Tidak ada orang menginginkan hal buruk dalam hidupnya. Seberapapun kita mencoba, berusaha, suratan takdir kadang tidak terduga. Hal yang dianggap baik, tidak selalu baik untuk orang lain.
Ayu terdiam disisi ranjang Gyandra. Dia menggenggam tangannya dengan perasaan sesak. Keputusan yang dia pikir akan menjadi hal baik bagi Gyandra justru malah menjadi bumerang yang menyakitinya. Jika saja saat itu, dia tidak menerima ajakan juga rayuan dari Ningrum, mungkin mereka akan baik-baik saja, tapi...
Bukankah dia kembali karena keadaan saat itu tidak baik-baik saja?
Bukankah dia menerima saran Ningrum karena dia tahu bahwa selama ini Gyandra menginginkan kasih sayang yang utuh?Ayu pikir, semua akan kembali membaik ketika dia kembali pada Rama. Namun, Ayu lupa, meskipun Ningrum menerima mereka, bukankah urusan rumah tangga bukan hanya persoalan internal?
Saat Ningrum menerimanya dengan tangan terbuka, menganggap Gyandra sebagai anaknya sendiri dan mengenalkan kasih sayang, mendekatkan dan menumbuhkan ikatan persaudaraan yang erat dengan Ginatri, tapi mereka hanyalah segelintir orang yang menerima diantara mereka yang menolak kehadiran Gyandra dan dirinya. Bahkan dari keluarga Rama sendiri, Ayu mendapatkan penolakan keras. Seharusnya dia sadar jika hal ini akan terjadi pada Gyandra.Ayu menghembuskan napasnya berat. Matanya memanas membayangkan penderitaan yang dilalui Gyandra selama ini. "Maafin mama, Gya. Maafin, Mama," lirihnya dengan mengecup tangan Gyandra berkali-kali.
Gyandra mengerjapkan mata. Kepalanya begitu berat juga merasa dingin. Wajah ibunya menjadi hal pertama yang dia lihat saat dia membuka mata.
"Gya, gimana keadaan kamu, nak?" tanyanya khawatir. Gyandra tersenyum dengan wajah pucatnya. Dia berusaha untuk bangun dan duduk. "Gya gak apa-apa kok, Ma."
Ayu membelai wajahnya sayang. Melihat keadaan Gyandra membuatnya sakit. Tidak ada orang tua yang tega melihat anaknya menderita. Pun dengan Ayu. Rasa bersalah menyerangnya hingga dia tidak kuasa menahan bulir panas di matanya. Gyandra yang melihat ibunya menangis langsung mendekat dan memeluk ibunya. "Maafin Gya, Ma. Gya udah nyusahin mama," sesalnya.
Ayu tersentak. Dibandingkan menyalahkan dirinya, Gyandra malah merasa semua salahnya. Ayu menggeleng pelan, dia menghapus bulir bening di wajah Gyandra dan membelainya sayang. "Gak, ini bukan salah Gya. Ini salah mama. Maafin mama. Jika saja mama tidak kembali pada papa, mungkin Gya tidak akan seperti ini. Maafin mama yang udah bikin Gya menderita, maafin mama yang menutup mata selama ini." Ayu menangis.
Gyandra tergugu dalam diam. Jauh dalam lubuk hatinya, Gyandra sadar tidak ada yang bisa disalahkan dari semuanya. Bukan salahnya juga bukan salah ibunya.
Mereka hanya ingin yang terbaik untuk masing-masing. Namun, takdir berkata lain.Tanpa mereka sadari Ginatri berdiri didepan pintu dan mematung. Dia tidak berani masuk meskipun pintu tak terkunci. Keraguan menahannya untuk mendekat. Niat hati ingin melihat keadaan Gyandra justru malah mendengar hal yang tidak terduga. Dalam hatinya, Ginatri merasa bersalah. Jika ada yang disalahkan, maka itu adalah ibunya, jika ada yang harus pergi, maka dialah yang seharusnya pergi. Namun, jangankan pergi dia bahkan menerima banyak kasih sayang dari keluarga ayahnya. Berbeda dengan Gyandra dan Ibunya. Rasa bersalah itu kian membesar saat dia tahu jika dia merebut orang yang benar-benar disayang oleh Gyandra.
Sesak, Ginatri memberanikan diri untuk mendekat. Dia mengetuk pintu pelan dan berhasil mendapat perhatian dari Gyandra juga Ayu. Ginatri ingin masuk. Namun, langkahnya memberat. Matanya memanas. Tak sanggup, dia menunduk dan berkata lirih. "Maaf. Maafin Gina," ujarnya serak.
Ayu terenyuh. Hatinya mencelos begitu melihat anak-anaknya saling merasa bersalah satu sama lain. "Kemarilah, Nak. Sini." Ayu menepuk sisi ranjang Gyandra. Langkah Ginatri terlihat ragu, tapi Ayu berdiri dan menariknya mendekat. Dia mendudukkan Ginatri di sisi Gyandra dan bersimpuh. Membuat Ginatri dan Gyandra tersentak. Dia menarik Ayu dan memeluknya bersama. Ayu tergugu. Tangisnya pecah tak tertahankan. "Maafin mama. Ya Tuhan, maafin mama. Karena kesalahan mama, kalian harus menanggung kesalahan yang tidak pernah kalian lakukan. Kalian harus...." Ayu berhenti, tak sanggup melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pelakor
General FictionKebahagiaan yang Gyandra rasakan harus berakhir saat yang dicintainya tunangan dengan kakaknya sendiri. Mampukah Gyandra menjalani kehidupannya kembali? atau terpuruk dalam masalalu?