❄' 𝙺𝚎𝚐𝚎𝚖𝚋𝚒𝚛𝚊𝚊𝚗 𝙱𝚕𝚊𝚣𝚎.¹

334 27 0
                                    

༺𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 ❆ 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔༻

Flashback : on

Terlihat di pekarangan rumah, ada seorang anak kecil berusia tiga tahunan sedang berlari-larian di halaman belakang rumahnya. Blaze adalah nama anak kecil itu. Sifatnya yang tidak bisa diam terkadang membuat sang ibu kelelahan mengasuhnya. Belum lagi ibunya sedang mengandung calon adiknya.

Selesai dengan ayam-ayam yang ia kejar, ia berlari ke arah ibunya. "Mama!" Ibunya hampir terjatuh, pasalnya Blaze tiba tiba memeluk kakinya. Ia mengelus dada, syukurlah ia tak terjatuh. Kemudian ia melihat kearah sang buah hati. "Iya, Sayang. Ada apa?" balas sang Ibu.

Blaze melepaskan pelukannya, lalu diikuti ibunya yang merubah posisinya. Untuk menyamakan tingginya dengan tinggi anaknya. "Bentar lagi Aze kan punya adik, kira-kira bisa Aze ajak main gak, Ma?"tanyanya. Ya, Blaze diberitahu oleh kedua orangtuanya bahwa jika ia punya adik, ia bisa mengajak adiknya untuk bermain. Ibunya tersenyum tipis lalu membelai kepala Blaze. "Pasti bisa, asalkan Blaze mau jagain adik, pasti adik mau main sama Blaze."

Blaze berjalan mundur dari Ibunya. "Kalau begitu Aze akan selalu jagain Ice, kalau ada anak yang nakal sama Ice nanti Blaze pukul!" ucap Blaze dengan pose berkacak pinggang. Ibunya mengernyit kebingungan. "Ice?" ulangnya. " Iya Ice. Aze mau kasih nama Ice ke adik Aze nanti. Boleh kan, Ma?" Mrs Flare atau ibu dari Blaze, diam sejenak dan berpikir. Ice, nama itu dapat digunakan untuk anaknya kelak. Baik untuk nama anak laki laki atau perempuan. Jadi itu tak akan menghancurkan harapan anaknya.

Ia mengangguk. "Boleh kok." Mendengar tanggapan dari sang ibu mata Blaze berbinar. "Yeyy! Makasih, Mama!" pekiknya girang sambil memeluk Ibunya.

༺❆༻

7 bulan berlalu, setelah Blaze menanyakan perihal nama adiknya. Duduklah ia dikursi taman rumah sakit. Ia diberikan kabar bahwa ia akan segera punya adik, hal itu membuatnya bersemangat dan menantikan kelahiran adiknya itu. Semoga ia tahu jika anak yang baru lahir tidak bisa langsung ia ajak main bola.

"Ayam? Rasanya punya adik itu gimana sih, Yam?" ujarnya pada seekor anak ayam yang ada disebelahnya sekarang. Blaze menangkap anak ayam itu karena ia bosan bermain bola. Ayam itu jelas hanya diam, entah apa ia mengerti apa yang Blaze katakan atau tidak, tetapi ia juga tidak dapat meresponnya balik.

Mengetahui Ayam yang ia tanyai tidak merespon pertanyaannya, ia merasa kesal. "Hpmh!! Ayam kok gitu sih, Aze ngambek ah!" ujarnya lalu berlari masuk kedalam rumah sakit. Blaze dari tadi sendirian, entah bagaimana bisa ia ada ditaman rumah sakit.

Di dalam rumah sakit Blaze dibingungkan bagaimana caranya ia kembali ke kamar ibunya. Ia juga melupakan fakta bahwa rumah sakit ini sangat luas. "Aduhkan malah nyasar aku, kalau kau tadi jawab pertanyaanku aku tidak akan tersesat!" gerutu Blaze. Ia menyalahkan ayam yang tadi ia ajak berbicara. Padahal ini murni kesalahan Blaze sendiri.

Tak lama kemudian ada perawat yang berjalan didekat Blaze. Perawat itu berhenti karena melihat Blaze kebingungan. Lalu ia menghampiri Blaze. "Permisi, apa adik tersesat?" tanya perawat itu. Blaze membalikan badannya melihat kearah perawat yang menanyainya tadi.

Ia terdiam sambil melihat kearah Perawat tadi."Um, Dik? Adik gak apa-apa?" tanya perawat itu sekali lagi. Blaze keluar dari lamunannya. "Ah maaf, Kak. Saya tersesat, Kakak bisa cariin mama saya?" tanya Blaze.

Perawat itu terdiam sambil berpikir, kasihan kan jika anak kecil tersesat di rumah sakit. Perawat itu menyetujuinya. "Tentu, kalau boleh tau bagaimana ciri-cirinya?" Blaze terdiam berusaha mengingat ingat suatu informasi, mau bagaimanapun tak banyak hal yang ia tahu. Kalaupun iya mungkin dia lupa.

❄✧.*𝔇𝔯𝔢𝔞𝔪 .*✧❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang