Pagi ini sungguh membosankan bagi Fatimah, uminya terus saja menyuruhnya untuk istirahat dan tidak membolehkannya untuk melakukan kegiatan dapur. Emang dirinya mengalami penyakit apa coba sampai segitunya.
Dia terus saja menatap layar handponenya berharap seseorang mengajaknya keluar atau apalah gitu. Tetapi nihil, tidak ada siapapun yang memberikannya pesan kecuali dari counter Xl yang terus saja meng spam promo-promo tentang pulsa ataupun internet.
“Hedeh... Ini hidup apa mati sih? Kayak sama aja rasanya huh!” batin Fatimah dengan berniat menaruh benda pipih itu diatas nakasnya, namun niatnya terhenti ketika sebuah notifikasi pesan masuk.
Aby
Assalamualaikum, maaf ya ganggu. Kamu lagi apa sekarang?Fatimah tersenyum ketika membaca pesan tersebut. Entah dorongan darimana Fatimah begitu senang melihatnya dan tidak lama jarinya mulai lincah mengetikkan sesuatu di keyboard handponenya.
Anda
Waalaikumsalam, ini aku lagi duduk di kasur. Umi nggak ngebolehin aku untuk kerja di dapur.Fatimah menjelaskan itu supaya Ali bisa mengerti dan memahami dirinya. Detik kemudian pesan kembali masuk.
Aby
Oh baguslah kalau begitu, kamu harus banyakin istirahat, pokoknya jangan sampai kelelahan ya.Membaca itu membuat Fatimah kesal, dia kira Ali akan membantunya keluar dari rasa bosannya itu tetapi malah membiarkannya.
Anda
Aku bosen by, ajak keluar gitu atau apalah. Masa iya aku harus berkelana sama rasa bosan aku.Tanpa Fatimah ketahui Ali yang berada di seberang telefon lansung malu plus salah tingkah ketika membaca kata BY itu.
Ali
Iya nanti aku kesana, kamu siap-siap aja ya. Assalamualaikum :)Fatimah lansung berteriak kegirangan dan lansung semangat membalas pesan tersebut.
Anda
Waalaikumsalam by.Setelah mengetikkan itu Fatimah lansung beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Siulan kecil yang berasal dari mulutnya itu mengiringi langkahnya menuju kamar mandi.
Sesampainya di kamar mandi, Fatimah menatap dirinya di depan cermin kecil itu. Dia merasa aneh dengan dirinya saat ini, dia tidak pernah sebahagia ini jika itu bersangkutan dengan seorang laki-laki, bahkan sahabatnya saja tidak pernah membuatnya sebahagia ini.
Dia tersenyum miring seolah-olah menertawai dirinya sendiri.
“Oh jadi gini rasanya jatuh cinta ya?” gumam Fatimah masih setia memandang dirinya di pantulan cermin.
“Ah udahla mandi dulu, nggak boleh nunda-nunda entar my baby datang.....” Fatimah tertegun dengan ucapannya itu. BABY? Sejak kapan dia mulai lancar mengatakan itu? Lantas dia menggeleng-gelengkan kepalanya lantaran sadar dengan sikapnya yang berlebihan.
“Nggak boleh! Aku nggak boleh berlebihan, yah nggak boleh!”ucapnya pada dirinya sendiri.
Setelah mengatakan itu, Fatimah lansung membersihkan badannya itu.
***
Kini tepat di sebuah bangunan besar dan tua itu Alfi berdiri, dia menatap layar ponselnya yang memang disinilah tempat ditunjukkan oleh si penelfon itu. Perlahan kakinya melangkah masuk ke dalam bangunan tua itu, sekelilingnya dipenuhi oleh sarang laba-laba dan lebih tepatnya ada benda-benda yang tergolong sudah tua dan melapuk.
Tanpa dia sadari seseorang tengah tersenyum melihat kehadirannya itu. Senyuman yang bahkan tidak terlihat baik di mata orang-orang, senyuman itu adalah senyuman licik yang pernah ditunjukkan oleh orang antagonis di sebuah cerita.
“Akhirnya lo bisa masuk ke perangkap gue Al.” ucapnya dengan memerhatikan gerak-gerik Alfi dari kejauhan.
****
Setelah merasa sampai di pertengahan ruang itu, Alfi berniat untuk menghubunginya lagi berharap dirinya tidak salah tempat atau kesasar.
Namun saat ingin menekan tombol hijau di layar handponenya, tiba-tiba seseorang berjubah hitam dengan wajah ditutupi oleh masker membuat orang tersebut terkesan menakutkan. Alfi berjalan mundur ketika orang itu menghampirinya.
“Hei jangan mundur, aku tidak akan melukai orang yang ingin berkerjasama denganku.” ucap orang itu kembali mendongak dan hanya kedua bola matanya yang kini terlihat. Jubah itu berhasil menutupi seluruh badannya dan bahkan kepalanya itu, dan hanya sebagian wajahnya yang terlihat.
Alfi terkejut, kedatangannya kesini bukan untuk menerima tawarannya itu. Melainkan Alfi ingin tahu orang yang akan melukai sahabatnya, semau apapun Alfi ingin bersama Fatimah. Tetapi Alfi tidak akan pernah memaksa Fatimah untuk menyukainya, baginya status seorang sahabat sudah cukup baginya.
“Kau siapa? Apa maksud kamu untuk melukai Fatimah?” tanya Alfi membuat orang itu terkekeh di balik maskernya. Baginya pertanyaan itu sangatlah konyol dan tidak pantas untuk dijawab.
“Aku? Tidak penting bagi kamu untuk mengetahuinya. Sekarang yang terpenting adalah, kamu akan ikut berkerjasama denganku atau tidak?” tanya orang itu dengan nada penuh keseriusan. Alfi saja mendengarnya sampai meneguk ludah karena menahan ketakutan. Walaupun sudah jelas di depannya ini adalah seorang perempuan. Tetapi insting Alfi mengatakan kalau perempuan ini sudah mempersiapkan sesuatu sebelum dirinya sampai di tempat ini. Bisa saja ketika Alfi mencoba mencelakai perempuan di depannya ini lansung ada seseorang yang menyerang balik Alfi dari belakang.
“A.. Aku? Ikut berkejasana denganmu? Oh tentu tidak, aku tidak akan ikut dengan rencana jahatmu itu untuk melukai sahabatku sendiri!” ucap Alfi dengan penuh keberanian, meskipun di awal kata dia begitu gugup.
Orang itu dengan cepat menyerang Alfi dengan obat bius yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Awalnya Alfi sempat menghindar darinya, namun karena bantuan seseorang yang tiba-tiba memegang kedua tangannya dan lansung membuat dirinya terkena bius dan perlahan tidak sadarkan diri.
Orang itu menepuk-nepuk kedua tangannya seolah-olah sedang membersihkna tangannya dari kotoran. Dia membuka maskernya dan menatap orang yang tengah membantunya.
“Terimakasih sudah membantuku.” ucapnya dengan tersenyum licik.
“Whatever it is for you baby.” balasnya membuat perempuan itu kikuk. Pasalnya dia sedang tidak menyukai laki-laki di depannya itu, dia hanya menganggap laki-laki itu sebagai sahabatnya sendiri.
“Ah sudahla cepat pindahkan dia ke ruang belakang, akan kuurus misi selanjutnya kita.” ucapnya mendapat anggukan kepala dari laki-laki yang membantunya itu. Dengan cepat dia menggotong tubuh Alfi untum dibawa ke ruang gudang paling belakang.
Setelah melihat laki-laki itu menghilang dari belokan, perempuan itu kembali tersenyum dengan kebahagiaan.
“Perlahan dia akan kembali dan menjadi milikku lagi Fatimah Nur Azizah!” ucap perempuan itu menekankan kata Fatimah dengan wajah penuh dendam karena nama itu. Kebencian yang entah akan membuat kehidupan Fatimah hancur atau malah dirinya yang akan hancur karena perbuatannya sendiri.
Dia kembali memasangkan masker hitamnya itu dan menutupi kepalanya dengan tudung dari jubah yang dipakainya itu.
Perlahan tangannya membuka sebuah handpone dan mencari sebuah nama yang akan menjadi incaran selanjutnya.
“Halo, ini siapa?” tanya seseorang di seberang telefon.
“Temui aku di sebuah Taman kecil di sekitar kota, atau kubunuh orang tuamu itu.” ancam perempuan itu dan setelah mengatakannya dia lansung menutup teleponnya.
Senyuman licik kembali terbit dibalik wajah yang dia tutupi masker itu. Dengan perlahan dia meninggalkan bangunan tua yang menjadi tempat rencana jahatnya dimulai. Dia akan bertemu dengan seorang yang menjadi incaran rencana jahat selanjutnya.
“BERSAMA MENUJU CINTANYA ”
•••••#Next chapter?
#Jangan lupa voment-nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Menuju Cintanya ( Completed )
Teen Fiction( Disarankan follow sebelum membaca ) Bagaimana rasanya menyukai seseorang dalam diam? Menyenangkan tetapi harus selalu sabar dalam menghadapi kenyataan bahwa orang yang disukainya ternyata telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Namun tiba-tiba...