat. Lalu, menabrak motor dari arah berlawanan yang cukup lambat. Terus, korban yang membawa motor lambat ini terjatuh di atas rumput dekat jalanan. Untunglah dia memakai helm. Jadi, hanya mendapatkan luka ringan. Tapi, si pembawa motor cepat ini tidak memakai helm dan mungkin kepalanya terbentur aspal. Motor yang dia bawa juga menghimpit perut dan dadanya. Lalu, kami segera membawa ke rumah sakit ini, dok. Hanya itu yang saya tau" jelas bapak paruh baya itu.
Penjelasan bapak itu sudah lebih dari cukup. Karena dia sudah mengira penyebab darah yang keluar dari mulut dan hidungnya serta sebab kejang-kejang tadi. Penanganan selanjutnya pun dapat dia lakukan. Cuman yang jadi masalah nya adalah pengurusan administrasi pasien. Sepertinya tidak ada satupun dari mereka keluarga korban. Namun Nayla tetap bertanya "adakah diantara bapak-bapak itu keluarga pasien atau kenalannya?"
Mereka saling melengah. "Tidak ada, dok"
"Keadaannya kritis. Sepertinya kepalanya mengalami cedera yang cukup parah karena benturan aspal dan tidak memakai helm. Lalu, pada bagian dalam tubuhnya mengalami luka. Bisa saja paru-parunya atau organ dalam lainnya bocor. Sehingga darah terus mengalir keluar melalui hidung dan mulutnya. Saya harus melakukan CT SCAN. Untuk mengetahui seberapa lukanya. Kemudian mengoperasi agar darah dalam tubuhnya bisa saya keluarkan atau darah itu bisa berubah menjadi tumor. Karenanya saya memerlukan persetujuan wali pasien" terang Nayla, lalu suaranya berubah sendu "Maafkan saya membawa berita kurang baik"
Mereka saling diam. Tidak tau apa yang harus mereka lakukan untuk menolong korban.
"Tapi kita bisa melihat kontak keluarga atau teman di hpnya?!" Tiba- tiba bapak berbadan kurus sambil memegang ransel dan hp, mengusulkan.
Nayla mengangguk setuju. "Telponlah kenalannya. Saya harus melaksanakan CT scan untuk pasien dan menyiapkan beberapa peralatan medis serta menghubungi dokter penyakit dalam dan ahli bedah lainnya. Karena pasien harus segera di operasi"
****
Di rumah Nayla. Tepat saat Nayla menutup telepon secara sepihak. Nafis dan yang lainnya mereka tidak sabar menunggu. Dari raut wajah ibu, dapat ditebak oleh Faris bahwa dia akan segera mendengar kabar baik."Bagaimana, Bu?" Tanya Nafis
"Katanya sebentar lagi dia pulang tapi, ibu kurang yakin, kayaknya dia sibuk. Karena, Sepertinya di rumah sakit ada pasien yang sangat parah untuk diobati. Tadi ibu mendengar suara yang ramai. Nayla juga beberapa kali tidak mendengar suara ibu. Tapi, dia setuju dengan permintaan lamaranmu. 'Jika itu baik untukku dan ibu setuju, Nayla juga setuju' itu yang dia bilang." Jelas ibu kepada Faris dan keluarganya.
Hal itu membuat Faris dan keluarganya bahagia. Ibu juga bahagia. Ucapan penuh syukur tidak habis Faris katakan. Berulang kali dia menyebut Alhamdulillah.
*****
Jangan lupa vote dan comment nya.Jazakumullahu Khairan
16 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Shock ✔
RomanceNayla seorang gadis berumur dua puluh empat tahun. Dia adalah seorang dokter umum yang sedang menjalani pendidikan spesialisasi bedah. Suatu hari ibunya meminta dia untuk segera pulang dan berkunjung ke kampung halamannya, sebab akan ada sebuah acar...