“A.. Aku tidak setuju bi.” ucap Ali dengan wajah menunduk. Dia dapat merasakan bahwa orang di sekitarnya itu tengah menatapnya terkejut.
Umi menyenggol lengan Ali seraya berbisik-bisik.
“Kok nggak sih Al? Kamu lagi bercanda ya?” ucap Sarah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh putranya itu.
“Nggak umi Ali nggak lagi bercanda. Ali nggak setuju dengan perjodohan ini.” jelas Ali terang-terangan dan membuat Sarah menatap wajah sahabat suaminya itu dengan tidak enak.
Aliyah yang awalnya tersenyum lansung tertegun. Senyumannya luntur seketika saat mendengar penuturan dari Ali.
Abraham tidak kalah terkejutnya, dia menatap sahabatnya dengan perasaan tidak enak sekaligus merasa bersalah.
“Eh.. Emm kenapa kamu tidak menyetujuinya Al?” tanya Abraham sedikit kikuk karena tengah ditatap oleh sahabatnya.
Ali diam, tangannya sejak tadi ia mainkan untuk mengurangi rasa gugupnya. Perlahan dia menghela nafas dan menatap abinya secara intens.
“Ali sudah menyukai perempuan lain bi.” ucap Ali.
Mendengar itu semuanya tidak bisa menjawab lagi. Mereka juga tidak bisa memaksa perasaan orang termasuk Ali.
Abraham melirik sahabatnya. Dia hanya bisa diam untuk saat ini. Putra dapat memahaminya, lantas dia membuka suara untuk keputusan perjodohan ini.
“Nggak papa om ngerti kok, ya... walaupun putri om sudah terlanjur suka sama kamu. Mau gimana lagi, perasaan itu tidak bisa dipaksakan bukan? Iya kan ham?” ucap Putra melirik Abraham yang hanya diam.
“I.. Iya kupikir juga begitu.” jawab Abraham.
Setelah itu Putra berdiri dan diikuti yang lainnya.
“Yaudah karena udah diputuskan untuk berhenti disini saja, aku mau pamit pulang dulu. Ayo mi, Al!” ajak Putra kepada istri dan anaknya.
Abraham merasa tidak enak karena sepertinya Putra merasa kecewa karena dirinyalah yang merekomendasikan putranya sebagai calon suami Aliyah. Tetapi dia tidak tahu kalau putranya sudah menyukai perempuan lain.
“Yaudah aku pamit pulang ya ham, assalamualaikum!” ucap Putra seraya memeluk tubuh Abraham. Arsya yang selalu istrinya hanya menunduk dan mengekori tubuh suaminya yang tampak pergi.
“Waalaikumsalam.” jawab Abraham bersama Sarah, dan disusul oleh jawaban Ali.
Putra tersenyum lalu pergi meninggalkan pasangan suami istri itu. Melihat kepergiannya yang perlahan menghilang di belokan dan dirasa sudah pergi, Abraham lansung menatap putranya kembali.
“Ali, duduk kamu!” ucapnya dengan nada serius. Ali yang mendengarnya hanya diam dan menurutinya. Sedangkan Sarah juga duduk di samping suaminya untuk mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh suaminya.
“Kamu menyukai perempuan lain? Siapa itu?” tanya Abraham.
Ali mengangguk lalu memberitahu siapa perempuan itu.
“Fatimah Nur Azizah bi, dia ustazah di pondok pesantren yang sama dengan Ali.” jawabnya dengan wajah menunduk.
Abraham diam lalu melirik istrinya yang juga merasa tidak tahu siapa perempuan yang Ali maksud.
“Siapa dia? Udah tahu siapa keluarganya? Kamu udah tahu seluk beluk tentang dirinya?” tanya Abraham dengan cepat. Ali saja bingung haru menjawabnya darimana.
Sarah yang peka tentang perasaan Ali lansung memegang lengan suaminya, berharap Abraham bisa mengontrol amarahnya.
“Dia perempuan dari orang yang kutabrak 6 tahun yang lalu bi.” jawab Ali lirih namun begitu jelas di telinga Abraham. Keduanya lansung terkejut mendengar itu. Pikiran mereka lansung berkelana pada kejadian 6 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Menuju Cintanya ( Completed )
Teen Fiction( Disarankan follow sebelum membaca ) Bagaimana rasanya menyukai seseorang dalam diam? Menyenangkan tetapi harus selalu sabar dalam menghadapi kenyataan bahwa orang yang disukainya ternyata telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Namun tiba-tiba...