d u a

3.9K 209 3
                                    

Ara menampakkan wajah dinginnya membuat beberapa orang yang baru melihatnya langsung memberi jalan karena wajah seramnya. Gadis itu langsung melangkah menuju kelas XI IPS-4 tanpa perlu ke ruang kepala sekolah.

Begitu tiba di ambang pintu kelas, berbagai macam tatapan langsung menyambut kedatangan Ara. Gadis itu mengumpat dalam hati kemudian melangkah masuk ke dalam kelas dan mengabaikan tatapan teman sekelasnya.

"Itu anak baru?" Ara mendengar seorang gadis bertanya saat gadis itu melewati bangku mereka.

"Iya kayaknya, tapi judes banget anjir. Baru pertama berangkat aja udah begitu, gimana mau punya teman."

Persetan dengan teman, Ara membatin saat dia mendengar sahutan gadis yang tadi bertanya.

Ara duduk dibangku paling akhir, tepatnya di pojok kelas sebelah kanan. Gadis itu benar-benar tak mempedulikan tatapan para teman yang akan menjadi teman sekelasnya.

Mengambil novel dalam tasnya kemudian memasang earphone miliknya dan mulai fokus membaca adalah cara Ara untuk mengabaikan tatapan yang semakin menghujaninya.

"Ngapain lo duduk disini?"

Ara yang memang memakai earphone dengan suara pelan langsung menoleh begitu suara seseorang terdengar oleh indra pendengarannya.

Dilihatnya lelaki berwajah menyebalkan terkesan badboy namun sialnya tampan dengan hidung mancung dan alis tebal serta mata yang menatapnya tajam mampu membuat gadis itu terpesona sebentar sebelum akhirnya mendengus keras.

"Emang ada larangan gue gak boleh duduk disini?" Ara balik bertanya membuat lelaki bertindik ditelinganya itu menyeringai.

Ara yang sejak tadi menjadi pusat perhatian kini semakin menyita perhatian ditambah kehadiran lelaki menyebalkan di dekat bangkunya ini.

"Lo gak tahu siapa gue?"

Satu alis Ara berhasil terangkat begitu mendengar pertanyaan lelaki itu. Memangnya lelaki itu seterkenal apa hingga harus membuat Ara mengenalnya?

"Lo bukan artis, jadi gak usah sok terkenal."

Jawaban Ara sontak mengundang pekikan para siswi di kelas mereka. Ara berharap drama ini segera selesai. Jujur saja, ini hari pertama gadis itu bersekolah dan Ara belum ingin membuat masalah.

"Wah parah lo, emang—"

"Selamat pagi anak-anak." Ucapan lelaki itu terpotong oleh guru muda tampan yang nampak menawan dengan rambut rapi memasuki kelas mereka. 

Seluruh siswa dalam kelas sontak membalas sapaan guru muda tampan secara bersamaan.

"Nakula, ngapain kamu masih berdiri? Duduk!" Lelaki bertindik itu berdecak, kemudian duduk disamping Ara yang kini mendengus keras. "Dan segera lepas antingmu itu! Kamu mau sekolah atau jadi preman?" Lanjutnya membuat Nakula berdecak keras hingga membuat Ara mendengus.

Kenapa dirinya harus satu kelas bahkan satu bangku dengan lelaki urakan sok badboy seperti Nakula ini?

°°°

Hari pertama berada di sekolah baru Ara merasa sial karena tak memiliki teman. Gadis itu menyesal kala menampilkan raut dinginnya saat masih pagi. Tadi setelah perkenalan di depan kelas bahkan saat para siswa diberi kesempatan untuk bertanya, semua diam tak ada yang bersuara pertanda tak ada pertanyaan yang ingin mereka tanyakan.

Sebenarnya ada untungnya juga Ara tak ditanya, tapi gadis itu justru merasa kalau hadirnya dikelas ini seperti tak diinginkan.

Ara melangkah keluar kelas, gadis itu berniat menuju kantin tapi malah nyasar ke perpustakaan.

Akhirnya Ara mengubah niatnya untuk berkunjung ke perpustakaan daripada harus mencari kantin yang belum tahu letaknya.

"Lo murid baru ya?" Ara yang sedang memilih buku menoleh begitu mendengar suara asing masuk kedalam indra pendengarannya.

"Iya." Jawabnya singkat membuat gadis yang berusaha mengajaknya ngobrol hanya tersenyum. 

"Nama gue Veronica Airin. Biasa dipanggil Airin." Gadis itu mengulurkan tangannya, mengajak berkenalan membuat Ara balas menjabat tangan gadis itu.

"Arabella."

Airin tersenyum kepada Ara yang dibalas oleh gadis itu. Dia kira dirinya tak akan mempunyai teman perkara wajahnya yang saat pagi menampilkan raut dingin tak tersentuhnya.

"Lo gak ke kantin?" Tanya Airin membuat Ara yang sedang membuka buku yang dianggapnya menarik sontak menoleh.

"Tadinya mau ke kantin, tapi gue malah nyasar kesini."

Airin manggut-manggut. "Btw, lo kenapa pindah sekolah?" Tanya gadis lagi membuat Ara berdecak dalam hati.

Niatnya ingin membaca jadi tidak fokus kalau ditanyai terus-terusan.

"Adalah, masalah keluarga," jawaban Ara membuat Airin paham bahwa gadis itu seakan menghindari pertanyaan yang bersifat menganggu privasinya.

"Lo kelas berapa?" Ara melontarkan pertanyaan itu membuat Airin tersenyum, karena sejak tadi memang hanya Airin yang berusaha membuka obrolan.

"Gue kelas XI IPS-3, lo IPS-4 kan?"

Ara mengangguk. "Kelas kita deketan berarti."

"Besok kalo mau ke kantin, bilang aja."

Ara menatap gadis itu sambil tersenyum, "okey."

Keduanya mulai membicarakan banyak hal dengan suara super kecil tentunya, mengingat mereka sedang berada di perpustakaan.

°°°

a/n : huhu, ini masih awal.

Ara mwehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara mwehehe

Si Airin ni guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Airin ni guys

Balik lagi, cast-nya terserah kalian ajaaa...

Jangan lupa follow akun ig ku, biar tau info lebih lanjut dan spoiler-spoiler cerita ini! (at)akucitraa_ yuk bisa yuk! Nanti aku follback bagi yang udah kasih review cerita ini di dm ig! Okey makasi ya kuawan ku!

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang