Akhirnya aku bisa update juga ditengah-tengah kegiatan berfaedah yang menggila. Lebay ah. wkwk tapi beneran deh, pengen ngelepar aja gitu, tidur tanpa bisikan-bisikan tugas dan ke-luck-nut-an lainnya haha
Hope you like it and enjoy
happy reading ~~~
.
Rahasia itu untuk dibagi-bagi, bukan disimpan sendiri
- Para Kalong
Gara-gara kualat kemarin, pakai acara mau kabur dari Elgar karena alasan sakit. Gak taunya malah sakit betulan. Apalagi kalau bukan kampret namanya?!
Hari sabtu aku tidak bisa tidur karena Elgar yang mendadak kesurupan jin baik. Setelah mengantarku berobat, lalu pulang, kukira cukup sampai disitu saja dia membuatku terperangah heran. Tidak kusangka saat malam tiba ada pesan masuk yang isinya, "Cepat sembuh, Ca." - Elgar.
Aku tidak mau membalasnya. Biarin! Karena bukannya sembuh, aku justru malah tambah sakit kepala. Bikin perut juga mual-mual. Coba pikir, Elgar kesambet setan jenis apa? Bulu kuduk saja sampai berdiri ngeri dan aku terjaga nyaris semalaman karena takut. Tapi bisa sajakan ponsel Elgar itu dibajak orang lain, atau memang ada orang iseng yang mengaku-ngaku kalau dirinya adalah Elgar? Kampret banget sih! Awas aja kalo ketemu orangnya, kutenggelamkan di empang Mang Ujang baru rasa!
Sampai minggu dini hari aku baru benar-benar terkapar pingsan di atas kasur. Bi Lia saja sampai harus repot-repot menyeretku supaya mau makan dan mengingatkan setiap 5 jam sekali untuk minum obat. Tapi kalau dipikir, dengan begini kan aku jadi bisa istirahat total. Kapan lagi bisa balas dendam dan tidur pulas di saat tugas sedang seru-serunya menyerang? Ya meskipun harus sakit dulu dan badan rasanya lemas sekali.
Sialnya, sampai senin pagi, aku masih menikmati surga di atas kasur, makin malas untuk bangun. Tapi teringat kalau hari ini adalah hari senin membuatku merutuk sebal. Di senin itu matakuliahnya cukup horor untuk ditinggalkan. Bukan mata kuliahnya sih, tapi dosennya. Meskipun tidak sehoror Elgar.
Dalam hati aku berdoa supaya warna hitam di tanggal kalender dudukku hari ini menjadi warna merah. Belum sampai semenit, suara Bi Lia sudah mengganggu doaku yang paling khusuk pagi ini.
"ACA!"
Ampun! Pura-pura masih sakit aja lah.
Aku merasakan telapak tangan Bi Lia menempel di dahi.
"Syukurlah, udah turun panasnya," katanya terdengar samar.
"Ca bangun!"
Aku tidak mau bangun. Aku betul-betul tidak rela harus meninggalkan kasur kesayanganku ini.
"Aca!" Bi Lia mengguncang-guncangkan tubuhku.
"Aca masih sakit Bi," gumamku dengan suara serak. Malas bangun. Malas kuliah. Malas ketemu Elgar. Malas semua!
"Udah sembuh kamu Ca. Bangun! Udah jam 7, gak kuliah kamu?
"Lima menit lagi, ya?" rayuku dengan mata masih setengah terbuka.
"Bangun cepetan! Atau gaji bulan ini Bibi potong."
Alamak jang! Sontak aku menegakan tubuh dengan mata melotot pada Bibiku itu. Enak saja main potong gaji karena tidak mau bangun pagi. Dikira design baju gitu gampang?
"Curang!" sungutku tapi tetap beranjak lalu meraih handuk di gantungan.
Aku mendengar Bi Lia tertawa dari balik pintu kamar mandi dan tidak menanggapi lebih lanjut. The kampret moment sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dozent
ChickLitSudah mewanti-wanti supaya tidak bertemu dosen menyebalkan yang kalau sudah beraksi minta dijambak dan dicakar-cakar, nyatanya takdir tidak begitu baik. Kalau sudah begitu, mau tidak mau aku harus berhadapan dengan yang kuhindari.