Chapter 14

22 8 0
                                    

Chapter sebelumnya....

“Makanya cepat nikah!” ucap Varo seketika membuat Fatimah kicep. Dia tidak bisa menjawab lagi perkataan Varo. Pikirannya kembali melayang kepada seseorang yang tak lain adalah Ali.

“Andai saja aku nggak pernah ketemu kamu Al, udah pasti aku nggak akan terjebak sama perasaan aku yang nggak jelas ini.” batin Fatimah masih setia dengan kediamannya.

-Chapter 14-

Melihat kediaman Fatimah membuat Varo sadar kalau kata-katanya tanpa sengaja membuat Fatimah tersinggung.

“Em eh yaudah aku barengkat dulu, salim gih!” ucap Varo menyodorkan tangannya ke hadapan Fatimah. Dengan cepat Fatimah lansung mencium punggung tangan kakaknya.

Setelah itu barulah Varo pergi meninggalkan dua perempuan itu di dalam kamar. Dia pergi menuju ke kantor seperti biasanya.

***

“Fatim!” panggil Diana membuat Fatimah lansung menoleh kepadanya.

“Hmm, kenapa mbak?” tanya Fatimah dengan raut wajah penasarannya.

Diana diam sejenak, lalu menatap kembali wajah Fatimah dan berniat menyuarakan pertanyaan yang terus saja berputar diatas kepalanya.

“Kamu tahu kejadian 6 tahun lalu waktu abi meninggal?” tanya Diana direspons dengan wajah keterkejutan Fatimah. Boro-boro dia mengetahui kejadian itu, ingat saja tidak. Maklum saja, Fatimah waktu itu kecil dan masih polos kayak kain kafan. Dia tidak mengerti apa yang terjadi, jadi wajar jika Fatimah tidak mengingat hal itu.

“Fatim nggak tau mbak.” jawabnya dengan singkat. Jujur saja dia juga penasaran dengan kejadiannya yang membuat Ali, laki-laki yang disukainya itu dibenci oleh uminya sendiri.

Diana menghela nafas lelah, dia juga tidak ingin mati penasaran dengan apa yang terjadi. Dia tidak bisa hanya berdiam dan mencoba menenangkan, padahal dirinya sama sekali tidak tahu.

Suasanapun hening, mereka berdua malah asyik bergelayut dalam pikirannya masing-masing. Namun itu tidak berlansung lama, karena kedatangan Khadijah membuat keduanya kembali tersadar ke alam nyata.

“Ini buburnya, ini obatnya ya. Jangan dibuang, mubazir!” ucap Khadijah yang sepertinya tahu apa yang sedang dipikirkan Fatimah saat melihatnya membawa semangkok bubur dan obat serta tidak lupa segelas air putih.

“Bunda... Fatimah baik-baik aja kok, nggak usah minum obat sama bubur. Katanya cukup makan seperti biasanya bunda.” ucapnya membuat Khadijah mendelik marah.

“Makan sayang, ini bunda udah buatin loh. Apa Fatim nggak menghargai masakan bunda?” tanya Khadijah yang tengah mengambil sendoknya dan akan menyuapi Fatimah.

“Bu.. Bukan begitu maksud Fatim.” elak Fatimah yang sepertinya salah berbicara.

“Yaudah kalau nggak mau disuapin, Fatimah makan sendiri aja. Bunda nggak mau tahu itu bubur harus habis ya, jangan lupa obatnya juga.” ucap Khaidjah.

Tiba-tiba sebuah teriakan seseorang membuat mereka terkejut dan lansung mengarah dimana suara itu berasal.

“Umi! Baju kakak kotor nih!” teriaknya. Yah itu adalah Keysa, putri dari Diana dan Varo.

Bersama Menuju Cintanya ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang