Mobil taksi berhenti di pekarangan rumah. Fatimah mulai turun dan menyeret koper besar yang dibawanya. Tampak uminya, tante, dan om nya sedang berbincang-bincang di teras dan sesekali tertawa, entah apa yang mereka bicarakan. Namun saat uminya mulai meliriknya, semua lansung tertuju pada dirinya.
“Fatimah?!” ucap Khadijah, Diana dan Varo yang merupakan tante om nya Fatimah lansung menoleh. Dan benar Fatimah tengah menghampiri mereka.
“Assalamualaikum umi, tante, om!” ucap Fatimah begitu sudah sampai di hadapan mereka. Lalu satu persatu dia mencium punggung tangannya.
“Waalaikumsalam nak.” jawab umi. Begitupun Diana dan Varo, mereka juga menjawab salam dari Fatimah dengan bersamaan.
“Kok udah pulang? Bukannya masih seminggu ya kamu ngajar?” tanya Khadijah, tetapi Fatimah tidak kunjung menjawabnya. Diana yang peka segera mengantarkan Fatimah ke dalam kamar.
“Emm mungkin Fatimah kecapekan umi, biar Diana anterin dia ke kamar.” ucap Diana dan lansung mengantarkan Fatimah ke kamarnya.
Sesampaimya di kamar, Diana menaruh koper itu di pojok kamar Fatimah. Lalu dia mengambil minuman dan diberikannya kepada Fatimah.
Fatimah lantas menerima dan meminumnya.
“Kamu kenapa dek? Nggak biasanya murung begini?” tanya Diana membuat Fatimah menghela nafasnya.
“Fatimah kecapekan aja mbak.” jawab Fatimah, tetapi entah kenapa Diana masih tidak mempercayainya.
“Lalu... ”
Diana ingin melontarkan pertanyaannya kembali, namun terpotong oleh kedatangan putrinya yang berteriak histeris masuk ke dalam kamar Fatimah.
“Bunda Fatim! Keyla kangen!” ucapnya lansung memeluk tubuh Fatimah dengan perasaan rindu. Fatimah memang dekat dengan gadis cilik ini, bahkan Fatimahla yang mengurusnya sejak mbak Diananya sedang sibuk mengajar di pondok pesantren luar daerah. Sudah terbiasa dengan Fatimah, membuat gadis itu memanggilya bunda.
“Hehehe Keyla apa kabar?” tanya Fatimah mensejajarkan tubuhnya pada gadis ciliknya. Sedangkan Diana tersenyum melihat mereka berdua.
“Sehat banget bunda, ish Keyla kangen banget sama bunda. Tau nggak Keyla kangen itu berapa lama?” tanya Keyla menantang Fatimah untuk menjawabnya. Fatimah hanya menggelengkan kepala tidak tahu, dia terkekeh ketika gadis kecilnya itu menatapnya dengan penuh kerinduan.
“Keyla kangen sampe Key punya dedek bayi, nih umi Key hamil. Lama tahu Key nahan kangen sama bunda.” tutur Keyla dengan wajah gemasnya. Sampai-sampai Fatimah tidak tahan dan mencubit pipinya dengan gemas.
“Duh... Makasih udah nunggu bunda ya.” ucap Fatimah lalu mendapat anggukan kepala dari Keyla.
Sedang asyik mengobrol tiba-tiba Khadijah datang dari balik pintu.
“Wah Keyla ngobrol nggak ngajak-ngajak oma ya. Yaudah yuk ke dapur makan malam, nasinya udah oma angetin.” ucap Khadijah mengajak cucu kecilnya dan kedua perempuan yang sangat ia sayangi.
Semuanya pun beranjak pergi ke dapur dengan bersama. Dapat dibayangkan bagaimana keharmonisan keluarga itu masih terjaga lebih baik. Khadijah akan selalu menjaga itu, membahagiakan kedua putrinya sekaligus menantu dan cucunya.
***
Malam ini Fatimah tidak bisa tidur, seolah-olah seseorang tengah memimpikan dirinya. Itulah mitos yang pernah Fatimah dengar semasa dia remaja. Dia bangun dan diam dengan posisi duduk di atas kasurnya.
Tanpa sengaja matanya melirik kearah jendela dimana bulan purnama menyinari bumi, ternyata bulan sudah terang secara penuh dan memperlihatkan lingkaran di setiap sisinya. Namun siapa sangka dibalik terangnya bulan, ada matahari yang setia membantunya untuk menerangi bumi. Dan itu menjadi teori bagaimana Fatimah mencintai Ali untuk yang pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Menuju Cintanya ( Completed )
Teen Fiction( Disarankan follow sebelum membaca ) Bagaimana rasanya menyukai seseorang dalam diam? Menyenangkan tetapi harus selalu sabar dalam menghadapi kenyataan bahwa orang yang disukainya ternyata telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Namun tiba-tiba...