Chapter 11

26 7 0
                                    

“Mak... Maksud kamu apa?” tanya Fatimah. Dia masih gelisah dengan perkataan Alfi, semoga saja itu hanya keceplosan saja.

Alfi tersadar saat Fatimah membuka suara. Lantas dia tertawa menatap wajah Fatimah yang kebingungan.

“Oh aku ngomong tah? Perasaan aku ngomong dalam hati deh.” ucap Alfi lirih dengan wajah kebingungan. Hal itu tentu membuat Fatimah tertawa karenanya.

“Kok ketawa?” tanya Alfi saat mendengar Fatimah sedang tertawa. Dia tertegun saar melihatnya, yah memang benar. Fatimah akan lebih cantik jika tersenyum ataupun tertawa.

“Alfi-Alfi, kamu nggak berubah ya. Bisa-bisanya kamu nggak sadar waktu ngomong hehe.” ucap Fatimah masih dengan tertawanya.

Alfi meringis malu, dia menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

Tiba-tiba Khadijah datang dengan membawa minuman dan setoples kue buatannya. Dia tersenyum kala melihat keduanya yang begitu bahagia.

“Ini kuenya, jangan lupa dimakan ya.” ucap Khadijah menaruh nampannya ke meja.

“Baik umi.” jawab Alfi tersenyum. Dia mengambil kuenya dan memakannya secara perlahan. Berbeda sekali dengan sikapnya waktu di rumah, melihat kue saja tangannya sudah lincah memakannya dengan cepat. Itulah kebiasaan dia di rumah yang berbanding terbalik dengan kebiasaannya di rumah orang lain.

Fatimah ikut memakannya juga, sedangkan Khadijah juga ikut bergabung dengan keduanya.

“Kamu kuliah dimana nak?” tanya Kjadijah di sela-sela makannya.

Alfi menghabiskan kuenya terlebih dahulu, lalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Khadijah.

“Oh Alfi kuliah di universitas negeri Jakarta umi, baru saja selesai semester 2.” jawab Alfi tidak lepas dari senyumannya.

Fatimah hanya mangut-mangut mendengar uminya berbincang-bincang dengan Alfi. Namun tiba-tiba handponenya bergetar dan yang membuat Fatimah semakin terkejut, di layar handponenya terpampang nama Ali.

Khadijah dan Alfi sontak menoleh menatap Fatimah.

“Emm Fatimah angkat telefon dulu ya umi, Al.” izin Fatimah lansung ditanggapi dengan anggukan kepala dari keduanya.

Alfi masih memerhatikan Fatimah. Di lain tempat Fatimah lansung mengangkat telefonnya.

“Assalamualaikum, halo ada apa ya mas Ali?” tanya Fatimah lirih agar suaranya tidak di dengar oleh baik uminya maupun Alfi, sahabatnya.

“Waalaikumsalam, maaf mengganggu. Oh iya mas mau tanya, nanti sore kamu ada kegiatan tidak?” tanya Ali di seberang telefon. Sebenarnya dia agak gugup menanyakan hal itu, tapi ia ingin sekali bertemu dengan Fatimah untuk menuntaskan rasa rindunya.

Fatimah tertegun mendengar pertanyaan Ali yang sekaligus seperti mengajaknya bertemu. Perlahan senyuman terukir di wajahnya.

“Tidak ada mas, memangnya ada apa?” tanya Fatimah.

“Oh begini, mas mau mengajak kamu ke sebuah tempat. Kalau kamu mau mas akan jemput ke rumahmu.” balas Ali di seberang telefon.

“Insyaallah bisa mas, nanti aku kirim lokasinya mas.” jawab Fatimah. Senyumannya bahkan tidak pudar sekalipun.

Tanpa disadari Ali juga sama senangnya.

“Baiklah kalau begitu. Assalamualaikum!” ucap Ali memutuskan telefonnya.

“Waalaikumsalam.” jawab Fatimah lansung menaruh kembali ponselnya ke dalam saku gamisnya.

Setelah itu Fatimah kembali bergabung dengan umi dan Alfi. Tanpa dia sadari ternyata Alfi mendengarnya walaupun sedikit tidak jelas. Namun Alfi sempat mendengar nama Ali dalam percakapan tadi.

Bersama Menuju Cintanya ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang