d u a p u l u h e m p a t

1.3K 94 4
                                    

Pintu kamar Dewa terbuka, menampilkan wajah Nakula yang kini berjalan menuju ranjang tempatnya berbaring.

"Lo jadi ikut kan?"

Nakula memastikan bahwa adiknya bergabung dengannya atau tidak, akhirnya mau gak mau, dia gabung, karena udah lama juga mereka tidak kumpul bareng.

"Jam delapan, kan? Gue ke rumah Ara, deh, bentar." Kata Dewa membuat wajahnya tertutup oleh bantal, pelakunya jelas Nakula yang mulai gedeg dengan kelakuan adiknya yang apa-apa serba Ara.

Nakula mendengus. "Ini udah jam setengah delapan, tolol."

"Kan masih ada setengah jam. Sabi lah."

Lelaki itu bangkit dari kasur meninggalkan Nakula yang kini mengumpat kasar.

Diatas motor, lelaki itu kembali menghidupkan ponselnya, Ara belum juga membalas pesan sejak siang tadi. Jadi, lelaki itu memutuskan untuk mengechatnya lagi.

Sadewa Alexander
P|
P|
P|
P|
P|
P|
Ra|
Woe|
Babe|
Elah|

Dewa nyengir, lelaki itu berpikir pasti Ara sedang mengumpat kala melihat gadis itu kini tengah membaca pesannya.

My Sunny
|Spam ajg
|Apaan sih?

Lelaki itu tersenyum. Bukan Ara namanya kalau tidak ngegas.

Sadewa Alexander
Lg dimana?|

My sunny
|Rumah

Lelaki itu tersenyum kemudian segera menjalankan motor kuning kesayangannya meluncur menuju ke kediamam Ara. Setelah berhasil membuka pagar dan memarkirkan motornya, lelaki itu berjalan menuju pintu, mengetuk sebentar kemudian masuk ketika melihat gadis itu membukakan pintu untuknya.

"Lagi ngapain?" Dewa bertanya ketika melihat dengan jelas bahwa gadis itu sedang menonton serial Netflix sambil makan spaghetti.

"Lo gak liat gue lagi apa?" Jawaban Ara sontak membuat tawa Dewa menguar.

Ara mendengus, kembali memasukkan gulungan spaghetti kedalam mulutnya.  "Ngapain kesini? Minggat sana kalo lo gak ada kepentingan. Ngerecokim gue aja." Ucapnya ketika isi didalam mulutnya telah tertelan.

"Aku ada kepentingan, ya," jawab Dewa kini menegakkan punggungnya. "Aku diajak anak-anak ke Southbank."

"Oke, terus?"

"Aku boleh mabuk, gak?"

Ara mendengus, "tumben pamitan?"

Dewa mengangkat kepala. "Hah? Oh, ya enggak apa-apa. Siapa tau kamu gak ngebolehin?"

"Boleh, kok."

Lelaki itu tersenyum, mendadak senyumnya luntur kala mendengar kalimat gadis itu setelahnya.

"Udah, kan? Yaudah sono!"

Dewa mendengus. "Ngusir ceritanya?"

"Bukan ceritanya lagi, ngusir beneran gue. Sana!"

Dewa memasang wajah cemberut ketika Ara mendadak menatapnya. "Dih, apaan sih? Gak usah sok cemberut gitu!"

"Tiap kamu cemberut, aku selalu punya cara biar kamu senyum. Tapi kok giliran aku yang cemberut enggak digituin ya?"

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang