6. Mematahkan Hipotesa

31.5K 2.7K 29
                                    

Hope You like this and enjoy,

Happy reading~~

.

.

No Gibah No Life! - Alana

Pertama kali yang menyadari kehadiran Elgar setelah aku adalah Mbak Yumi. Dia yang kelewat heboh tanpa sadar menyikut-nyikut lenganku, mengarahkan dagunya pada Elgar. Reaksi semacam itu tentu saja mengundang perhatian Alana, kemudian Andi.

Berbeda dengan Mbak Yumi yang senyum-senyum sampai pipinya mirip kepiting rebus karena pangeran tampannya datang, Alana dan Andi malah menyipitkan mata menatapku penuh keingintahuan. Apa yang harus kuberitahu? Aku saja bingung.

"Jangan Tanya gue apapun. Serius gue gak tau apa-apa."

Aku mengingat isi pesan yang ku kirim di obrolan grup minggu lalu, saat acara makan-makannya Mbak Yumi di McD.

Ditahan untuk tidak bergosip itu bagi biang gosip itu sendiri sangat tidak enak. Selama seminggu ini Alana sering sekali memancingku untuk memberi penjelasan soal kemunculan Elgar dan Andra tempo hari. Andi yang biasanya berdiri di garda terdepan untuk urusan gosip, malah jadi bungkam dan malah mengajak kami pergi nonton ke bioskop usai kuliah jam 12 nanti. Apalagi dia yang ambil alih soal pengeluaran. Ya yang namanya rejeki mah gak boleh ditolak. Lumayan 'kan bisa nonton Black Panther gratis. Jadi, kami ikut saja.

Sampai di Cinema aku dan Alana langsung mencari tempat duduk di lorong tunggu sedangkan Andi pergi untuk menukar tiket yang sudah di-booking di apilkasi M-Tix.

"Nath, gue masih penasaran deh sebenernya Mas Andra sama Pak Elgar ada hubungan apa, ya?" Alana bertanya sebelum meminum Chatime rasa Huzelnut Milk-nya.

"Hubungan pedang-pedangan kali," kataku asal sambil nyengir. Lagian kenapa bahas mereka lagi, sih?

Alana melotot. "Heh, sayang ganteng sama otak cerdasnya dong. Mubazir kalo belok."

Aku mengangkat bahu tak acuh. "Sekarang 'kan lagi tren hubungan sesama jenis. Mas Andra kalau ditanyain soal manusia berkromosom X juga selalu ada aja jawabannya. Bisa aja kan analisa gue bener." Ini aku bercanda.

"Duilah pake analisa analisis dibawa-bawa." Alana bergerak lebih dekat padaku. "Maksud gue, mereka sama lo Nath."

"Mereka sama gue? Lama-lama nama lo ganti beneran deh, Al. Halu mulu kerjaan. Mana mungkin lah. Lagian ni ya, Zeus sama Hades mana ada yang ada apa-apa—" aku mengangkat tanganku membentuk tanda kutip, "mau sama rakyat kasta bawah kayak kita. Ngaco."

"Kita? Lo aja kali gue gak."

"Mulut gayungnya mending diam deh Al!" kataku kesal.

Alana geleng kepala sebagai tanda tidak setuju. "No, no, no," serunya dengan telunjuk mengacung ke atas dan digoyangkan ke kiri lalu ke kana. "Serius lo ga ngerasa? Gue ingetin, foto di WA waktu itu bilang kalau mobil Elgar itu nyata adanya di depan rumah Bi Lia. Ngapain coba kalo gak mau ketemu sama lo? Terus waktu di McD, ada mobil yang kita kira mobil Elgar taunya punya Andra, kebetulannya lagi Andra malah semobilkan sama doi? Gue ngerasa ada sesuatu deh antara Mas Andra sama Pak Elgar ke lo. Dominan Elgar sih. Kalo gak, ngapain—"

"Al, Nath, Studio 2 udah dibuka. Kuy masuk!"

Aku dan Alana langsung teralihkan oleh suara Andi. Rasanya pengen peluk Andi. Karena dia kau bisa terbebas dari obrolan tidak menarik ini. Andi membawa 2 wadah popcorn berukuran jumbo dan sebotol air mineral dingin di depan dada. Aku memonopoli salah satu popcorn dari Andi.

The DozentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang