بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Matahari sudah bersinar dengan terangnya. Awan-awan sedang bertugas mengambil uap air dari bumi untuk di turunkan kembali ke bumi. Burung berkicau menyanyikan lagu alam. Angin membawa serta pohon-pohon menyambut kegembiraan. Sedang manusia, sibuk dengan dunianya dan bersorak mengikrarkan keselamatan dunia dengan cara mengeruk hasil bumi jua.
"Assalamu'alaikum. Kami pulang, bu" Nayla dan faris baru saja memasuki rumah, lantas duduk di kursi sambil mengatur nafas. Mereka lelah dan kekenyangan Karena makan sate di ujung gang. sebab masing-masing mereka memakan dua porsi sate yang mereka habiskan sendiri.
Ibu datang dan menghampiri mereka. "Ooh. Kalian toh" Ibu juga duduk di salah satu kursi. "Ibu kira Nafis sudah datang. Padahal dia baru saja nelpon ibu. Katanya udah mau berangkat"
Nayla yang mendengar Nafis akan pulang, langsung duduk tegap dari tidur-tiduran nya di atas sofa. "Apa ibu bilang? Kak Nafis akan pulang?" Wajahnya sumringah. Sebuah senyum lebar terukir di bibir nya.
Ibu sudah tau kebiasaan anaknya ini. Kalau mereka berjauhan, mereka bakal rindu. Tapi kalau sudah berdekatan, ributnya juga bukan main. Baik ribut bahagia, candaan atau perang. Tapi itulah yang namanya persaudaraan "benar. Tapi Dia saat ini sedang marah karena kita meninggalkan nya di kampung dengan sengaja dan tanpa berita"
"Tidak masalah dia marah. Yang jelas dia pulang dulu. Aku bisa membujuknya. Ibu tenang saja." Ucap Nayla yang masih mempertahankan senyum lebarnya.
Walau baru beberapa hari Faris bersama Nayla. dia jadi tau apa saja yang bisa buat Nayla bahagia, kesal bahkan marah. Dia menjadi lebih menyukai Nayla yang seperti ini. Apa adanya.
"Nay" Wajah ibu kembali serius. "Sepertinya kita harus mengadakan resepsi pernikahan disini bukan hanya di kampung saja. Abis, ibu dengar tadi pas beli sayur dan cabe, mereka membicarakan kamu, katanya kamu itu nikahnya mendadak karena MBA, trus ibu dituduh tidak pandai menjaga kamu sampai anak gadisnya berbuat zina dan sudah hamil duluan. Ibu kesal, mana ada anak ibu berbuat yang seperti itu. Jadi, ibu bertekad 1 atau 2 minggu lagi kita akan adain resepsi disini. Bagaimana, Faris, Nayla?!"
Nayla mengangguk semangat "benar, bu. Aku setuju. Ibu masih mending mendengar gosip. Lha aku, langsung didepan mataku ibu-ibu itu nuduh aku berbuat zina dan hamil di luar nikah. Gimana aku gak kesal coba?!"
"Nay..." Faris mengisyaratkan agar nayla menahan emosi dengan matanya. Nayla hanya menjawab lemah "iya"
"Siapa yang bilang?! Hah. Siapa yang bilang?!" Tiba-tiba saja ibu berdiri dan memegang pinggang. Nayla dan Faris terkejut. Diluar prasangka mereka, ibu akan marah besar.
"Tenang, bu. Istighfar. Astagfirullah, bu" Nayla dan Faris berdiri dan memegang bahu ibu agar beliau mau duduk kembali. Sebab dari abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih). Namun jika marahnya belum lenyap maka hendaklah dia berwudhu, sebagaimana Dari Athiyyah as-Sa’di Radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Faris jadi tau, darimana sifat Nayla yang suka meluapkan emosinya. Dia jadi melihat sisi kehidupan keluarga Nayla yang tak pernah dia lihat sebelumnya. "Ibu, Sabar bu. Esok lusa mereka akan mendapatkan ganjarannya dari Allah Azza wa jalla. Sudah ya bu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Shock ✔
RomanceNayla seorang gadis berumur dua puluh empat tahun. Dia adalah seorang dokter umum yang sedang menjalani pendidikan spesialisasi bedah. Suatu hari ibunya meminta dia untuk segera pulang dan berkunjung ke kampung halamannya, sebab akan ada sebuah acar...