l i m a

3.2K 197 10
                                    

Ara berjalan di koridor dengan menghilangkan raut dinginnya, gadis itu tak mempedulikan lagi komentar para siswa Lentera High School. Dengan percaya diri gadis itu terus berjalan menuju kelas tanpa menghiraukan tatapan siswi yang kebanyakan menatapnya sinis.

"Ara!" Gadis itu menghentikan langkah dan menoleh saat sebuah suara mengintrupsinya.

Dilihatnya Airin berjalan menuju kearahnya sembari menebarkan senyum manisnya. Ara balik tersenyum dan segera mengajaknya melanjutkan langkah menuju kelas begitu Airin tiba didekatnya.

"Berangkat sama siapa, Ra?" Airin bertanya memandang teman barunya sembari memperhatikan langkah mereka.

"Abang gue," jawabnya singkat sambil tersenyum masam.

"Oh, lo punya abang?" Tanya Airin penasaran.

Ara mengangguk, "lo punya kakak?" tanya gadis itu karena merasa tak enak jika Airin yang terus memulai obrolan.

Airin menggeleng, "enggak. Gue cuma punya adek satu dan nyebelin banget."

"Gue selalu pengin punya adek," Ara berujar membuat Airin bergidik ngeri.

"Lo bakal nyesel ngomong gitu kalo lo tau gimana kelakuan adek gue. Nih ya, setiap ada temen yang main ke rumah gue, masa iya tuh adik gue caper banget."

Ara terkekeh. Ia jadi mengingat Elina, salah satu teman terdekatnya di Jakarta dulu. Elina memang memiliki satu adik dan tentunya gadis itu selalu mengeluhkan kelakuan adiknya pada Ara atau bahkan Ara sering melihat kelakuan annoying adiknya Elina saat ia main kerumah temannya itu.

Ah, mengingat Elina, gadis itu jadi rindu Jakarta.

"Ra, jangan melamun woi!" Airin mengguncang tubuh Ara membuat gadis itu tersadar, "gue kan lagi cerita!" lanjutnya membuat Ara meringis tidak enak.

"Maaf ya, tiba-tiba gue keinget temen gue yang di Jakarta."

"Iya santai, yaudah gue masuk kelas dulu." Airin berpamitan ketika mereka ternyata telah sampai di depan kelas XI-IPS 3.

Ara mengangguk, kemudian gadis itu berjalan menuju kelasnya. Ara berdecak saat melihat Nakula telah duduk nyaman di bangku yang biasa di duduki lelaki itu, tepatnya disebelah Ara.

"Ngapain lo duduk sini?" Ara berdecak sambil menatap Nakula sebal. Gadis itu masih berdiri di depan bangkunya.

"Emang ada larangan gue duduk disini?"

"Selama dua bulan ini, gue yang menghuni bangku ini. Jadi, lo gak boleh duduk disini karena gue lebih suka duduk sendiri." Nakula berujar membuat Ara menghela napasnya kasar karena terlalu sebal.

Nakula memang pandai sekali menyulut emosi Ara.

"Cuma ni bangku yang tersisa disini. Jadi, kalo lo mau protes, lo bisa protes ke guru, jangan malah ke gue!" Ara duduk lalu mengambil earphone untuk dipasang di telinganya, mengabaikan Nakula yang kini masih mendengus dan menyumpah serapahi teman sebangkunya itu.

"Apaan sih?!" Ara menatap garang wajah Nakula saat lelaki itu menarik earphonenya.

"Udah ngerjain PR?" Gadis itu mengangguk.

"Sebagai bayaran karena gue ngebolehin lo duduk disini, gue nyontek PR lo. Mana sini?!" Ara mengumpat, tapi tetap memberikan buku ekonomi miliknya lalu ia serahkan pada Nakula yang kini sumringah.

"Ada gunanya juga lo jadi temen sebangku gue."

Ara hanya mendengus. Gadis itu mengambil ponsel di sakunya, membuka instagram dan dibuat gagal move on lagi oleh mantan pacar virtualnya karena semalam lelaki itu membuat snapgram disebuah cafe bersama satu lelaki dan satu perempuan.

Ara jadi berpikir, apa perempuan dalam snapgram mantan pacar virtualnya adalah pacar lelaki itu yang sekarang? Atau mungkinkah mereka hanya sebatas teman? Entahlah, memikirkannya membuat Ara pusing.

"Bukannya itu Dewa, ya?" Ara menoleh saat Nakula berujar saat melihat layar ponsel teman sebangkunya yang menampilkan foto Dewa. Dan Dewa adalah mantan pacar virtual Ara.

Gadis itu memincingkan matanya, "lo kenal Dewa?" Pertanyaan Ara sontak membuat Nakula tertawa.

"Ya jelaslah. Dewa satu geng sama gue." Jawab lelaki itu, Ara menatap Nakula dengan kaget.

"De-dewa, apa?"

"Dewa satu geng sama gue." Ujarnya membuat Ara syok.

Gadis itu kira, Dewa anak baik-baik. Bukan berarti anak geng motor tidak baik. Hanya saja, kebanyakan orang berpikir bahwa geng motor itu sekumpulan anak yang tidak baik. Selama mereka berpacaran dan sering melakukan telpon atau video call, backround yang selalu lelaki itu tampilkan nampak seperti sebuah kamar dan tentunya juga ada sebuah kasur, kadang lelaki itu bahkan sering rebahan sambil video call.

"Lo kenapa kaget gitu?" Nakula bertanya karena heran melihat raut kaget dari teman sebangkunya, "lo kenal Dewa?" Lanjutnya membuat Ara membelalakkan matanya.

"Enggak!" Jawabnya cepat membuat Nakula curiga.

Gadis itu terlalu malu bila ada yang tahu bahwa dirinya pernah berpacaran secara virtual. Ara tidak siap bila ada yang mencercanya. Hanya lewat virtual saja dirinya mudah diluluhkan. Hanya lewat ketikan saja hatinya sudah baper. Intinya, gadis itu tidak ingin ada yang tahu bahwa dirinya pernah menjalin hubungan dengan seseorang secara virtual, apalagi pacarnya dulu adalah Dewa. Lelaki yang dikenal oleh teman sebangkunya.

°°°

a/n : yasih tp kan gpp ra. Virtual relationship bukan aib. yaks maap bgt baru update! Lupa hahhaa. ini edisi nyoba kuota baru setelah sekian bulan gk pernah beli kuota haha. syg aja udh pke wifi segala beli kuota. cuma bingung aja klo keluar rumah bawa hp, pasti klo g buka wa y buka wp! Hahaha. Ada yg sama?

selamat malam menjelang pagi!!!🍭 Vote dan komen.  luv u <3

  luv u <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arayo

Nakula ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nakula ku

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang