Chapter 1

71 26 10
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Fatimah nur Azizah adalah nama lengkap dari sesosok perempuan yang kini tengah merapikan bukunya. Dia sudah selesai mengajar para murid-muridnya di sebuah pondok pesantren. Baru beberapa hari Fatimah mengajar disini, jadi untuk mengenal seluruh pengajar pondok pesantren ini cukup minim bagi Fatimah.

“Yaudah anak-anak Ustadzah keluar dulu dan jangan lupa untuk pergantian pelajaran setelah ini, jangan ramai ya! Assalamualaikum.” pamit Fatimah seraya keluar dari kelas itu.

“Walaikumsalam ustadzah!” jawab mereka kompak.

Fatimah merasa senang menjadi seorang ustadzah. Selain mengajarkan kebaikan, dia juga merasa sudah memenuhi wasiat dari almarhum abinya.

Saat dia pergi menuju ruangannya, seseorang tengah lewat si depannya membuat Fatimah menatap sebentar wajahnya.

Deg! Fatimah lansung berhenti, tetapi seseorang itu masih melanjutkan perjalananya. Fatimah kembali menatap punggug laki-laki tadi.

“Apa barusan aku melihat laki-laki yang kemarin sore aku temuin ya? Masa dia juga mengajar disini?” tanya Fatimah pada dirinya sendiri.

Namun sebuah tepukan tangan di pundaknya membuat Fatimah lansung terlonjak kaget.

“Astagfirullah! Oh ternyata mbak Aminah tah, aku kira siapa mbak!” ucap Fatimah legah.

“Maaf ya Fatim, mbak udah ngebuat Fatim terkejut.” tutur Aminah meminta maaf. Dia merupakan ustadzah yang berada di tingkat atas atau lebih jelasnya dia sudah lama mengajar di pondokan sini. Sedangkan Fatimah masih baru dan bisa dibilang pemula (junior).

“Iya mbak, Fatim maafin.” balas Fatimah dengan tersenyum.

“Oh iya, tadi mbak sempet dengar kamu bilang laki-laki tadi? Maksudnya laki-laki tadi yang mana?” tanya Aminah penasaran.

“Emm bukan apa-apa kok mbak, mungkin Fatim salah lihat. Mbak mau ke ruangan kan?” tanya Fatimah mendapat anggukan kepala dari Aminah.

“Yaudah kita jalan bareng mbak, kebetulan Fatim juga mau kesana.” ucap Fatimah. Kini mereka berdua bersama-sama pergi ke ruangan, dimana seluruh pengajar berada disana baik pengajar santri dan santriwati.

***
Hari sudah menjelang sore, Fatimah berniat untuk pulang karena mengkhawatirkan uminya di rumah. Dia membereskan berkas-berkas ke dalam laci pribadinya. Setelah selesai barulah ia menghampiri Aminah untuk minta izin.

“Assalamualaikum mbak, Fatim mau izin pulang karena keingat umi yang ada di rumah sedang sendirian. Boleh Fatim pulang?” tanya Fatimah. Aminah tersenyum dia mendongak menatap Fatimah.

“Waalaikumsalam, boleh kok asal besok balik lagi. Tapi kalau kamu udah jadi ustadzah tetap di pondok pesantren ini, kamu nggak bisa balik ke rumah. Soalnya status kamu itu udah dikontrak sama pak haji.” jelas Aminah lansung mendapat anggukan kepala dari Fatimah.

Bersama Menuju Cintanya ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang