d u a p u l u h s a t u

1.4K 98 0
                                    

Gadis itu berjalan memasuki sebuah mini market dekat rumahnya. Menyusuri rak-rak penuh makanan ringan yang akan memanjakan mulutnya saat menonton drama korea.

Mulutnya bersenandung sembari mengambil beberapa ciki pedas serta berjalan menuju rak penuh berbagai macam mie. Tangannya lihai mengambil beberapa mie aceh kesukaannya dan memasukkannya kedalam keranjang yang sudah diambilnya dekat meja kasir.

"Ara,"

Gadis itu berbalik. Menatap lelaki dengan tampang terkejut. Tidak akan mengira bahwa mereka akan bertemu secara tidak sengaja disebuah mini market dekat rumahnya. Tidak heran juga, karena rumah keduanya memang hanya berbeda komplek.

Ara mendengus begitu melihat wajah lelaki itu.

"Ngapain lo disini?"

Lelaki itu berdecak, "ya, beli lah, masa gue mau nyolong!" Jawabnya sengit kemudian mengambil sebuah saos spaghetti yang berada tepat didepan Ara.

Gadis itu mendengus begitu mendengar jawaban Nakula.

Iya, lelaki yang memanggilnya adalah Nakula, kakaknya Dewa dan sialnya masih menjadi teman sebangku Ara.

"Gue duluan."

Ara berdecih, tidak mempedulikan kepergian Nakula. Gadis itu kembali fokus berjalan kemudian mengambil beberapa bir kalengan dan memasukkannya kedalam keranjang miliknya.

"Ngapain kamu beli begituan?"

Ara berbalik, matanya memandang lelaki itu dengan kerutan di dahi. Setelah kakaknya, kini adiknya juga berkunjung ke mini market?

"Suka-suka gue lah." Ujarnya kemudian berdecak saat lelaki itu juga ikut mengambil bir berbagai macam merk kedalam keranjangnya.

"Ambil keranjang sendiri kek!" Ucapnya kemudian berjalan menuju rak yang penuh dengan berbagai macam mie.

"Ngapain lo ngintilin gue?"

Ara menatap Dewa yang mengikutinya.

"Aku niatnya mau kerumah kamu, karena gak tau mau bawa apa, akhirnya aku mampir ke minimarket."

Ara memandang lelaki itu heran.

"Ngapain kerumah gue?"

"Aku cuma mau ketemu sama bang Jenar, sekalian ngapelin kamu juga sih."

Ara berdecak. Memandang lelaki itu dengan sinis. "Ngapain segala nemuin bang Je?"

"Emang gak boleh?" Dewa bertanya sembari mengambil alih keranjang Ara setelah gadis itu memasukkan seluruh belanjaannya kemudian berjalan menuju kasir, "biar aku yang bayar." Lanjutnya membuat Ara menatap kesal lelaki itu.

"Gue punya duit, Dewa!"

"Gak apa-apa, Ara. Sekalian."

Keduanya masih berdebat hingga suara kasir menyadarkan mereka. "Totalnya dua ratus dua puluh dua lima ratus."

Dewa dengan gesit memberikan tiga lembar uang seratus ribu kepada kasir membuat Ara berdecak.

"Bangke banget sih lo!"

Kali ini, entah kenapa Ara tidak menyukai belanjaannya dibayarkan oleh Dewa. Gadis itu berpikir bahwa jika saja tidak bertemu dengan Dewa pasti uangnya akan terpakai, lagi pula Ara tidak enak jika harus dibayari oleh lelaki itu.

"Terimakasih." Ucap kasir tersebut kemudian menyerahkan plastik belanjaan pada Dewa.

Lelaki itu dengan sigap membawa plastik berisi belanjaan mereka. "Udah, ayo! Jangan cemberut terus." Ujarnya begitu melihat wajah Ara yang tertekuk.

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang