Chapter 4

40 16 2
                                    

Kini mereka sudah sampai di depan pintu gerbang pondok pesantren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini mereka sudah sampai di depan pintu gerbang pondok pesantren. Ternyata kedatangan mereka sudah disambut oleh kiai dan pengajar-pengajar lainnya. Melihat Fatimah keluar dari mobil, lantas Siti lansung menghampiri dan memeluknya.

“Selamat ya Fatim! Mbak bangga sekali sama kamu.” ucap Siti begitu melihat mereka datang dengan membawa kabar yang baik.

Fatimah tersenyum dan sedikit terkejut ketika Siti memeluknya secara tiba-tiba.

Tak lama kemudian Ali juga turun beserta pak Muzakkir. Kiai menepuk pundaknya seraya berucap bangga kepada Ali.

“Kiai bangga sama kamu nak, tidak menyangka saja kalian akan menjuarai perlombaan ini.” ucap Kiai tersenyum bangga.

Semua turut bahagia dan merekapun mengantarkan keduanya untuk masu ke pondok pesantren seraya berbincang-bincang perihal lomba tadi.

***

Setelah melaksanakan shalat dzuhur, Fatimah masih tetap dalam keadaan duduk tahiyat akhir di atas sajadah. Dia masih kepikiran tentang kejadian minum tadi dan bagaimana Ali memegang tangannya, Fatimah khilaf. Dia jadi terbuai dengan suasana hingga dia melupakan hukum agamanya.

“Astagfirullah, maafin hamba ya Allah. Hamba khilaf atas kejadian tadi.” batin Fatimah.

Dia masih setia termenung sampai sebuah ketukan pintu menyadarkannya.

Tok tok tok!

Fatimah berdiri dan membuka mukenahnya dan berniat membukakan pintu. Keadaannya masih berjilbab dan memakai gamis, dia tidak pernah melepasnya kecuali berada di kamar mandi.

Dia terkejut ketika yang datang adalah Ali. Dengan cepat dia menunduk untuk menghindari kontak mata.

“Assalamualaikum, maaf menganggu Fatim. Ini ana bawain hadiah yang tadi sama makanan.” ucap Ali seraya menyerahkan semua yang ia bawa.

Lantas Fatimah menerimanya walaupun perlahan.

“Waalaikumsalam, makasih Akhy.” jawab Fatimah masih dalam keadaan menunduk.

“Baiklah ana pergi dulu, assalamualaikum!” ucap Ali tanpa basa-basi. Dia paham jika berlama-lama disini apalagi bersama Fatimah akan menjadi timbulnya kesalahpahaman.

“Waalaikumsalam.” jawab Fatimah.

Dia memerhatikan punggung laki-laki itu yang perlahan menghilang dari pandangannya. Lalu dia menatap hadiahnya dan kembali masuk ke asramanya itu serta tidak lupa menutup pintunya.

Perlahan dibukanya pita pengikat kado itu. Lalu Fatimah dikejutkan oleh isi dari kado itu, hadiahnya berupa mukenah, sajadah, tasbih dan al-qur'an serta tidak lupa  beberapa kitab tentang wanita. Melihat itu Fatimah mengeryitkan kening heran.

“Ini hadiah apa perangkat alat shalat sih? Kayak orang mau nikahan aja.” ucap Fatimah bermonolog pada dirinya sendiri.

Lalu dia menaruhnya kembali dan membuka kotak yang satunya yang katanya sebuah makanan. Ternyata isinya berupa nasi lemak kesukaan dirinya.

Bersama Menuju Cintanya ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang