24. Lirikan mata

1.7K 172 28
                                    

Saat mencinta, pertemuan adalah hal yang paling ditunggu, kebersamaan adalah hal yang paling disenangi dan pernikahan menjadi tujuan. Ginatri mematut dirinya di cermin. Berkali-kali mengganti pakaian dan mencocokkan diri. Hal yang telah lama ditunggu, kini telah tiba.

Setelah mendapat baju yang diinginkan, juga merasa cukup, dia turun dan menemui Bian yang berada di ruang tamu. Dia juga tidak lupa membawa bingkisan yang telah lama disimpannya. "Ayo, Bi. Kita pergi," ajaknya bersemangat.

Bian menyambut uluran tangan Ginatri dan tersenyum. Namun, saat berbalik dan melihat Gyandra, dia berhenti. Pemandangan Gyandra yang sedang mengambil air minum mengusik hatinya. Dan sekelebat ingatan malam itu kembali menyerang Bian. Pengakuan cinta Gyandra membuat hatinya berdebar.

"Dek, udah mendingan?" tanya Ginatri dengan menghampiri Gyandra dan memeriksa keningnya.

"Udah, Kak." Gyandra mengamati penampilan Ginatri yang lebih cantik dari biasanya. Dia juga memandang Bian. Wajahnya memanas saat matanya bertemu pandang dengan Bian.

Bian tersenyum miring. Respon Gyandra benar-benar membuatnya senang. "Udah mendingan? Kalo masih sakit, cuti aja dulu. Biar kamu sembuh dulu baru masuk. Daripada nanti tambah parah," imbuh Bian. Gyandra hanya tersenyum menanggapi ucapan Bian.

"Assalamualaikum."

Salam dan ketukan di pintu membuat ketiganya mengalihkan pandangan. Ayu yang kebetulan sedang duduk di kursi dekat pintu langsung berdiri dan membukakan pintu. Senyum mereka dibibirnya saat tahu bahwa Juna datang berkunjung. "Nak Juna! Apa kabar? Udah lama gak ketemu, sekali ketemu makin tinggi sama ganteng. Sini masuk," ajaknya pada Juna.

Juna mencium tangan Ayu dan tersenyum lebar. "Gya ada tante?" tanyanya.

"Ada di dalam. Sini duduk dulu."
Juna menurut dan duduk di kursi yang tidak jauh dari tempatnya berada sementara Gyandra yang kebetulan mendengar percakapan Ayu dengan Juna berjalan tergesah menemui Juna. Namun, Ginatri menahan langkahnya dengan mencekal tangan Gyandra. "Kenapa, kak?" tanyanya sebal dengan melirik singkat tangan Ginatri yang menahannya.

"Kamu yakin mau nemuin Juna dengan keadaan kaya Gini?" Ginatri menatap adiknya dari atas ke bawah.

"Memang kenapa?" tanya Gyandra heran.
Ginatri berdecak. Dia merogoh tasnya dan memberikan kaca pada Gyandra. "Coba lihat!" titahnya.

Gyandra menurut dan melihat bayangan dirinya dalam cermin yang Ginatri berikan. Rambut yang acak-acakan juga wajahnya yang khas baru bangun tidur terlihat begitu jelas. Namun, Gyandra tidak tahu kenapa dia harus merasa malu dengan wajahnya. "Cantik kok," ujarnya dengan polos.

Bian tertawa saat mendengar ucapan Gyandra yang kelewat pede menurutnya. Sedangkan Ginatri malah merasa kesal. "Cantik darimana? Tuh liat! Masih ada bekas iler juga minyak di wajah kamu! Sana cuci muka! Jadi cewek jorok banget!"

"Jangankan muka berminyak. Wong nemuin Juna pas telanjang aja pernah," sahut Ayu yang sukses membuat Bian melongo.

"Mama! Kapan Gya begitu?" protesnya tidak terima. Ayu tertawa. "Sudah sana, temuin Juna. Kasihan dia udah nunggu kamu di depan," ujarnya.

Gyandra berdecak dan berjalan, tapi Ayu menahannya dan membuatnya kembali berhenti. "Apa lagi sih,Ma?"

"Bener kata kakak kamu. Cuci muka, sikat gigi sebelum ketemu Juna!" titahnya yang membuat Gyandra berdecak dan menurut. Dia berjalan cepat dan segera membersihkan diri. Tidak sabar ingin bertemu Juna. Sementara Ginatri tersenyum menang atas pembelaan ibunya.

"Memang Kapan Gya begitu, Tan?"

Ayu mengalihkan pandangannya dari punggung Gyandra saat Bian bertanya padanya. Dia tersenyum dan berjalan melewati Bian tanpa menjawab pertanyaannya untuk membuat minuman juga memberikan camilan untuk Juna.

Anak PelakorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang