36. Akhir

19.4K 1.3K 83
                                    

Lo itu bisa lebih dari yang lo pikirin.
- Geng Kalong

Mungkin karena efek pemanasan global, pada bulan Juni, Bogor masih sering diguyur hujan. Padahal hujan di bulan Juni seharusnya adalah satu hal yang tidak mungkin.

Saat aku menonton drama, ponselku berbunyi. Aku mendapat kabar tiga hari setelah mendaftar sidang, jadwal ujianku sudah keluar.

Aku langsung sibuk menyiapkan beberapa keperluan. Pertama meminta Andi membantuku memperbanyak draft dan menyebar undangan resmi untuk pembimbing dan penguji. Kedua, mendekati hari H, Alana dengan inisiatif sendiri mengajukan diri ingin membantuku membeli beberapa konsumsi dan bingkisan sebagai kenang-kenangan.

Dulu saat pertama kali menginjakkan kaki di kampus, aku selalu merasa, kalau aku datang sendiri maka saat pergipun aku akan sendiri. Aku sempat mengira bahwa aku memang penyendiri. Tapi setelah bertemu dengan Alana, Andi, bahkan Mbak Yumi, aku menyadari bahwa sebenarnya aku bukan penyendiri. Melainkan, aku hanya terbiasa sendiri.

Melihat mereka membantuku, aku kembali merasa tersentuh.

"Andi! Lo makan Pringles gue ya?"

Saat itu Aku dan Alana baru selesai merapikan file di laptop. Aku ingat Alana baru membeli makanan kesukaannya, Pringles yang warna merah. Tapi saat dia ingin memakannya, isinya bahkan sudah tidak bersisa.

Di ruang ini hanya ada kami bertiga. Tentu bukan Aku karena sejak tadi aku fokus dengan file dan jurnal. Jadi kalau bukan Andi, siapa lagi?

Tersangkanya sedang rebahan di sofa.

"Engga kok. Enak aja main tuduh."

Wajah Andi seperti teraniaya. Lalu kembali lagi memainkan game online di ponselnya.

"Padahal enak. Tadinya gue mau bagi ke lo. Kok bisa abis ya?" keluh Alana.

Lalu tiba-tiba Andi bangun dari sofa. Tangannya menggaruk kepala lalu menyengir dan berkata, "Gue makan hehe"

"ARRRHHH AL AL ADUUUH AARRGHHHH."

Setelah Andi mengaku, tangan Alana bererak secepat kilat mencubit dada Andi. Kamu tahu, dada di bagian... itu, emm niplenya.

Aku membuka mulut tak menyangka. Dalam hati meringis. Tapi di sisi lain juga ingin tertawa. Apalagi saat Alana dengan tanpa ampun mengeraskan cubitannya.

"AL AL AMPUN ARRGHHH PLIS PLIS AMPUN AL!!!"

"Hahahahahaha mampus lo Andi."

....

10 Juni 2020, Hari-H sidang.

Meskipun sebelum memulai ujian ada beberapa kendala dan drama soal ruangan, tapi pada akhirnya aku berhasil lulus dengan nilai memuaskan.

Senyumku semakin lebar setelah sesi foto bersama para dosen dan aku keluar dari ruang ujian. Aku menghela napas, merasa lega. Empat tahun yang banyak memeras emosi akhirnya mampu kuselesaikan.

Bisa kukatakan, meskipun selalu merasa aku salah jurusan, tapi dengan lulus tepat waktu seperti ini, aku merasa bangga pada diri sendiri. Meskipun tidak suka, aku mampu menyelesaikan apa yang sudah terlanjur kupilih dengan sebaik-baiknya.

Di luar ruangan, Andi melemparkan sebuket bunga edelweis kecil padaku.

"Selamat lo Nath!"

"Dih."

Alana maju memasang selempang padaku.

"Celumut ma bebi bebi Nath Nath."

Aku langsung merinding.

The DozentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang