❄'𝙿𝚎𝚛𝚐𝚒.²⁶

58 11 0
                                    

༺𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 ❆ 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔༻

"Kakak!!" Ice langsung berlari menghampiri Blaze. "Kakak!! Maafkan Ice!! Bangun Kak!! Ayo Ice panggilkan ambulance ya!!" Dengan panik ia segera memegang pipi kakaknya yang bergelimang darah.

"Kak!!" Panik, derai air mata nyaris lolos darinya. "Uhuk- uhk-" Blaze terbatuk batuk. "Kakak!?"

"Ice-"

"Ayo kak, kita pergi dari sini ke rumah sakit." Ice terus saja meyakinkan Blaze dengan kata katanya. "Kepala kakak berdarah." Blaze meraih tangan Ice, mengenggamnya. "Tidak Ice."

"Ayo kak! Kakak masih bisa bertahan!"

"Tidak Ice. Apapun yang terjadi jaga boneka ini dengan baik, dan berjanjilah kepada ku untuk tetap bahagia walau tanpa diriku." Blaze menyerahkan boneka Ice yang berada didekapannya. "Kak, jangan bercanda. Kakak masih bisa bertahan!" Kepala Blaze tiba-tiba lunglai. Ia tak sadarkan diri.

"Kak?" panggil Ice penuh harap. Tak ada jawaban, Ice panik. "Kak!?" Ia mulai terisak, memeluk tubuh kakaknya yang berangsur-angsur dingin. "Kakak!!"

Jeritan histeris Ice diselingi oleh derai air mata miliknya. Solar dan Thorn juga turut menghampirinya. Hingga Ambulance pun tiba. Benar saja apa yang tadi dipikirkan Ice, sesuatu yang buruk akan terjadi.

༺❆༻

"Dok! Bagaimana keadaan anak saya?!" tanya Mrs Flare panik. Ia dikabari oleh Thorn perihal Blaze. "Sebentar Ibu, masih ditangani oleh pihak UGD. Ibu duduk dulu menunggu berdoa semoga anaknya baik-baik saja."

Mrs Flare sebenarnya hendak mendesak perawat tersebut, namun terhenti. Pandangannya langsung menuju ke Ice yang duduk, masih terisak. "Kau-!" Mrs Flare berseru tertahan, Mr Frost melarangnya. Ia tidak ingin memicu pertengkaran di rumah sakit.

Kondisi Ice kacau sekali. Celananya terlumuri darah milik Blaze. Raut wajauhnya sangat kusut, wajahnya pucat pasi, terlebih ia masih memegang boneka paus itu. Cocok sudah memainkan film horor.

Orang tua Ice duduk bersebrangan dengannya. Ice sama sekali tak menghiraukan kehadiran mereka. Batinnya masih meraung raung menyaksikan kejadian tadi. Apakah Blaze akan selamat? Bagaimana jika tidak? Bagaimana jadinya ia jika Blaze tidak selamat? Akankah ibunya langsung memarahinya? Atau lebih buruknya lagi out dari KK.

Solar duduk di samping Ice, masih berusaha menenangkannya. Tentu saja kejadian ini tak terduga, mereka masih bermain bersama tadinya. Lalu sekarang? Harus gelisah berada di rumah sakit. Thorn di sana, berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Blaze, bertahanlah. Jika kau memilih untuk menyerah, sungguh kau menyiksa batin adikmu sendiri."

༺❆༻

Aku terbangun dari tidurku. Rasanya aneh, badanku sama sekali tak memiliki bobot. Tunggu dulu, dimana aku? Seingatku aku masih dalam perjalanan pulang dari taman bermain bersama yang lain. Lantas mengapa aku ada di tempat ini sekarang?

"Blaze ...." Aku sontak menoleh. Seseorang menghampiriku, aku mengenal suara ini.

Mataku terbelalak melihat sosok itu. Tanpa kusadari tetes air mataku mengalir, lolos begitu saja. "N-nenek ...?" Sosok itu mengangguk, tersenyum. Aku menghambur ke arahnya, memeluknya dengan erat. Aku sungguh merindukannya. Ice juga pasti merindukannya, tapi kemana anak itu?

"Nek, kita ada dimana?" tanyaku ragu. Sosok itu tersenyum lembut, membelai suraiku. "Blaze, sepertinya belum sadar ya?" Apa? Sadar akan apa, ini mimpi? Atau benar-benar terjadi?

"Nenek, kan sudah pergi meninggalkan kalian." Benar juga, tapi ... ada sesuatu yang aneh. "Aku tahu itu, Nek. Dimana kita sekarang?" desakku.

"Kita berada di alam bawah sadarmu, Blaze." Sosok lain, datang. "K-kakek!?" pekikku bahagia. Tunggu dulu, alam bawah sadar? Aku sedang tidak sadarkan diri? Tapi bagaimana bisa.

❄✧.*𝔇𝔯𝔢𝔞𝔪 .*✧❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang