Ada satu hal yang paling di sukai oleh orang lain, tapi amat sangat dibenci oleh Gyandra. Namun, dia tidak tahu jika sekarang dia harus mengalaminya. Yaitu ikut campur dalam urusan orang lain. Sungguh, itu adalah hal yang paling merepotkan. Dia bisa mengabaikan orang lain, tapi tidak bisa mengabaikan orang terdekatnya. Bahkan dia sampai tidak bisa tidur dengan benar hanya karena memikirkan semua polemik yang terjadi dalam hidupnya.
"Woi!"
Gyandra tersentak saat Juna berseru memanggilnya. "Kebiasaan sih!"
"Lagian kamu duluan yang gitu. Duduk dimana, pikiran dimana! Besok-besok kalo pikiran kamu lagi puyeng jangan cari aku! Males banget dah!" protes Juna sebal.
Gyandra sedang melakukan bisnis yang tidak jauh dari tempat Juna, dia sengaja mengabari Juna untuk bertemu saat makan siang. Namun, benar apa yang Juna katakan. Jangankan makan, saat rapat saja, dia tidak bisa konsentrasi dengan benar. Dia masih belum bisa menemukan benang merah atas apa yang terjadi. Jika dipikir-pikir lagi, semua mulai terasa janggal bagi Gyandra. Pertunangan yang tiba-tiba, kedekatan yang tidak seperti bagaimana layaknya seorang tunangan sampai kedekatan Leo dengan Ginatri.
Pusing, Gyandra meminum minumannya tanpa memedulikan tatapan Juna yang mulai jengkel padanya. "Jun!" Panggilnya.
"Hmm," jawab Juna malas. Dia memainkan handphone miliknya tanpa melihat Gyandra.
"Bisa simpen dulu gak handphonenya? Aku mau ngobrol bentar," pintanya dengan wajah yang serius.
Juna mengangkat wajahnya singkat. Matanya menyipit saat tidak sengaja terkena cahaya matahari dari kaca spion motor yang lewat di depannya. "Apaan?" tanyanya sedikit malas.
"Jun, kalo misalnya nih. Misalnya yah." Gyandra memandang Juna. Menimbang situasi dan memastikan jika Juna benar-benar mendengarkan. "Kalo kamu tahu temen deket kamu selingkuh dan kamu kenal sama pacarnya temen kamu, juga kenal sama selingkuhannya, apa yang mau kamu lakuin?" sambungnya.
Juna terdiam. Dia mengambil kopi dan menyesapnya pelan. "Gak ngapa-ngapain," jawabnya datar dengan menaruh kopinya kembali ke meja.
"Kok gak ngapa-ngapain sih."
"Yaiyalah. Ngapain juga ikut campur, bukan urusan aku juga 'kan?" jelasnya cuek. Gyandra melipat tangan di dada. Dia menatap Juna jengkel. Menyesal telah bertanya.
"Jadi? Siapa yang selingkuh? Gina, apa Bian?"
Gyandra tersentak. Hatinya berdebar kencang. Seperti penjahat yang ketahuan sedang mencari informasi yang berharga. "Ka... Kata siapa itu buat kak Gina atau Bian. Itukan seandainya, bukan berarti aku nyeritain mereka," kilahnya.
Juna tersenyum miring. Dia melipat tangan di dada. Menggoda Gyandra lewat tatapan matanya. "Ayolah, Gy. Apa yang kamu sembunyikan?"
"Gak ada, Juna. Lagipula kalo memang ada, itu bukan urusanmu," ketusnya.
Juna menatap Gyandra tajam. Dia membenarkan tubuh dan mencondongkan diri. "Dan itu juga bukan urusanmu! Jadi jangan memikirkan hal yang memang tidak seharusnya kamu pikirkan, mengerti?" jelas Juna.
Gyandra mematung dengan sikap spontan Juna. Wajahnya begitu dekat hingga Gyandra bisa mencium bau parfum yang Juna gunakan. Belum juga mengangguk terdengar seruan dari sampingnya.
"Woah! Lihat! Siapa ini? Kebetulan yang tidak di sengaja!"
Juna menoleh. Menatap kedua orang asing di sampingnya dengan tatapan malas. Gyandra mendorong wajah Juna mundur untuk kembali ke tempat duduknya tanpa memperdulikan kedua orang yang mendekati mereka.
Kafe begitu ramai karena jam makan siang. Juna masih menatap datar kedua orang asing yang tidak dikenalnya. Namun, tatapan matanya tidak suka saat salah satu dari kedua orang itu menarik kursi dan duduk disisinya tanpa permisi.
"Bocil, kamu selingkuh?" tuduh salah satu dari kedua orang itu dengan menunjuk Gyandra.
"Sembarangan! Kamu kalo ngomong dijaga yah. Baru dateng udah main tuduh!" balas Gyandra dengan melotot galak.
"Lah, dia siapa?"
"Temen!"
"Masa temen mesra begitu," timpalnya tidak percaya.
"Terserah kamu deh! Mau percaya atau enggak, bodo amat!"
Leo tertawa melihat tingkah Andre dan Gyandra. "Gy, Bian mana?" tanyanya saat menyadari tidak menemukan Bian dimana pun.
Gyandra menoleh pada Leo dan menggeleng pelan. "Gak ada, lagi di luar kota," balasnya.
"Keluar kota?" ulang Andre. Gyandra mengangguk, membuat Andre memalingkan wajah pada Gyandra dan menatapnya lekat. "Seriusan? Aku barusan ketemu sama dia," ucapnya tak percaya.
Gyandra mengangkat bahu. "Mungkin baru pulang," ucapnya kalem.
"Kamu 'kan sekretarisnya. Masa gak tahu agenda atasannya sendiri," sambung Andre lagi. Gyandra melotot. Tersinggung dengan ucapan yang dilontarkan Andre. "Sekertaris bukan berarti tahu semua soal atasannya. Ada hal yang emang gak bisa aku atur." Gyandra membalas ketus.
Juna mendengar pembicaraan mereka dengan jengah. Niatnya kemari bukan untuk mencari tahu tentang Bian atau semua yang berkaitan dengan Bian. Namun, dia tetap diam meski dia sudah gatal ingin beranjak pergi karena enggan meninggalkan Gyandra bersama dua orang yang tidak di kenalnya.
"Kamu seriusan gak tahu dimana Bian, Gy?" ulang Leo memastikan.
"Yang aku tahu, dia cuma minta aku buat handle jadwal dia selama beberapa hari sedangkan dia ada keperluan di luar yang lebih mendesak. Udah itu aja!"
Leo dan Andre saling berpandangan. Namun, saat Andre membuka suara, Leo buru-buru menutup mulutnya dan tersenyum pada Gyandra. "Oke, kalo gitu kita pergi duluan," ujarnya dan memaksa Andre untuk mengikutinya.
"Tapi...," Andre masih bersikukuh untuk memberi tahu Gyandra, tapi Leo lebih dulu memperingatinya lewat tatapan mata. Kalo Bian gak kasih tau, berarti kita juga gak boleh!
Andre berdecak. Mengalah meskipun dia ingin mengatakan sesuatu pada Gyandra.Cuaca makin panas menjelang siang. Ditambah dengan suasana kafe yang makin penuh dengan kedatangan banyak orang di jadwal makan siang. Gyandra menatap kepergian kedua teman Bian dengan hati yang semakin penuh dengan pertanyaan. Sementara Juna yang sedari tadi terabaikan, akhirnya berdiri dan membuat fokus Gyandra teralihkan. "Kemana?" tanya Gyandra saat Juna berdiri, melihat jam tangannya dan membenarkan pakaiannya.
"Balik!"
"Kok balik sih," protes Gyandra.
Juna mengangkat bahu. "Aku sibuk! Jam istirahat juga udah habis," ucapnya dengan mulai melangkah. Namun, Gyandra menahannya dengan tatapan mata yang terlihat mengenaskan. "Juna, please."
Juna mendesah. "Aku sibuk, Gy. Aku tahu apa yang kamu pikirkan dan seberapa banyak pertanyaan yang ada di otak kamu, tapi...." Juna membingkai wajah Gyandra dan mengadu kening. "Itu bukan urusan kamu! Jadi, jangan terlalu memaksakan diri dengan apa yang bukan urusanmu, paham?"
"Tapi, tadi mereka mencurigakan. Pasti ada yang mereka tutupi. Bantu aku buat cari tahu, please." Gyandra tetap bersikeras dengan opininya. Juna tersenyum. Dia menjauhkan diri dari Gyandra. Memberi jarak diantara mereka karena mulai menjadi tontonan dadakan bagi pengunjung kafe.
"Bantu aku, yah." Gyandra mulai merengek. Melontarkan jurus andalannya agar Juna luluh. Namun, jawaban Juna tetap sama. "Itu bukan urusanku, maaf!" Tekannya tegas dan pergi meninggalkan Gyandra.
Happy reading. Selamat istirahat, jangan lupa jaga kesehatan dan sehat selalu 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pelakor
General FictionKebahagiaan yang Gyandra rasakan harus berakhir saat yang dicintainya tunangan dengan kakaknya sendiri. Mampukah Gyandra menjalani kehidupannya kembali? atau terpuruk dalam masalalu?