8. Demi...

28.1K 2.8K 49
                                    

Masih bisa update cepat, seneng. he he sebelum update melambat karena aku juga lagi banyak tugas dan ujian sana sini. Hope you like this and enjoy

Happy Reading ~~

.

.

Kalau ada anggota kelompok yang cuma numpang nama di cover depan, enaknya dilaporin atau coret namanya saja?

- Nathasya

Kalau ditanya berapa tingkat kemarahanku dari satu sampai sepuluh, aku akan bilang sembilan koma sembilan sembilan percaya?

Ya bagaimana tidak marah, sewaktu di kampus 'kan sudah aku bilang ke Kevin kalau jam 3 sore ini harus turun ke lapangan supaya tugas laporan dari Doktor Elgar bin menyebalkan dengan deadline kelewat kurang ajar itu selesai.

Jangankan telat, terlihat lobang hidungnya saja tidak. Iya, si Kevin Kevin itu tidak datang. Aku benar-benar bersemangat untuk menjambak kumis tipisnya itu sekarang. Dan kenapa aku cuma memberondong Kevin? Aditiya mana? Bukannya dia satu kelompok juga denganku? Sehari sebelum tragedi aku didamprat Elgar, Aditiya sudah konfirmasi kalau saat ini dia sedang berada di luar kota. Anaknya lumayan pintar, jadi wajar saja kalau dia dibawa penelitian lapang oleh dosen. Dapat ilmu, duit juga. Mana dosennya baik pula. Seandainya aku yang ada di posisi Aditiya, barang tentu aku tidak perlu repot-repot banting tulang kepayahan, mengerjakan laporan kelompok rasa individu begini. Apalagi tadi harus turun ke lapangan sendirian, waktu pulang sial banget malah turun hujan. Double sial lagi aku juga tidak bawa si Ayla, mobil kesayangan yang suka ngadat lagi akhir-akhir ini, maklum mobil second hand, ya gitu. Terpaksa aku pesan Kang Ojek online sambil hujan-hujannya. Tinggal nyanyi-nyanyi saja sambil kejar-kejaran, terus muter-muter pohon, Aku dan Kang Ojek sudah persis memainkan peran macam adegan di film-film india.

Aku melirik jam di sudut meja dekat lampu belajar, pukul 02:55 WIB pagi. Tuhan, sudah mau jam tiga tapi laporan belum juga kelar. Bahkan isian mug kopi pun sudah minta di-refill lagi.

"Mau langsung masuk surga gue, bisa gak, sih?"

Aku menyeret literatur, membulak-balikkan halaman, kemudian mendorongnya menjauh. Ingin muntah aku serius. Kepala pening, perut mual, lingkar mata sudah hitam, pokoknya muka sudah tidak ada bentuknya lagi kalau dilihat sebagai perempuan cantik.

Aku mendengus kesal saat menyambar ponsel di samping komputer. Mau cari hiburan sebentar di Instagram. Buka-buka akun fangirl biar mata segar lagi lihat roti sobek oppa-oppa korea yang kelewatan bikin lemes lututku.

Layarku yang masih menghitam lalu berkedip.

Kalong beraksi (4)

Yumi : Yuhuuugengzterzzzz

Mbak Yumi jarang-jarang melek sampai pagi begini. Aku mulai menyimak isi chat room group.

Alana : Mb Yum jempol lu kelilit apaan?

Andi : Brisik klean!

Yumi: Heh pentil anoa! Biasanya juga lu yang heboh.

Andi : Ya tapi ga jam segini juga kali mb Yum. Jam 3 woy. Ini tuh Taim tu slip sayang-sayang quuuh. 😪😪😪

Alana : makin malam makin jablay ya Ndi? Mangkal gih sama um-um😌

Yumi : Kalo lu yang belai si Andi langsung lemes tuh Al.

The DozentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang