❄' 𝙺𝚊𝚔𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚒𝚔.¹²

79 14 0
                                    

༺𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 ❆ 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔༻

Blaze resmi lulus hari ini, acara pelepasan yang digelar sangatlah meriah. Acara pelepasan itu juga mengundang kabar gembira, kabar bahwa Blaze sudah diterima disekolah menengah pertama ternama. Sebab ia pernah meraih prestasi non akademik, itu memudahkannya diterima disana.

Perasaan senang bercampur aduk dengan rasa cemas. Bukan mengapa, hanya saja ia sudah tidak bisa mengawasi Ice saat disekolah. Ia khawatir jika Ice terus terusan diganggu oleh mereka.

Namun, perasaan yang campur aduk tidak hanya dirasakan oleh Blaze. Ice juga merasakannya, malahan miliknya tak kalah campur aduknya. Ia senang kakaknya lulus dari sekolah dasar. Namun, disisi lain ia juga merasakan rasa takut yang teramat sangat.

Itu karena tanpa adanya pengawasan dari kakaknya di sekolah, orang yang menganggunya akan semakin menjadi-jadi. Belum lagi jika ia harus pulang sebelum kakaknya berada di rumah, bisa-bisa ia akan selalu kena marah.

Kakak adik itu sama-sama menyender di pintu kamar yang berbeda. Blaze dikamarnya dan Ice juga ada dikamarnya. "Apa yang harus ku ekspresikan? Senang karena aku lulus atau sedih karena membiarkan adikku tanpa pengawasan?"gumam Blaze yang lama-lama merosot dan terduduk dilantai. Ia mengepalkan tangannya. Kepalanya menengadah melihat kearah jendela.

"Ekspresi apa yang harus ku kemukakan? Senang karena kakakku lulus ataukah sedih karena keselamatanku terancam?" Perlahan ia mulai merosot dari posisinya dan terduduk. Ia meraup wajahnya, dengar perlahan ia menurunkan tangannya. Melihat kearah langit melalui jendela.

"Ya Tuhan, berikanlah solusi untuk masalah kami saat ini."

༺❆༻

Dimalam yang sama, sahabat karib Ice juga diteror oleh rasa bingung yang amat sangat tinggi. Rasa bingung yang ia hadapi tidak sama seperti dengan apa yang Blaze dan Ice hadapi. Ia disuguhkan dengan kebingungan akan perubahan sikap Ice.

Sejauh ini banyak yang berubah dari Ice. Mulai dari beberapa kecurigaan yang pernah ia pikirkan beberapa waktu lalu, dan yang kini masih ia herankan. Ice sering menatap nilainya dengan tatapan kekecewaan dicampur dengan tatapan ketakutan. Sering tidak mau pulang atau bahkan sengaja menunda waktu pulangnya. Dengan sikap Ice yang mulai berubah seiring berjalannya waktu, itu mengundang kecurigaan bagi Solar. Ia ingin mengetahui apa alasannya. Namun, ia tidak memiliki hak untuk itu.

Semua kejadian itu dimulai setelah Ice mengidap penyakit asma. Ya akal sehatnya masih belum mampu memikirkan alasan berubahnya sikap Ice. Yang jelas ada sesuatu yang menyebabkan perubahan sikap pada sahabatnya itu. Ingin rasanya ia menjadi detektif untuk menguak semua itu, seperti detektif yang ia tonton ditelevisi.

"Yaahh, cepat atau lambat pasti aku akan tahu," ucapnya lalu meninggalkan balkon rumahnya.

༺❆༻

"Woahh!" Manik aqua milik Ice berbinar-binar melihat ke arah boneka paus biru yang dipajang disebuah toko boneka. "Kau mau itu?" tanya Blaze yang sadar bahwa dari tadi pandangan Ice tertuju pada boneka paus tersebut.

Ice menimang-nimang pertanyaan kakaknya, lalu menengok ke arah harga boneka paus tersebut. Ice segera menggelengkan kepala dengan cepat. "Nggak deh, mahal." Namun, pandangannya masih tertuju pada boneka itu.

Blaze juga ikut melihat harga boneka tersebut. Ia sedikit terlonjak akibat terkejut saat melihat angka yang tertera disana. Wajar jika ia kaget, sebelumnya memang ia tidak pernah mengetahui harga pasaran umum sebuah boneka. Ia kira harganya sama seperti mobil-mobilan atau anak ayam warna warni.

"Wih mahal banget," ujar Blaze. "Memang standartnya segitu," celetuk Ice. "Hah? Gimana-gimana?"

"Harga boneka memang mahal, Kak. Jadi wajar saja jika boneka itu mahal." Blaze memangut-mangut, sebenarnya ia ingin membelikan boneka itu untuk Ice. Namun, sepertinya uang tabungannya tak akan cukup untuk itu.

❄✧.*𝔇𝔯𝔢𝔞𝔪 .*✧❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang