❄' 𝙴𝚙𝚒𝚕𝚘𝚐.⁰⁰

79 12 0
                                    

༺𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 ❆ 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔༻

Tiga tahun berlalu, rasanya masih kemarin berbagai kejadian buruk menimpa mereka. Namun, ternyata mereka tetap tegar menjalaninya selama ini. Semua yang telah mereka perjuangkan, tak berakhir sia-sia. Meski memang terkadang mengajarkan mereka bagaimana rasa sakitnya kehilangan itu.

Inilah mereka, sosok kakak beradik yang telah kehilangan sosok sahabat mereka. Sosok orang yang selalu berada di samping mereka bahkan saat masih berada di bangku sekolah dasar. Keduanya sama-sama kehilangan mereka saat hendak menginjak kelulusan. Entah bagaimana takdir berjalan, tapi itulah garis yang sudah ditetapkan.

Mereka adalah, Thorn dan Solar. Genap sekarang tahun ketiga setelah kematian mendiang sahabat Solar, Ice. Juga ini memasuki tahun keenam berpulangnya mendiang Blaze, sahabat dari Thorn. Keduanya bisa berdampingan sekarang, setelah tiga tahun terpisahkan oleh alam. Beda alam maksudnya-

Keduanya berhak bebas dan bahagia. Mereka sudah tak diberatkan lagi oleh urusan dunia yang menyebalkan. Mereka akan hidup damai di alam sana.

Orangtua mereka pindah dari rumah lama yang mereka berempat huni. Setelah menemukan fakta menyakitkan tentang putri mereka selama ini, mereka tak kuat untuk bertahan di sana. Dosa mereka di rumah itu sudah terlalu banyak. Apalagi banyak sekali kenangan indah yang terus berputar selagi mereka di sana.

Mungkin itulah karma bagi mereka. Saat mendiang putrinya masih hidup, perlakuan mereka tak layak disebut sebagai kasih sayang orangtua. Kini saat putrinya telah berpulang, memori pahit terus terngiang di dalam batin mereka.

Bahkan rasanya ini sangat menyakitkan. Lebih dari apa yang mereka rasakan saat putranya berpulang kala itu. Mungkin akhirnya mereka menyadari bahwa putrinya berpulang karena ulah mereka selama ini. Andaikan saja dulu mereka lebih baik.

Ah! Itu semua hanya perandaian. Bisa gila mereka gara-gara hanya memikirkan sebuah kata 'andai'. Kata-kata itu bisa membuat orang gila bahkan tanpa membuat suatu perubahan. Andai semua ini bisa mereka hindari, andai semua ini bisa mereka lalui, andaikan dulu mereka mendengarkan putrinya- ah semua itu hanya omong kosong.

Memang ya, penyesalan itu selalu datang di akhir. Kalau datangnya di awal namanya pendaftaran.

Solar mengusap nisan milik Ice. Dirinya sudah tumbuh dewasa sekarang, paras eloknya tak pernah berubah. Hanya saja, lensa kacamatanya yang kian menebal. Seharusnya ia bisa menjaga kesehatan matanya.

Solar berpaling dari cita-cita bersamanya dengan sang sahabat. Ia lebih memilih untuk meneruskan jalan yang di tempuh ayahnya. Sebab rasanya ia tak kuasa jika harus melanjutkan cita-cita bersama itu sendirian. Memori pahit akan terus terputar begitu saja nantinya.

Sekarang ia sudah hampir menyelesaikan pendidikannya itu. Berbeda dengan Thorn yang sudah bekerja, ia meneruskan jejak sang ibunda. Thorn memiliki banyak sekali butik pakaian. Oh! Jangan lupakan juga toko bunga yang ia dirikan sendiri! Ia bersusah payah untuk itu semua.

Tokonya baru resmi dua tahun yang lalu. Ia juga membuka jasa konsultasi untuk tokonya tersebut. Jadi untuk saat ini, lumayan lah. Thorn kerjanya bisa di sambi dari rumah. Kan enak work from home.

"Apa kabar kalian di sana?" Solar menaburkan beberapa bunga di atas makam sahabatnya itu. Makam milik Ice dan Blaze memang bersebelahan. Meski jarak kematian mereka berkisar tiga tahun, tapi seolah memang Ice sudah dipersiapkan tempatnya di samping kakaknya.

Area makam terbagi atas bagian barat dan timur. Usai pemakaman Blaze enam tahun silam, entah mengapa banyak sekali yang menggunakan area timur untuk pemakaman. Sedangkan sisi barat hanya berhenti sampai makam Blaze saja. Namun, setelah itu mereka menggunakan area barat kembali setelah kematian Ice. Jadilah mereka berdampingan di sana.

❄✧.*𝔇𝔯𝔢𝔞𝔪 .*✧❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang