2

8.7K 481 6
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Nayla, ada yang ingin ibu bicarakan. Kemarilah!" Ajak ibu menyuruh Nayla duduk di sampingnya.

Nayla melangkah mendekati ibu yang duduk di samping nenek. Saat ini hati Nayla sedang tak karuan, dia panas dingin. Apa yang akan di bicarakan ibunya? Sementara, Kakaknya hanya menatap datar kearahnya. Sedangkan yang lain menunggu dia segera duduk. Karena, saat Nayla memasuki rumah ini, kakak dan ibunya langsung duduk bersama anggota keluarga yang lain. Dia hanya berdiri didepan pintu, bingung apa yang harus ia lakukan, sebab neneknya menyebut pengantin wanita kearahnya.

Yang bisa ia lakukan hanya menanggapi perintah ibu dan segera duduk di samping ibunya."ya Bu"

"Sebenarnya, pernikahan ini adalah pernikahan kamu dengan Faris. Sebulan yang lalu Faris, pamanmu, bibimu, serta Aira, adik Faris datang ke kota dan tiba dirumah. Dengan sopan dia melamar kamu kepada ibu dan kakak. Saat itu kamu sedang di rumah sakit, Kamu akan mengoperasi pasien mu. Jadi, kami menghubungi mu. Karena Kami masih menghargai keputusan yang akan kamu ambil, kami tetap menanyakannya kepada mu. Namun dengan cepat kamu menyetujui nya. Jadi, kesimpulannya ibu dan kakak mu pun setuju dengan lamaran Faris dan pamanmu" jelas ibu panjang lebar. Beliau berkata perlahan dan lembut, takut jika anaknya terkejut akan berita yang baru saja dia dengar.

Nayla mencerna setiap perkataan ibunya, tak ada satupun dari kalimat ibunya yang terlewat sedikitpun. "APA!!!, AKU AKAN MENIKAH" Teriaknya, setelah sadar apa maksud dari perkataan ibu dan seketika dia berdiri sebagai bentuk emosi yang meningkat. Dia akan menikah dengan seorang pria yang tidak dicintai, bersama pria datar tanpa ekspresi, yang selalu menatap kebawah dan irit bicara ini. "Tidak, pasti ini salah. Kapan aku menyetujui akan menikah?!" Emosi Nayla saat ini sedang naik turun. Dia belum ingin menikah, walau umurnya sudah cukup tapi dia masih belum siap membangun rumah tangga. Dia masih ingin mengejar mimpi nya menjadi ahli bedah, yang saat ini dia masih seorang dokter umum. Kenapa dengan bodohnya dia menyetujui pernikahan ini? Benar kata orang, penyesalan selalu datang belakangan.

Dia telah melakukan kesalahan yang besar. Saat ini Pikiran nya tak karuan, kepala Nayla mulai terasa pusing, pandangannya terlihat kabur dan gelap. Hingga kemudian, kesadarannya mulai hilang secara perlahan dan akhirnya pingsan.

****

Sebulan yang lalu, lamaran Faris datang ke rumah Nayla.

Siang menjelang sore pada hari Sabtu, tepatnya pukul 14.30 saat ibu tengah membaca buku diruang keluarga, bel pintu berbunyi. Terdengar suara seseorang mengucapkan salam. "Assalamualaikum"

Ibu berhenti dari aktivitasnya dan segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu dan membuka gagang pintu sambil membalas salam "waalaikumussalam warahmatullah" ucap ibu. Tampaklah Faris dan kedua orangtuanya serta adiknya, Aira. Yang datang dari kampung. Mengetahui siapa yang datang, senyuman di wajah ibu tak berhenti sebab yang datang bukanlah tamu biasanya, melainkan saudara kandung dari Alm. Suaminya.

"Mari masuk" Ucap ibu basa-basi. Ibu membawa tamunya menuju ruang tamu. "Bagaimana kabar kalian?" Kembali ibu berbasa-basi.

"Alhamdulillah, kami semua baik" ucap paman Rahman mewakili istri dan anaknya sambil tersenyum. Paman Rahman adalah adik kandung dari Alm ayah Nayla, beliau bekerja di kantor lurah sebagai kepala lurah di kampung. Usia beliau sudah lebih dari setengah abad, rambutnya yang hitam mulai berubah menjadi putih. Namun, wajahnya masih terlihat bijaksana.

"Ngomong-ngomong, ada urusan apa kalian ke kota?" Tanya ibu penasaran.

"Aira ingin kuliah di kota ini. Jadi, kami datang ke kota pagi tadi dan Langsung mendaftarnya sebagai mahasiswi, sekalian mampir ke sini" jawab bibi Sofia

Wedding Shock ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang