“Ali! Bangun Al... Jangan mati Al... Fatimah masih butuh lo... Ali!” teriak Alfin semakin menggema di seluruh ruangan bangunan tua itu.
•••••
Tiba-tiba Ali terbatuk karena sudah sesak nafas. Alfin yang melihat itu terkejut dan menjauh dari tubuh Ali.
“Lo! Lo nggak mati suri kan?” tanya Alfin dengan wajah polosnya. Melihat itu Ali tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Alfin masih tetap menjauh, dia takut ucapannya itu memang ada benarnya.
“Gue nggak mati suri Fin, cepet bantu gue lepasin ini.” ucap Ali dengan menunjukkan jaket pelindung badan yang kini terpakai di punggungnya. Alfin terkejut untuk kesekian kalinya.
“Jadi lo....” ucapan Alfin terpotong kembali oleh ucapan yang dilontarkan oleh Ali.
“Iya Alfin, gue kan pinter ye kan. Ingat! Sedia payung sebelum hujan.” ucapnya dengan berdiri dan membersihkan darah yang aslinya itu adalah pewarna.
Seketika Alfin tertawa dan menepuk-nepuk pundak Ali dengan begitu keras. Walaupun begitu Ali tidak menggerutuinya.
“Sekarang rencananya lo mau kemana?” tanya Alfin dengan wajah penasaran.
Ali terdiam, pikirannya lansung tertuju pada Fatimah. Namun dia urungkan untuk bertemu dengannya.
“Gue mau ke kantor polisi, gue cuma mau tau siapa pelakunya. Daritadi nahan penasaran nggak nyaman banget, kepo gue.” ungkap Ali dengan nada kesalnya. Alfin diam, dia ingin mengatakan siapa pelakunya sekarang. Namun dia berpikir kembali biar saja Ali mengetahuinya sendiri.
“Oh yaudah deh, gue tunggu di rumah sakit. Gue juga mau menuntaskan rasa rindu gue ke Fatimah.” ucap Alfin dengan bercanda malah mendapat pelototan mata dari Ali.
“Tunangan gue itu!” ingat Ali dengan menuding Alfin.
Alfin pun terkekeh dan lansung menepuk pundak Ali dan mengucapkan sesuatu yang membuat Ali merasa senang bercampur sedih.
“Gue bercanda doang kok. Ya... Mungkin sekarang Fatimah sudah menjadi tunangan lo bukan istri. Tapi gue masih mencintai Fatimah lebih dari sekedar sahabat, entah suatu hari nanti gue bakal ngerebutnya dari lo.”
“Tapi tenang Fatimah nggak bakal gue rebut kalo dia merasa bahagia sama lo. Dan kalau terjadi sebaliknya, gue nggak akan segan-segan merebutnya kembali. Gue pamit dulu, assalamualaikum!” sambung Alfin seraya pergi meninggalkan Ali yang termenung setelah mendengarkan perkataannya.
“Waalaikumsalam.” jawab Ali dengan suara hampir tidak terdengar.
***
Suasana kantor polisi begitu ramai dengan beberapa orang yang menangis akan ketidakrelaan salah satu keluarganya di penjara. Ali yang baru datang lansung menanyakan ke salah satu polisi untuk menemukan pelaku yang menyebabkan Fatimah koma.
“Assalamualaikum pak, dua orang yang baru masuk dengan alasan percobaan mencelakai seseorang ada dimana ya pak?” tanya Ali.
Polisi itu tampak mengambil sebuah berkas penangkapan baru-baru ini.
“Waaalaikumsalam, oh mereka ada di tahanan nomor 23 paling pojok kiri mas.” jawab polisi itu lansung mendapat anggukan kepala dari Ali. Lantas Ali berlalu pergi setelah mengatakan terimakasih kepada polisi tersebut.
Banyak orang tahanan dengan berbagai masalah yang mereka buat, tetapi Ali tidak peduli jika mereka tidak ada hubungan dengannya.
Sesampainya di tahanan nomor 23, Ali menatap kedua orang yang tengah bermasker itu. Dia menatapnya dengan tatapan serius dan dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Menuju Cintanya ( Completed )
Teen Fiction( Disarankan follow sebelum membaca ) Bagaimana rasanya menyukai seseorang dalam diam? Menyenangkan tetapi harus selalu sabar dalam menghadapi kenyataan bahwa orang yang disukainya ternyata telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Namun tiba-tiba...