e m p a t b e l a s

2K 122 4
                                    

Pagi ini mereka tak sengaja bertemu di persimpangan antara tempat parkir dan gerbang sekolah. Ara memandang lelaki itu dengan khawatir saat dilihatnya wajah itu babak belur.

"Muka lo kok jelek banget sih?!" Ara bertanya dengan khawatir, tangannya tanpa sadar menangkupkan wajah lelaki itu kemudian dibawa ke kanan dan kiri membuat lelaki itu tertawa.

"Gue gak papa, udah biasa muka gue gini." Jawab lelaki itu santai sambil tersenyum menatap mantannya.

Ara tersadar, dengan cepat melepas tangannya kemudian membuka tas ranselnya lalu memberikan sekotak bekal berisi nasi goreng buatannya.

"Buat lo, makasih udah nganterin pulang."

Lelaki itu tersenyum memandang Ara bergantian dengan bekal yang telah berpindah tangan.

"Makasih loh. Ini buatnya pake cinta gak?" Tanya lelaki itu jahil.

"Gak!" Jawabnya cepat kemudian berjalan meninggalkan Dewa yang tertawa.

Lelaki itu tersadar dan segera melangkah menuju kelasnya. Dewa duduk disamping Joshua, siswa terpintar dikelas XI IPS-1. Sebenarnya Dewa juga heran mengapa dirinya ditempatkan di kelas XI IPS-1 yang rata-rata pintar sedangkan kakaknya yang lebih pintar darinya malah nyasar di XI IPS-4.

"Wih, bawa apaan tuh?" Jun bertanya saat menghadap Dewa yang kini tersenyum menatap bekal pemberian Ara.

"Bekal."

"Muka bonyok masih aja senyum, timbang dikasih bekal doang. Murahan lo!" Daniel berujar membuat Dewa berdecak.

"Gue sumpahin lo bakal lebih bucin dari gue!" Dewa berujar santai lalu membuka bekal pemberian Ara.

Nasi goreng beraroma menggoda itu membuat Dewa tersenyum lalu segera Menyicipi nasi goreng buatan Ara. "Em, enak." Ujarnya membuat fokus Joshua yang sedang membaca buku buyar lalu menoleh menatap teman sebangkunya.

"Tumben lo bawa bekal." Komentarnya membuat Dewa berdecak.

"Dikasih doi,"

Vernon berjalan mendekati bangku Dewa, "gue mau nyicip dong, Wa!" Ujarnya yang langsung mendapatkan pukulan sendok dikepalanya.

"Gak! Ini tuh buatan doi tercinta, lo minta buatin doi lo aja!" Dewa berujar cuek kemudian melanjutkan makannya yang tertunda karena ucapan Vernon.

"Selamat pagi," guru ekonomi memasuki kelas membuat Dewa berdecak karena makanan pemberian Ara belum habis. Persetan dengan guru, Dewa tetap makan dengan khidmat hingga Joshua menyikut lengan teman sebangkunya.

"Apa?" Dewa berujar dengan mulut penuh.

"Enak banget makannya, Dewa. Temennya gak dibagi?" Bu Lusi, guru ekonomi itu berujar saat mendapati Dewa makan dalam kelas disaat pelajarannya berlangsung.

"Iyalah, bikinan doi nih." Ujarnya bangga tanpa tahu bahwa yang bertanya adalah gurunya.

"Lari keliling lapangan sepuluh kali, biar sehat dan makanan dalam perut kamu gak jadi lemak. SEKARANG DEWA!"

Nasi goreng suapan terakhirnya berakhir muncrat dimeja lelaki itu saat mendengar ucapan bu Lusi dan membuat guru itu jijik sembari memandangnya. "BERSIHKAN DULU SEBELUM KAMU LARI!" Teriaknya membuat Dewa berdecak.

°°°

"Adek lo keknya demen banget dikasih hukuman, Nak." William berujar pada Nakula yang sedang memainkan ponsel.

Lelaki itu mengalihkan pandangan menatap Willy, "emang kenapa lagi?"

"Kata si Vernon, Dewa makan di jam pelajarannya bu Lusi. Ya jelas dihukumlah." Mendengar penjelasan Dimas membuat Ara yang kebetulan ada disamping Nakula langsung menegakkan punggungnya.

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang