25. New Facts

14.9K 1.6K 100
                                    


Aku lagi dalam perjalanan ke resort waktu HP pintarku bergetar di dalam tas kecilku.

Dari Ayah.

"Assalamualaikum ayah," sapaku sambil tersenyum.

'Waalaikum salam neng. Ntos di Bali (sudah di Bali)?'

Aku mengangguk. "Udah dari kemarin, Ayah. Kan Aca sempet kirim WA ke ayah atuh. Ga baca tah?"

'Eh heeh. Ayah lupa.' ayah langsung ngehehe konyol. Apa ini tanda-tanda kepikunan ya?

"Yee ayah mah. Ngomong-ngomong kenapa, Yah? Aca lagi di jalan nih."

'Eh? Oh anu... neng ningali wokmen ayah teu waktu beberes di bumi (neng lihat wokmen ayah gak waktu beres-beres di rumah) ?'

"Hah? Wokmen?"

'Iya wokmen. Eta, anu dicolokeun ke kuping (itu, yang di colokin ke telinga)? Ayah teh mau dengerin lagu.'

Aku berpikir singkat. Selanjutnya tawaku meledak setelah mengerti maksud ayah. Lagian jaman sekarang siapa yang masih dengerin lagu pakai benda jadul kayak gitu?

'Malah ketawa atuh?'

"Hahaha... Yah, itu namanya earphone," kataku sambil cekikikan. "Ada di lemari bawah TV."

Iya. Earphone kataku sama dengan walkman buat ayah. Coba deh cari di google betukan walkman itu seperti apa. Aku beneran ketawa sampai mobil yang membawaku ke lokasi persiapan pernikahan Kak Fara berhenti. Sudah sampai maksudnya.

Sebenernya aku sudah bertemu kak Fara kemarin. Persiapan sudah 95 persen. Tapi aku kembali lagi ke tempat acara hari ini karena memang tugasku untuk menyiapkan gaun pernikahannya. Saat tiba di depan resort, entah kebetulan atau gimana aku lagi-lagi bertemu Elgar.

Jadi aneh sendiri kenapa sering banget ketemu sama manusia satu ini? Meskipun pandangan burukku sama dia sedikit mulai berubah, ya tetap saja gitu, aneh kalau ketemu terus.

Kami berbasa-basi sedikit di depan resort. Pemandangan ini ternyata tertangkap oleh radar Kak Fara yang sekarang sedang bersender di sebelah tiang kayu dengan tangan terlipat di depan dada. Persis kayak rentenir mau nagih utang tuh.

"Gar, pedekatenya bisa nanti aja kali?"

Mukaku langsung cemberut denger sindiran Kak Fara. Sembarangan aja pedekate. Sementara Elgar malah garuk-garuk tengkuknya sambil ketawa kecil. Emang lucu ya? Huh.

Oh, iya, aku lupa ngasih tau. Aku juga kaget awalnya. Ternyata waktu Elgar pesen baju ke Bi Lia waktu itu ya untuk ke pernikahan Kak Fara ini. Pantes aja aku familiar sama konsepnya. Katanya mereka berteman dekat sewaktu ambil studi S2 di Singapore.

Kebetulan yang terlalu banyak gak sih? Aku mahasiswa dia di kampus. Ayah guru SMA nya Elgar dulu di Bandung dan sekarang, Kak Fara? Sahabatan sama dia.

Dan terakhir...

Kaki.

Kakek ku yang tersayang dari pihak mama ini tersenyum semringah begitu melihat Elgar masuk ke dalam resort.

"Eh Elgar dateng. Apa kabar kamu, Gar?"

Elgar tersenyum sembari menyalami Kaki dan menjawab dengan ramah. "Baik Kaki, Kaki gimana?"

Hah? Kaki nanya apa kabar? Kok jadi kayak udah lama saling kenal gini auranya?

"Loh, Kaki kenal?" Berhubung aku juga masih ada di dekat mereka dan kekepoanku langsung mencuat, gak ada salahnya nanya. Kalau gak nanya kata guru SD malah nanti jalan-jalan. Ya syukur kalo ke tempat bagus, kalo berakhir ke tempat serem gimana?

The DozentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang