HAPPY READING
SORRY FOR TYPO. TAPI TYPO JUGA ADALAH SENI :).
.
Apa untungnya mengeluarkan uang untuk menakuti diri sendiri?
- Elgar
"Lo yakin si Nathasya ga ngamuk?""Udah, percaya sama gue Al."
Aku baru kembali dari toilet, tidak sengaja mendengar percakapan Andi dan Alana.
"Awas lo sampe doi ngamuk, gue ga ikut-ikut," Alana mendengus.
"Siapa yang ngamuk?" Aku mengejutkan mereka, menyusul duduk di samping Alana.
"Eh, anu..."
Aku memicingkan mata. "Anu apa?"
"Itu tuh, si Andi jalan sama kita takutnya Sesil ngamuk."
Alana memandang Andi. Andi langsung mengangguk seperti orang patah tulang leher. "I-iya."
Aku menyunggingkan senyum jahat. Gue kasih tahu, kalau gak pinter ngeles jangan coba-coba buat ngeles. Malu-maluin yang ada.
"Masa, sih? Kok mencurigakan," gumamku. Tapi tidak ada yang menanggapi. Lord, mubazir sekali suaraku.
Tidak lama, pesanan kami datang. Dua porsi kentang goreng dan 3 cup pepsi dingin sudah tersedia di atas meja. Aku menggeser tas hitamku, lalu kentang gorengnya ke tengah meja dan minuman ke masing-masing orang. Kemudian melirik tiket Avengers Infinity War 2D yang juga ada di atas meja.
"Dapet jam berapa, Ndi?" tanyaku lalu menyedot isi cup pepsi. Ah, bagai menemukan oasis di padang gurun.
"Jam 16.30." Andi ikut meminum cairan coklat itu sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
"Stengah jam lagi lah."
Aku mengangguk setuju pada Alana.
"Hei brother!"
Otomatis perhatianku langsung teralihkan ketika suara itu terdengar dan Andi yang langsung berdiri menyambut Mas Andra, Mbak Yumi dan--
WHAT?!!!
Heh kok ada dia? Ngapain? Ngapain Elgar di sini?!!
Dosa apalagi yang sudah kulakukan di kehidupan sebelumnya sehingga harus melihat manusia itu lagi dan lagi?!
"Nath, mata lo bentar lagi keluar."
Aku langsung menoleh ke samping. Lalu ke arah Andi yang tengah menyambut Sang Tamu Kehormatan.Demi Black Widow yang mirip diriku, uhuuk... Dari sekian banyak orang kenapa harus dia? Mereka semua juga kenapa sama sekali tidak bisa membaca situasi? Teman macam apa kalian?
Gue masih kemusuhan sama Elgar woy! Mau teriak aja gue tuh bawaannya. Pengin misuh-misuh sama itu dua cebong.
“Loh, Pak Elgar juga ikut nonton?”
Ampas lo Alana!
Alana bangkit menghampiri Elgar. Pura-pura buta dengan ketidaksukaanku, padahal ini dua mata sudah nyaris keluar karena memelotinya. Aku menoleh ke arah lain sambil membuang hawa-hawa jahat yang tiba-tiba datang di sekitar.
Elgar mengangguk kecil sambil tersenyum pada Alana, lalu matanya tiba-tiba bergeser dalam waktu singkat ke arahku. Bibirku otomatis mengembang dengan anggukan sopan. Kalau tidak ingat dia itu siapa, sudah aku getok kepalanya pakai palang pembatas.
Alana lalu kembali, menarik lenganku untuk berdiri dan dengan seenaknya dia duduk di tempatku tadi. Yang lebih menyebalkan adalah, bahkan saat masih ada tempat kosong yang hendak aku monopoli, Mbak Yumi tiba-tiba menahan bahuku dari belakang. Lalu menggeser tubuhku dan dia duduk di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dozent
ChickLitSudah mewanti-wanti supaya tidak bertemu dosen menyebalkan yang kalau sudah beraksi minta dijambak dan dicakar-cakar, nyatanya takdir tidak begitu baik. Kalau sudah begitu, mau tidak mau aku harus berhadapan dengan yang kuhindari.