Chapter 3

42 21 3
                                    

Kini mereka berdua sudah sampai di gedung besar itu. Disana terpasang sebuah poster besar yang bertulisan PERLOMBAAN TCA ( The Couple Agama ). Sebenarnya lomba itu bukan lomba seperti menunjukkan kemesraan mereka, tetapi itu hanya lomba seperti cerdas cermat persoalan agama. Dan pesertanya diharuskan laki-laki dan perempuan.

(hari sebelumnya)

“Jadi bagaimana?” tanya kiai membuat mereka masih dilanda kebingungan.

Setelah mereka terdiam dan berlarut dalam pikirannya masing-masing, lalu seseorang mengangkat suara.

“Saya bersedia kiai.” jawab Ali mantap dan membuat Fatimah terkejut dan menatapnya tidak percaya.

Kiai beralih menatap Fatimah, dia juga kembali menanyakan hal yang sama.

“Bagaimana nak Fatim?” tanya Kiai. Jika situasinya begini, untuk menolak saja enggan bagi Fatimah. Dia tidak ingin membuat kedua laki-laki di depannya ini kecewa. Lantas perlahan Fatimah mengangguk dan membuat kiai tersenyum bahagia.

“Baiklah jika kalian berdua setuju, ini formulirnya jangan lupa diisi dan dibawa ke perlombaannya besok. Pak muzakkir yang akan mengantar kalian berdua.” jelas kiai dan kami berdua hanya bisa mengangguk menginyakan apa yang beliau katakan.

***

“Makasih pak muzakkir, kami masuk dulu!” ucap Ali berterimakasih kepada supir pribadi yang disediakan oleh pondok pesantren itu.

“Iya nak Ali sama-sama. Semoga berjalan lancar lombanya, bapak akan tunggu di depan.” balas pak Muzakkir seraya menyalakan mesin mobilnya.

“Iya amin pak, assalamualaikum!”

“Waalaikumsalam.”

Selepas berpamitan mereka berdua lansung memasuki ruangan yang luas itu. Sebelumnya mereka diminta untuk menyerahkan formulirnya lalu menandatangani sebuah kertas.

Ternyata tidak jauh dari dugaan Ali sebelumnya, banyak pasangan ustdzah dan ustadzah yang datang dari berbagai pondok pesantren di kota Jogyakarta.

Fatimah hanya diam memerhatikan sekitarnya yang begitu ramai. Dia juga tidak menyangka peserta perlombaan semacam ini akan begitu banyak.

“Ayo kita cari tempat duduk!” ajak Ali membuat Fatimah lansung menganguk dan berjalan mengikutinya dari belakang.

Selang beberapa menit akhirnya acarapun dimulai. Ali dan Fatimah menempati tempat duduk paling depan, dan nomor urut mereka berada di angka -13. Paling tidak mereka ingin tahu saja apa yang akan ditanyakannya.

Satu persatu peserta mulai dipanggil dan banyak dari mereka lumayan bisa menjawab pertanyaan tersebut. Fatimah yang tadi hanya memerhatikan dapat menyimpulkan bahwa pertanyaan ini tidak lepas dari pasangan suami istri, pantas saja pesertanya harus perempuan dan laki-laki.

Selang beberapa jam akhirnya kini giliran mereka berdua untuk maju. Banyak yang terkagum-kagum karena mereka berdua tampak serasi layaknya suami istri. Jika Fatimah mendengar suara hati mereka malulah dia.

“Baiklah kita bacakan pertanyaan pertama. Jika.....” seorang juri menyodorkan sebuah pertanyaannya satu persatu dan untungnya mereka dapat menjawabnya dengan mudah. Satu yang paling penting di acara lomba ini, Fatimah kagum akan jawaban yang terus dilontarkan oleh Ali. Fatimah merasakan aura suami dari balik tubuh Ali.

3 jam kemudian...

Acara berhenti sejenak, para juri berdiskusi dan mengimbang-ngimbang point yang di dapat oleh satu peserta dengan peserta lainnya. Kedua pasangan ini tidak memedulikan akan menang atau tidak, yang penting mereka sudah berusaha semaksimal mungkin.

Bersama Menuju Cintanya ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang