16. Buat Kamu

25K 2.5K 43
                                    

Sebelum D-day acara debat bahasa, juga mewanti-wanti untuk meng-handle Andi dan Alana yang setia menganggu, aku selesaikan beberapa tugas yang sudah deadline seperti laporan, esai dan beberapa resume lainnya. Sehingga saat acara tiba, aku bisa sedikit bernapas lega.

Ahmad sudah sejak lima menit lalu masuk ke ruangan acara dan membagikan blangko untuk absen apabila panitia memiliki kelas di jam yang sama.

Ahmad menghampiriku, menyerahkan 2 lembar blangko dan 1 absen pagi untuk panitia dan peserta lalu pergi menjauh. Anak-anak yang lain sibuk dengan tugasnya masing-masing. Contohnya Alana yang sejak tadi sibuk berbincang dengan Bu Dewi, mungkin, membicarakan perihal snack pagi yang baru saja tiba itu. Atau... aku beralih pada Rama yang sedang berkutat mengatur wireless yang diletakkan di sudut ruangan dengan microphone di tangan kirinya.

"Ma, sound system udah siap?" tanyaku setelah berada di sisi kiri Rama.

Aku mengecek jam di dinding sepintas.
"Udah teh," jawabnya sambil meletakkan dua microphone di samping wireless.

"Oke. Good. Siapin anak-anak di posisi! Teteh ke Kang Arya dulu," kataku sebelum berlalu.

Aku menemukan Kang Arya di luar ruangan dekat pintu. Dia berpapasan dengan Alana yang di depan dadanya tertumpuk 5 box snack ukuran sedang.  "Eh, Al, konsumsi gimana?"

"Beres Kang. Tinggal santap," sambut Alana mantap.

Kang Arya mengangkat ibu jarinya untuk Alana.
"Oke, kerja bagus."

Sepuluh detik berikutnya, mata Kang Arya juga menemukanku. Dia mendekat.

"Kang, anak-anak udah siap." Aku menunjuk ke dalam ruangan. Pembawa acara, pemandu lagu, pembaca doa, pembaca ayat suci dan sebagainya sudah stand by di posisi masing-masing.

Kang Arya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Peserta udah datang semua?"
Aku membuka absen pagi yang kugulung. Melakukan scan pada baris-baris nama yang tertera dengan cepat.  "Kurang dua Kang."

"Coba suruh bagian humas hubungi mereka. Oh iya, minta mereka panggilin Pak Elgar, sama Pak Dekan dan para Wadek juga." Kang Arya mengangkat tangan. Melirik arlojinya. "Lima belas menit lagi pembukaan acara kita mulai."

Aku mengangguk. "Siap Kang," kataku. Lalu segera masuk ke ruangan dan mencari Ahmad yang menjadi penanggung jawab di bagian humas dalam kepanitian debat tahun ini.

"Ahmad,  peserta kurang dua orang, bagian humas juga diminta panggil Pak Elgar, Pak Dekan dan para Wakil Dekan segera!" kataku runtut dalam satu tarikan napas.

"Gue panggil Dekan sama para Wadek. Lo tolong panggilin Pak Elgar ya, Nath?"

Aku mengangkat alis dengan mata menyipit heran.
"Kok gue?" Itu kan bukan tugasku.

"Yang lain lagi manggil juri sama moderator debat. Tolong, ya?"

Aku memutar mata. "Gue aja yang manggil Pak Dekan sama para Wadek. Lo urus Pak Elgar."

Dua detik Ahmad menimbang sebelum ia berkata, "oke". Lalu langsung menghilang dari pandanganku.

Aku menghela napas. Akhirnya selamat dari Elgar juga. Masih pagi, jangan bikin moodku anjlok. 

"Ra, tolong absenin panitia dulu." Aku mencegah Raya yang barusan lewat. Dia termasuk ke dalam panitia acara sepertiku.

"Eh, nanti kasih ke siapa kalo udah?" Raya mengambil absen yang kuserahkan.

"Kasih ke Rama, palingan dia di meja depan yang buat nyambut tamu."
Raya mengangguk paham. Sementara aku langsung berbalik pergi.

...

The DozentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang