Chapter 10

36 12 0
                                    

“Apa itu hanya perasaanku saja ya?” sambungnya masih membatin di dalam hatinya.

“Abang!” teriak Aliza tepat di samping telinga Ali. Mendapati itu jelas Ali lansung kaget dan terus beristigfar karena tingkah adiknya ini.

“Kamu kenapa sih dek? Teriak-teriak di telinga entar yang ada telinga abang ini budek.” ucap Ali menggerutu.

“Biarin.” jawab Alizah acuh. Ya begitulah enaknya jadi seorang adik yang memiliki kakak laki-laki sabar seperti Ali.

Setelah selesai memilih barang-barang yang akan dibeli, mereka lansung pergi ke kasir seraya mendorong keranjang belanjanya dan membanyar semuanya.

“Totalnya Rp. 256.000 mas!” ucap mbak kasir seraya menyerahkan plastik bertanda alfamart di plastiknya. Dengan cepat Ali mengeluarkan tiga lembar uang merah dan memberikannya kepada kasir.

“Ini mas kembaliannya.” ucap mbak kasir dan menyertakan secarik kertas bukti pembelian.

“Makasih mbak.”

Mbak kasir itu tersenyum dan mengangguk. Sudah menjadi kebiasaan kasir untuk selalu murah senyum dan ramah kepada pembeli-pembeli.

***

“Tunggu disini, abang mau ambil mobil dulu.” ucap Ali berlalu meninggalkan Aliza yang sedang memegang plastik putih yang berisi barang yang sudah dia beli.

Aliza hanya mengangguk dan memilih untuk berteduh di sebuah pohon yang begitu besar dan daun-daun yang lebat membuat naungan yang begitu sejuk.

Ketika asyik menunggu abangnya, Aliza melirik perempuan yang berada di dekatnya. Dia sedang memakai masker dan tidak lupa memegang plastik yang sama persis dengannya.

'Dia habis belanja juga?' batin Aliza masih memerhatikan perempuan itu.

Perempuan itu lantas menoleh menatap Aliza karena merasa sedang diperhatikan. Aliza terkejut ketika perempuan itu membalas tatapannya, tampak lekukan di matanya sepertinya perempuan itu tersenyum kepadanya namun hanya terhalang oleh masker. Aliza membalas dengan senyuman.

“Hai, kenalin Fatimah!” ucap perempuan itu.

Aliza kikuk, dia tidak menyadari perempuan di depannya akan menyapanya duluan.

“Hai, a.. aku Aliza.” balas Aliza dengan ramah. Sepintas pikiran Fatimah tertuju pada Ali, laki-laki itu sedang ngapain ya? Gumamnya.

Aliza yang melihatnya hanya bisa diam. Dia melirik dan melihat sebuah mobil menghampiri dirinya, itu pasti abangnya.

Mobil berhenti di depannya, dan perlahan kaca mobil terbuka dan menampakkan wajah yang Fatimah rindukan selama ini. Ali hanya diam menatapnya, dia merasa pernah melihat tatapan perempuan itu. Kalau saja saat itu Fatimah tidak memakai masker, mungkin saja Ali akan lansung mengenalnya.

“Emm aku pamit dulu ya, abang aku udah dateng. Assalamualaikum!” pamit Aliza seraya tersenyum kepada perempuan yang ternyata itu adalah Fatimah.

“Waalaikumsalam.” jawab Fatimah lirih, dan dia berharap agar Ali tidak mendengarnya dengan jelas.

Deg!

Jantung Ali berdegup kencang kala mendengar suara perempuan itu. Suaranya mirip sekali dengan perempuan yang selama Ali suka diam-diam, yah perempuan yang dia sukai adalah Fatimah. Namun dia tidak menyadari kalau perempuan yang berada di hadapannya adalah Fatimah sendiri.

“Abang ayok!” ajak Aliza yang sudah berada di dalam mobil.

“Eh.. Ah.. Iya.” jawab Ali, dia sempat melirik kembali perempuan itu lalu kembali menyalakan mesin mobilnya dan menjalankannya, meninggalkan Fatimah yang diam. Ingin sekali dia menyapa Ali, namun bibirnya keluh seolah-olah terkunci dengan pikirannya.

Bersama Menuju Cintanya ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang