Perempuan itu berjalan perlahan menuju ruangan yang Fatimah tunjukkan tadi. Sesampainya di depan pintu bertulisan R. Ustadz Ali. Perlahan senyum di wajah perempuan itu mengembang, lalu dia memutuskan untuk segera masuk.
Kriet....
Suara derekan pintu membuat mata Ali tertuju pada perempuan yang ada di pintu.
“Assalamualaikum.” perempuan itu kini berada di depan Ali.
“Waalaikumsalam, silakan duduk! ” ucap Ali mempersilahkan perempuan itu untuk duduk. Dia menuruti apa yang dikatakan oleh Ali.
Setelah membereskan beberapa berkas, Ali lansung menatap perempuan itu dan mulai bertanya.
“Emm ada urusan apa anda kesini?” tanya Ali membuat perempuan itu kikuk.
“Sebelumnya kenalin saya Latifa Ramadana. Saya kesini untuk menemui ustadz Ali, putra dari bapak Abraham kan?” ucap perempuan itu mencoba membenarkan perkataannya.
Ali yang mendengar itu terkejut, darimana perempuan ini tahu nama abinya? Tapi kalau diingat-ingat saat ia menelfon abinya berkata bahwa ada seseorang yang akan menemuinya. Apakah yang abinya maksud adalah perempuan yang sudah berada di depannya ini?
“Saya tahu karena masalah perjodohan itu, sayalah yang akan dijodohkan dengan ustadz. Dan ayah saya yang ingin saya menemui ustadz untuk memberitahu masalah perjodohan ini.” ujar Tifa seakan mengerti apa yang tengah dipikirkan oleh Ali.
Deg! Kenapa dia harus dihadapi dengan masalah perjodohan ini?
“Apa anda menyetujui perjodohan ini? Bukankah anda dengan saya baru kenal tidak lebih dari 24 jam?” tanya Ali. Tifa tersenyum mendengar pertanyaan tersebut.
“Kalau itu membuat kedua orang tua saya bahagia, maka akan saya lakukan.” jawab Tifa tanpa sedikit keraguan di wajahnya.
“Lalu bagaimana dengan kebahagiaanmu?” tanya Ali. Rupanya dia ingin menjadi wartawan setelah bertemu dengan perempuan yang akan dijodohkan dengannya.
Latifa diam, dia memang tidak berminat dalam perjodohan ini. Tetapi setelah melihat siapa jodohnya, ternyata dia jatuh cinta pada pandangan pertama.
“Saya bahagia, lalu apakah ustadz menerima perjodohan ini?” kini Latifa yang mempertanyakan hal yang sama.
Skakmat! Ali benar-benar tidak bisa menjawabnya, dia terlalu takut. Di satu sisi dia takut kehilangan perempuan yang selama ini dia sukai diam-diam, namun disisi lain dia takut perempuan yang dijodohkannya ini kecewa dan sakit hati.
“Entahla, saya masih tidak ingin membahas tentang perjodohan itu. Saya masih ingin fokus dalam mengajar saya. Saya harap anda bisa memaklumi itu.” jawab Ali tanpa sengaja membuat Tifa tertegun, sakit di hatinya ketika mendengar itu.
Latifa tersenyum menutupi kekecewaannya.
“Saya tahu, oleh karena itu saya kesini hanya untuk memastikan itu.” ucap Latifa kian menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Menuju Cintanya ( Completed )
Teen Fiction( Disarankan follow sebelum membaca ) Bagaimana rasanya menyukai seseorang dalam diam? Menyenangkan tetapi harus selalu sabar dalam menghadapi kenyataan bahwa orang yang disukainya ternyata telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Namun tiba-tiba...