Hari minggu bagai surga bagi para pekerja. Namun, tidak bagi Gyandra. Jangankan libur, dia bahkan tidak mendapat jatah tidurnya dengan baik. Sepulang dari Bandung, Bian mengantarkannya sampai depan rumah. Naas, bukannya tidur, dia malah dibuat bingung dengan sikap Bian yang berubah-ubah padanya seperti bunglon. Membuatnya terus bertanya-tanya juga merasa bersalah pada Ginatri.
Tidak cukup sampai disitu, Bian juga memintanya untuk mengambil dokumen yang tertinggal di kantor di pagi buta. Kantor begitu sepi saat dia masuk. Hanya beberapa orang produksi yang bekerja lembur juga beberapa satpam yang berjaga. Gyandra terus naik kelantai atas. Tempat dimana kantor Bian berada. Selesai dengan urusan dokumen, Gyandra berbalik dan meninggalkan kantor. Dia bergegas untuk pergi ke rumah Bian, tapi...
Gyandra urung. Saat angkutan umum yang ditumpanginya melewati pertigaan kantor Juna, dia berhenti. "Si biang kerok itu, bagaimana kabarnya?" gumamnya pelan.
Gyandra mengeluarkan handphonenya dan menghubungi Juna. Bertanya dimana dia berada. Dan Juna hanya memberikan balasan dengan mengirim fotonya bersama dengan si Boy. Salah satu anjing yang dititipkan pelanggan pada Juna.
Gyandra tersenyum. Dia memasukkan handphone ke saku dan berjalan pelan.
Beberapa tukang becak menawarkan jasa saat dia lewat, tapi dengan sopan dia tolak. Dia berhenti di depan klinik hewan milik Juna dan mendorong pintu pelan. Suara bel berbunyi. Seorang wanita remaja menyambut dan tersenyum ramah padanya. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan."Dr. Juna ada?" tanyanya basa-basi. Wanita itu mengangguk. Dia membawa Gyandra ke lantai dua dimana Juna berada dan langsung pergi begitu selesai mengantarkannya. Gyandra tersenyum. Dia mengucap terimakasih dan mengetuk pintu pelan.
Fokus Juna teralihkan saat melihat Gyandra masuk. Dia tersenyum dan berdiri menyambutnya. Merentangkan tangan, tapi Gyandra menahannya. "Kenapa?" tanyanya.
Mendengus kesal. Gyandra memukul kepala Juna dengan dokumen yang dia bawa hingga membuatnya mengadu pelan.
Juna melotot. Menatapnya tidak suka. "Apa sih! Datang-datang langsung main pukul orang. Gak sopan tahu!" protesnya.
Gyandra kembali melayangkan dokumen, tapi Juna lebih cekatan dan menarik tangannya. Mendekapnya erat. "Kalo kangen bilang aja, aku juga kangen kok. Pembaca juga pasti kangen sama momen kita," ucapnya percaya diri. Gyandra mendongak pelan. Dia mendorong Juna dan menendang tulang keringnya pelan. Juna mengadu. "Dasar bar-bar! Apa sih masalah mu?" Protes Juna dengan memegang satu kakinya yang sakit.
"Bodoh amat! Itu setimpal buat kamu!" Ujarnya.
Juna mendengus. Dia duduk di kursi sementara Boy berbaring santai. Tidak peduli dengan keributan di sekitarnya.
Gyandra mengambil duduk di samping Juna. "Ada masalah apa?"Juna mendengus. Menatap Gyandra sekilas dan membelai Boy pelan. "Tidak ada!" jawabnya singkat.
Gyandra menyipitkan mata. "Serius?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pelakor
General FictionKebahagiaan yang Gyandra rasakan harus berakhir saat yang dicintainya tunangan dengan kakaknya sendiri. Mampukah Gyandra menjalani kehidupannya kembali? atau terpuruk dalam masalalu?