10. Sakit

2.1K 197 31
                                    

Rama berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan perasaan yang campur aduk. Beruntung dia sedang di jalan saat seseorang menelpon dan mengatakan jika anaknya menjadi korban tabrak lari. Dengan cepat dia menuju rumah sakit dan bertanya pada petugas. Mencari dimana anaknya berada dan menemukan  bungsunya sedang duduk di salah satu kursi. Rama dengan cepat menghampirinya. "Gya, gimana keadaan kamu? Mana yang sakit?"

Gyandra meringis saat Rama menyentuhnya pelan. "Gya gak apa-apa, Pa. Cuman lecet aja di tangan ," jelasnya pada Rama.

"Yakin? Coba Papa lihat." Rama meneliti setiap jengkal tubuh anaknya. Memastikan benar-benar tidak ada yang terlewat walau seujung kuku. Belum puas, Rama memanggil seorang petugas dan menanyakan beberapa hal padanya membuat Gyandra tidak percaya. Jika seperti itu, Rama benar-benar terlihat seperti orang tua yang menyayangi anaknya mengingat Rama begitu dingin padanya.

"Nginep disini aja dulu," ujar Rama padanya. Gyandra terperanjat saat mendengar ucapan Rama. "Gak usah, Pa. Gya gak apa-apa. Gya juga mau pulang."

Rama menggeleng. "Nginep disini sehari. Kita gak tahu apa yang bakal terjadi nanti. Dibanding dirumah, disini lebih gampang kalo ada apa-apa."

Gyandra bungkam. Ingin rasanya dia menolak, mengatakan semua hal yang ada di pikirannya. Namun, ketakutannya pada Rama membuat Gyandra urung. Hingga yang bisa dia lakukan hanya memendam semuanya. Gyandra tertunduk dan mengabaikan Rama yang sedang berbicara dengan salah satu suster. Tidak peduli dengan apa yang dibicarakan mereka. Tidak lama, suster itu pergi dan membawa sebuah kertas. Setelahnya Gyandra dibawa ke sebuah kamar yang akan ditempati olehnya.

Gyandra tertidur saat Rama sedang menyelesaikan beberapa urusan. Dia bahkan tidak tahu jika ibunya datang bersama Ginatri dan Bian. Yang dia tahu, keadaan begitu gaduh dari sebelumnya dan membuatnya terganggu. Gyandra membuka mata.  Wajah ibunya menjadi hal pertama yang dia lihat saat terbangun. "Mama," panggilnya dengan lirih. Lemas.

"Iya,Nak. Mama disini," balasnya penuh kasih. Gyandra yakin jika dia hanya tergores sedikit. Sedikit saja, tapi entah kenapa tubuhnya terasa begitu lemas dan mulai sakit semua. "Gya, haus," ucapnya.

Dengan telaten Ayu memberikan minum pada Gyandra. Ayu membantu Gyandra untuk duduk sementara kakaknya membantu menata bantal agar membuatnya nyaman. "Ma, Gya mau pulang," rengeknya.

Rama menatap dengan tajam. "Kalo mau pulang harus sembuh!"

"Tapi Gya 'kan gak sakit, Pa," ujar Gyandra yang mulai sebal pada Rama.

"Gak sakit gimana? Kamu sampe lecet begini," omel ibunya.

"Lagian darimana sih? Bukannya tadi ikut pulang aja sama kakak malah keluyuran!"

Gyandra menunduk. Tidak berdaya dihadapan tiga orang yang memarahinya. Salahnya juga yang tidak hati-hati. Namun, benarkah itu memang salahnya?

"Malah ngelamun!" tegur Ginatri.
Gyandra menatapnya sekilas lalu merebahkan diri.

"Tadi dari mana?" tanya Ginatri lagi.

"Nengok yang sakit, kak," jawabnya singkat.

"Terus? Bukannya kamu bilang mau pulang bareng Juna? Mana Juna?"

Bungkam! Gyandra tidak bisa lagi berbohong. Satu sisi dia tidak ingin Juna terseret dalam kebohongannya, tapi disisi lain dia juga tidak ingin Bian tahu jika dia telah berkunjung ke rumah ibu tirinya. "Gak jadi. Juna sibuk!" kilahnya.

Ginatri mantapnya curiga. "Yakin? Kamu gak...."

Ucapan Ginatri terhenti saat seseorang mengetuk pintu. Semua mata mengalihkan pandangan dari Gyandra ke arah pintu. Gyandra menatap malas saat melihat siapa yang datang, tapi berbeda dengan Bian. Dia terlihat antusias. "Leo?"

Anak PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang