8. Jalan-jalan

1.9K 218 21
                                    

Gyandra melihat sekitar dengan semringah. Menjadi pengangguran membuatnya berpikir dua kali untuk berbelanja keperluan yang tidak penting. Namun hari ini pengecualian karena Ginatri mengajaknya jalan-jalan. "Mau beli apa aja, kak?" tanyanya pada Ginatri.

Ginatri berpikir. "Bingung," ucapnya dengan melihat barang-barang dengan teliti.

Gyandra mengalihkan pandangannya pada Ginatri. "Kok gitu? Emang nyari buat apa?" tanyanya lagi. Siapa tahu bisa membantu meskipun dia sendiri tidak yakin.

"Nyari kado," balas Ginatri tanpa mengalihkan pandangan pada benda yang berjajar rapi.

"Buat cewek apa cowok?"
Ginatri mendesah. "Harus sedetail itu?" ucapnya malas.

Gyandra mengedikkan bahu pelan."Biar jelas, Kak. Kali aja aku bisa bantu cariin."

Ginatri menatapnya sangsi. Biar bagaimanapun, dia tahu kebiasaan buruk Gyandra. Bertanya tentang banyak hal, tapi kadang tidak membantu. "Kamu beneran mau bantu atau cuma wawancara aja?"

"Yee, bilang aja belum jelas udah suudzon duluan."

"Kamu 'kan suka begitu," balas Ginatri. "Gy, bagus gak?"

Gyandra menatap barang yang di pegang Ginatri dan mengangguk setuju. "Bagus."

"Cocok gak buat Bian?"

Gyandra terdiam. Bukan hal aneh jika Ginatri meminta pendapatnya. Namun, Gyandra belum bisa membiasakan diri dengan situasi ini. Dia mengangguk. "Cocok, tapi lebih baik kalo kakak ganti warna yang putih," sarannya.

"Kenapa?"

"Lebih ganteng kalo dia pake putih," tentu saja Gyandra hanya berani mengatakan itu dalam hati tidak mungkin dia berani memuji tunangan kakaknya, yang ada kakaknya akan curiga dan menuduh yang bukan-bukan. "Bagus aja kayanya kak, tapi bebas sih. 'kan yang mau kasih kakak," ucapnya dengan mengalihkan pandangan. "Emang kak Bian ultah?" tanya lagi pura-pura tidak tahu.

"Bukan Bian kok yang ulang tahun. Mumpung disini, sekalian aja beli baju couple. Iya 'kan? Oh iya Gy, emang kamu gak dikasih uang saku sama papa?"

"Dikasih."

"Terus? Kenapa jarang main?"

"Males kak, lagian ATM nya aku simpen di mamah."

"Kenapa?"

"Gak apa-apa. Lagian aku masih ada sisa uang yang kemarin."

"Kamu masih pengen cari kerja sama orang? Kenapa gak bantuin papa dulu aja? Sekalian buat nambah-nambah jajan 'kan?"

Gyandra menatap Ginatri. "Kakak sendiri kenapa gak mau nerusin bisnis papa? Padahal kakak lebih mampu?"

Ginatri mengedikkan bahu pelan. "Kakak 'kan bukan pengangguran. Beda sama kamu. Daripada nganggur, mending ikut papa," ucapnya yang sukses membuat Gyandra sebal.

Mereka terus berkeliling dan melihat-lihat seisi mall hingga tidak terasa hingga tiba waktu makan siang. "Mau makan dimana?"

"Bebas."

"Jangan bebas! Yang jelas!"

"Ya bebas kak. Gya ikut aja," ucapnya dengan mata yang masih melihat sekitar.

"Ya udah ke mekdi aja yah,"

" Bosen kak," keluh Gyandra.

"Katanya bebas," ucap Ginatri dengan melirik Gyandra.

"Bebas sih tapi jangan ke sana. Yang lain kek," ujar Gyandra dengan wajah sebal.

"Kamu yah. Kebiasaan! Bilang bebas, giliran dikasih pilihan gak mau."

Anak PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang