42. Aku bisa memberikannya

949 91 19
                                    

"Kamu gak apa-apa, Gy?" Tanya Leo dengan menyodorkan minuman pada Gyandra. Setelah drama Gyandra dan Andre, semuanya memutuskan untuk istirahat dahulu di kafe terdekat. Alih-alih untuk bergabung, Gyandra memutuskan untuk menuju meja terpisah dengan rombongan. Bukan karena dia tidak mau bergabung, tapi melihat situasi Andre yang juga sama-sama badmood membuatnya urung untuk mendekat.

"Hmm," jawabnya singkat.

"Jangan terlalu dipikirkan. Sebentar lagi juga dia baikan," ucap Leo.

Jujur saja, Gyandra tidak peduli apapun soal Andre. Entah dia akan segera membaik atau tidak sama sekali, dia tidak peduli. Dia hanya ingin segera pulang.

"Gy!"

"Apa?"

"Kamu denger yang aku bilang gak tadi?" ucap Leo.

Gyandra menatap malas. "Enggak. Emang tadi ngomong apa?" tanyanya.

Leo mendesah. "Ayo kita gabung kesana," ucapnya dengan menunjuk meja dimana rombongan mereka berada.

Gyandra hanya mendelik malas dan memalingkan wajah. Dia memainkan minuman yang Leo berikan tanpa berniat untuk membukanya. Angin berhembus kencang, Gyandra memeluk tubuhnya yang mulai kedingingan karena tidak memakai jaket. Jangankan jaket, dia bahkan tidak pernah terpikirkan akan terdampar di tempat dengan orang-orang yang menyebalkan.

Leo berdiri. Dia meninggalkan Gyandra dan kembali ke mobil. Gyandra hanya melihat kepergian Leo dengan acuh. Namun, tidak berapa lama dia datang dan memberikan jaket pada Gyandra. Gyandra tersentak. Dia menoleh ke belakang dan melihat Leo tersenyum padanya. "Disini dingin. Ada baiknya kalo kamu pake jaket biar gak masuk angin," ucapnya dengan senyuman hangat.

Gyandra tidak membalas. Dia memalingkan wajah. Matanya tanpa sengaja bertemu dengan mata Ginatri yang sedang menatapnya. Tersenyum. Gyandra balas tersenyum pada kakaknya.

"Kamu lapar gak? Mau aku pesenin makanan?" tawar Leo dengan memainkan ponselnya.

"Gak usah aku gak lapar," balasnya singkat.

"Serius?"

Gyandra menatap Leo galak.

"Oh, oke. Kalo gitu, aku keluar dulu. Chat aja kalo kamu butuh apa-apa," bilangnya dan berlalu pergi.

Gyandra menatap sekitar. Kafe ini cukup terlihat ramai. Mungkin karena akhir pekan, jadi lebih ramai dari biasanya. Gyandra mendesah, dia sesekali melirik handphonenya. Dan memainkannya sembarang.

"Ini, makan!"

Gyandra tersentak kaget. "Aku udah bilang kalo aku gak laper, Leo." Gyandra menatap tajam dan berdecak malas saat tahu yang datang bukan Leo melainkan Andre. "Kalo kamu kesini mau ngajak ribut lagi, mending pergi. Aku lagi males buat ladenin kamu," usirnya.

Andre mendesah. Dia mendorong kursi disebelah Gyandra dan duduk. "Maaf," ucapnya lirih.

Gyandra menaikkan alisnya. "Apa?"

"Gue gak akan bilang dua kali," balas Andre malas.

Gyandra mengedikkan bahu. "Kamu beneran gak ada maksud lain 'kan Ndre?"

"Maksudnya?"

Gyandra membenarkan duduknya. Dia menghadap Andre dan menatap lekat. "Aku bakal maafin kamu kalo kamu jujur sama aku," ucapnya.

"Maksud lu apasih? Gue kesini cuma mau minta maaf, tapi disuruh jujur. Yang normal dikit jadi cewek. Kalo ngomong yang jelas gak perlu pake kode. Gue bukan cenayang yang bisa ngeraba isi otak lu yang ambigu tau gak!" tekannya penuh emosi.

Gyandra mendesah. Meskipun memang dia salah karena tiba-tiba berbicara yang aneh, tetap saja dia menganggap Andre begitu bodoh karena tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Bahkan Juna bisa mengerti apa yang dia pikirkan tanpa harus mengatakannya.

"Gini, Ndre. Aku mau tanya sama kamu, serius kamu gak tahu kalo Bian sama kak Gina tunangan?"

Andre menatap Gyandra lekat. Berhitung dengan situasi. "Gue emang gak tau, emang dia tunangan?" Kilahnya.

Gyandra tertawa kecil. Muak! Dia benar-benar muak untuk kebohongan ini. "Ayolah. Aku tahu sedekat apa kamu sama Bian, sedekat apa kamu sama kak Gina. Hanya karena aku diam bukan berarti aku bego. Dengan kamu yang tahu soal kebenaran Leo yang berpacaran sama kak Gina, juga status kak Gina yang masih tunangan sama Bian, gak mungkin kamu gak tau sesuatu. Kamu merencanakan sesuatu kan? Jadi, jujur aja. Maksud kamu apa bawa kita ke pantai? Pantai cuma alibi kamu 'kan?"

Andre terdiam. Dia baru membuka mulut, tapi Leo menginterupsinya cepat.

"Lu gak ngajak Gyandra berantem lagi kan , Ndre?"

Gyandra dan Andre saling tatap. Andre mendengus. "Gue gak niat cari ribut disini," ucapnya ketus.

"Kalian gak berantem lgi 'kan? Kalo masih berantem lebih baik segera baikan. Abis itu kita lanjut jalan aja, biar gak kemaleman,"saran Ginatri.

"Gya gak ikut, kak."

"Kok gak ikut sih, de. Ini udah setengah jalan, loh. Kamu mau balik sekarang? Apalagi sekarang udah malem," sarannya.

Gyandra menggeleng. "Gya gak akan pulang sekarang. Gya nginep di rumah temen Gya."

"Temen kamu yang mana?" Bian yang tadi hanya diam kini angkat suara.

"Bentar lagi juga dateng orangnya," ucap Gyandra enteng.

"Gak! Kamu harus ikut kita," ucap Bian maksa.

"Gak mau. Jangan maksa orang yang emang gak mau ikut!"

"Lagian juga ini udah malem. Kamu mau di jemput siapa?"

"Siapa aja itu bukan urusan kamu 'kan?" Kata Gyandra menekankan kata kamu pada Bian. Menyadarkan pada Bian bahwa apa yang menjadi urusan Gyandra bukan lagi menjadi urusannya.

"Oke, gini aja. Kalo emang kamu gak mau ikut, suruh temen kamu jemput kamu disini saat ada kita. Biar kita tahu siapa yang jemput. Biar gimanapun, kakak gak mau kamu dijemput sama sembarang orang," kata Ginatri menengahi.

"Gak perlu. Kalian duluan aja. Aku gak tau kapan dia jemput aku,"tolaknya santai.

"Lu yakin ada yang jemput? Atau cuma alasan lu doang biar gak ikut kita? Kalo ini cuma gara-gara gue, gue minta maaf," ucap Andre mengalah.

Gyandra menggeleng. "Maaf, ini bukan soal siapa yang salah, tapi Gya emang gak bisa karena kebetulan ada janji," bohongnya.

"Ya udah gak apa-apa. Kita tunggu aja sampe temen kamu datang," ucap Ginatri memberi solusi.

Gyandra mengangguk. Mereka memutuskan untuk menunggu bersama sampai teman Gyandra datang. Para lelaki mulai asyik dengan dunianya masing-masing.  Keadaan pun mulai canggung karena berbagai alasan.

"Gya mau cari angin dulu ke depan," ucap Gyandra. Ginatri berdiri. "Aku ikut," ucapnya seraya mengikuti Gyandra.

Mereka tiba di bangku depan pintu masuk cafe. Keduanya diam membisu.  Ginatri meremas tangannya gelisah. Banyak hal yang ingin dia tanyakan pada Gyandra. Namun dirinya bingung harus memulai dari mana. Jika tidak sekarang, mungkin tidak akan ada waktu lagi, pikirnya. Jadi, dengan harap-harap cemas, dia mulai membuka mulut.

"Dek, kamu...  Suka sama Bian?"

Gyandra terdiam. Jika saja Ginatri menanyakan saat Gyandra masih bersama Bian, mungkin Gyandra akan dengan semangat menjawab. Namun, sekarang?

"Ma... Maksud kakak?"

Ginatri tersenyum. Dia melirik Bian, Leo dan Andre yang berada di meja lain. Dan mengarahkan dagunya pada Bian. "Kamu menyukainya bukan?"

Gyandra mengikuti arah pandangan Ginatri. "Kenapa aku harus menyukai tunangan orang? Terlebih tunangan kakak sendiri?" tanyanya balik.

Ginatri mendesah. "Aku tahu ini terdengar konyol, tapi...." Ginatri menalan ludah. "Kalo kamu memang menyukainya, aku bisa memberikannya padamu."

Hallo semua. Kukira udah di up semalem karena emang udah beres, tapi ternyata lupa aku up. Wkwkkw

Happy reading. Jangan lupa bintang y. Tetap semangat di hari senin 🤗

Anak PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang