Happy reading~~
Typo adalah seni^^
.
.
Saya sudah sengaja telat. Kalau kamu masih telat juga, itu namanya keterlaluan.
-Elgar-
Aku menutup mata, setengah sadar saat meraba-raba nakas dengan tidak sabaran. Dari tadi ponselku tidak mau diam. Akan aku cincang habis orang itu. Mengganggu tidurku saja. Memangnya siapa yang mau subuh-subuh begini dirusuhin? Gak ada!
Siapa sih?!
Aku menyambar ponsel di atas nakas setelah terpaksa mendudukan diri dan membuka mata. Aku mengusap layar untuk melihat notifikasi masuk yang menganggu itu.
10 Andi missed voice call at 6.41 AM
What?
Alana Famelia
Alana Famelia : Lo dimana, Nath?
2 missed voice call at 6.30 AM
Alana Famelia: Jan bilang masih tidur!
5 missed voice call at 6.50 AM
Alana Famelia: WOY BANGKE! BANGUN LO!
Missed call at 6.55 AM
Alana Famelia: Nathasya Anuradha yg baiq hati serta tidaq suombong, gue harap lo ga lupa hari ini masuk jam berapa dan diajar sama siapa!
Emang jam berapa sih?
Aku melirik malas ke arah meja belajar. Sontak saja aku dibuat melotot setelah bolak-balik memastikan mataku tidak salah melihat jadwal yang tergantung di dinding atas meja dengan set tanggal hari ini di ponselku. Mampus gue!
Aku langsung melompat keluar dari atas ranjang, menyambar handuk di gantungan samping kusen pintu, lalu melesak masuk ke kamar mandi. Kurang dari lima menit aku sudah keluar. Kalau situasinya begini, mandi kilatpun kan kulakukan. Yang penting sudah diguyur air. Jadi, gak bakal bau-bau amat ini badan. Lagipula sebelum tidur aku pasti mandi kalau weekdays begini.
Aku langsung menyambar baju di lemari dan bersiap secepat yang aku bisa. Bahkan Bi Lia yang memanggil-manggilku untuk sarapan kuabaikan saja ketika aku keluar dan berlari keluar.
"Ca, sarapan? Ca!"
"Gak Bi, udah telat!"
Sekali lagi, aku main sambar kunci mobil di atas meja ruang tamu. Saat alarm aku bunyikan ternyata itu mobil punya Bi Lia. Aku mempercepat langkah sambil mengintip arloji yang melingkar di tangan kiri. Fatal! Aku berbalik hendak masuk menukar kunci. Tapi... ah bodo!
Untuk menukar kunci mobilpun aku merasa tidak punya waktu lagi. Secepat kilat aku melesat masuk dan membawa mobil Bi Lia pergi. Selama kurang dari 10 menit aku mempertaruhkan nyawa dengan kebut-kebutan brutal di jalan. Beberapa mobil membunyikan klakson protes atas kelakuanku dan ada yang nyaris aku tabrak karena lampu merah. Untung saja lampu berubah hijau sebelum aku menyundul bokong mobil yang entah punya siapa.
Aku menghirup napas panjang setelah berhasil menemukan tempat parkir di depan gedung fakultas. Lalu cepat-cepat berlari menuju ruang kelas.
Napasku naik turun saat aku sampai di depan pintu yang masih terbuka. Di dalam sana Elgar sedang melangsungkan kelasnya. Aku menelan ludah. Berasa liat malaikat maut, sumpah! Aku maju selangkah, meneguhkan hati, mungkin kali ini Elgar masih memilik sedikit kebaikan hati seperti saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dozent
ChickLitSudah mewanti-wanti supaya tidak bertemu dosen menyebalkan yang kalau sudah beraksi minta dijambak dan dicakar-cakar, nyatanya takdir tidak begitu baik. Kalau sudah begitu, mau tidak mau aku harus berhadapan dengan yang kuhindari.