❄' 𝚃𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚖𝚊𝚒𝚗.²⁵

78 13 2
                                    

༺𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 ❆ 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔༻

Tahun berlalu, kini Ice telah menginjak kelas akhir di sekolahnya. Bukan lagi menginjak sebenarnya, akan tetapi sudah hampir lulus. Tinggal menunggu pengumuman ia diresmikan lulus. Maka dari itu kini ia memiliki janji dengan Solar juga dengan kakaknya.

Mereka berencana menghabiskan waktu di taman bermain, selagi diliburkan dari sekolah. Hal ini juga sekaligus melepas pikiran setelah mengikuti ujian akhir, dan refreshing bersama sebelum nanti memasuki kejenjang berikutnya. Ia sedang bersiap siap.

"Ice, kau sudah selesai?" tanya Blaze didepan kamar Ice. "Sedikit lagi!" sahut Ice dari kamar. Ia menyelesaikan ikatan rambutnya kemudian keluar. "Nah sudah!" Ia beranjak keluar kamar.

"Jangan lupa bawa bonekamu." Ice bingung. "Eh kenapa?" tanya Ice bingung. Mereka hendak jalan-jalan bukan? Tidak hendak berkemah di tenda penuh boneka?

"Sekalian kita cuci." Ia mengangguk lalu membawa boneka yang dimaksud oleh Blaze. "Oh baiklah!"

Kemudian mereka turun kebawah dan langsung menuju dapur. "Mama, Blaze dan Ice mau ke taman bermain yaa." Blaze pamit kepada ibundanya yang berada di dapur. "Iya Nak, Hati-hati!"

༺❆༻

"Nah sampai juga akhirnya mereka." Begitulah ucap Thorn ketika melihat sosok kakak adik menuju kearahnya. Tak lama setelahnya Solar langsung menyambar bahu Ice. "Ya ampun Ice, aku menunggumu sampai lumutan!" Ice terkekeh renyah. Sudah terbiasa mendapatkan perlakuan ini dari Solar.

"Heleh, yang benar itu aku. Nungguin dandanmu sampai lumutan." Mendengar sahutan dari kakaknya, Solar menjadi agak risih. "Ya kan emang waktunya segitu, itupun juga sudah singkat."

"Noh lihat, Ice nggak pake make up juga tetap cantik." Memuncak sudah emosi Solar. "Ck!" Blaze dangan bijak langsung mengakhiri perdebatan antara kakak adik ini. "Hei sudah! Ayo kita berangkat!" Sebelum adu mulut antara keduanya menghancurkan rencana spesial kali ini.

Keduanya saling buang muka lalu berangkat menuju taman hiburan. Sedangkan Blaze dan Ice hanya geleng-geleng kepala. Dibanding dengan mereka pertengkaran Thorn dan Solar memang kerap terjadi. Namun, lebih sering lagi antara Blaze dan Solar.

Ya, keduanya ini memang keras kepala setiap berdebat pasti tidak akan ada yang mau kalah. Berbeda jika disandingkan dengan Ice. Debat Ice sangat manjur untuk menghentikan pembicaraan, juga untuk membungkam.

Selang beberapa menit, mereka tiba di tempat di mana Blaze membelikan Ice boneka. Ice bergegas masuk, sedangkan yang lainnya menunggu di bangku taman sebelah selatan. "Tante saya mau laundry boneka!" Dengan girang Ice menyapa penjaga kasir disana. "Eh Ice, lama nggak kesini. Sekalinya kesini sudah besar, makin cantik pokoknya!"

"Tante bisa aja, saya titip dulu ya Tan, mau ke taman dulu." Ice menaruh bonekanya dimeja lalu memberikan beberapa lembar uang disebelahnya. "Oke siap, jangan lupa oleh-olehnya, ya!"

"Hahahaha siap!"

༺❆༻

"Ice ayo naik komedi putar!" ajak Solar, ia menarik tangan Ice. Namun, Ice melepaskannya. "Nggak mau, aku maunya yang mainnya santai tapi seru. Sama mau jajan." Solar menyangkal pendapat Ice. "Aih mana ada!"

"Ada, tuh kapal-kapalan, bianglala, tembak-tembakan." Solar bungkam seketika. "A- iya juga."

"Mau main tembak-tembakan?" tanya Thorn pada Blaze. "Yang kalah traktir-"

"Es krim!"

Niat hati ingin meminta sesuatu tapi terpotong oleh permintaan adiknya sendiri. "Pilek nanti." Ice berusaha menyangkalnya. "Kan obatnya es krim."

❄✧.*𝔇𝔯𝔢𝔞𝔪 .*✧❄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang