•••••
Seorang gadis berjilbab hitam tengah menikmati indahnya sore hari disebuah taman mini yang sering ia datangi. Pandangannya tidak luput dari pemandangan senja. Dia berdeham lalu tanpa sadar dia melirik seorang laki-laki yang lagi bersama murid-muridnya. Dari jauh dia yakin kalau laki-laki itu adalah seorang ustadz, yah... Dia menatap seluruh pakaiannya dari atas sampai bawah.
Sekitar 5 menit dia memerhatikan laki-laki itu, bagaimana dia mengajar dan mendidik muridnya. Tanpa disadari laki-laki itu juga tengah menatapnya, beberapa menit kemudian dia tersadar dan memalingkan wajahnya.
"Astagfirullahaladzim!" batinnya dengan cepat. Dia terpesona oleh ciptaan tuhannya sehingga lupa akan hukum menatap orang yang bukan muhrimnya adalah zina atau lebih tepatnya zina mata.
Namun saat dia kembali menatap laki-laki itu, tiba-tiba sebuah teriakan seseorang membuatnya lansung menutup kedua telinganya. Walaupun sudah tertutupi oleh jilbab, tapi suara yang dikeluarkan oleh sahabatnya itu dapat menembus kekuatan jilbab Fatimah.
"Fatimah!" teriaknya dengan lantang. Dia tidak menyadari kalau dari kejauhan seseorang tengah memerhatikan mereka berdua. Ya.. Siapa lagi kalau bukan laki-laki dan murid-muridnya itu.
"Assalamualaikum dulu Zah!" ingat Fatimah. Dia sering sekali mengingatkan sahabatnya itu, bahkan Fatimah tidak bosan dengan menegurnya. Nah ini dia arti sahabat yang sebenarnya, saling mengingatkan ke jalan kebaikan bukan yang selalu bersama tapi jauh dari kata kebaikan.
Lantas Zahra cengar-cengir, dia merutuki dirinya yang selalu lupa mengucapkan salam ketika bertemu dengan sahabatnya.
"Assalamualaikum! Eh Fatim tadi aku sama keluarga pergi ke pondokan buat nganterin adikku yang mau mondok. Tapi eh tapi tau nggak apa yang aku temuin?" tanya Zahra dengan mengangkat salah satu alisnya manantang Fatimah untuk menjawabnya.
"Waalaikumsalam, mungkin... Ustadz atau ustadzah?" jawab Fatimah membuat senyuman Zahra luntur. Satu yang harus kalian catat, Fatimah tipe perempuan yang tidak peka ataupun ralat dalam masalah yang berhubungan dengan laki-laki!
"Bukan Fatimah..." Zahra menarik nafas lesuh, dia menduduki dirinya disamping tempat duduk Fatimah.
"Aku ketemu sama ustadz yang ganteng banget! Huh... Rasanya ingin menikah sama laki-laki modelan ustadz tadi." tutur Zahra dengan senyam-senyum membuat Fatimah terkejut mendengarnya. Maksudnya sahabatnya ini tengah tergila-gila pada pandangan pertama dengan seorang ustadz?
Fatimah menepuk pundak sahabat lamanya itu, Zahra yang mendapatinya lansung menoleh menatap Fatimah.
"Iya.. Kamu boleh suka sama dia, tapi tetap jaga iman. Jangan sampai kesukaan kamu pada ustadz tadi terbuai dan melupakan kewajiban seorang perempuan!" ucap Fatimah membuat Zahra tersenyum. Dia beruntung memiliki sahabat yang satu frekuensi dalam soal agama. Walaupun dirinya harus menerima beberapa ceramah dari sahabatnya itu.
"Ish iya sahabat Zahra tersayang! Zahra akan selalu ingat perkataan Fatimah." balas Zahra mendapat acungan jempol dari Fatimah.
Mereka berdua tersenyum dan bersama-sama menikmati indahnya sore hari itu. Tanpa disadari laki-laki yang tengah mengajar tadi tersenyum, meskipun tidak mendengar apa yang telah dibicarakan oleh kedua perempuan di depannya dari kejauhan.
"Ustadz, kenapa tersenyum?" tanya salah satu muridnya. Mendengar ucapan muridnya lantas laki-laki itu lansung menggeleng cepat.
"Ustadz nggak papa, sekarang selesaikan menulisnya. Lalu kita akan kembali ke pondok pesantren!" ucap laki-laki.
"Baik ustadz!" jawab mereka kompak.
Laki-laki itu kembali melihat perempuan tadi, namun sudah tidak berada di tempatnya lagi. Dia sedikit kecewa tapi lansung membuang jauh-jauh pikirannya tentang perempuan itu.
Apakah ini yang dinamakan pertemuan singkat yang membuat mereka saling kagum antar satu sama lain? Hanya Allah yang tahu tentang hati mereka masing-masing.
BERSAMA MENUJU CINTANYA
•••#Next chapter?
#Jangan lupa voment-nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Menuju Cintanya ( Completed )
Teen Fiction( Disarankan follow sebelum membaca ) Bagaimana rasanya menyukai seseorang dalam diam? Menyenangkan tetapi harus selalu sabar dalam menghadapi kenyataan bahwa orang yang disukainya ternyata telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Namun tiba-tiba...