d e l a p a n

2.7K 179 1
                                    

Edgar berlari dari kamar menuju dapur, pria itu baru selesai mandi bahkan masih mengenakan bathrobe dan mendengar suara ribut-ribut dari arah dapur.

"Loh, kamu kok udah pulang sih?!" Edgar berujar kaget saat melihat istrinya sudah dirumah padahal persiapan belum selesai, "aku kan udah bilang, pulang minimal jam delapan." lanjut Edgar membuat istrinya cemberut.

"Jadi kamu gak seneng aku pulang cepet?" Monalisa berujar manja membuat Edgar gemas dibuatnya.

"Bukan gitu, sayang. Aduh udah deh. Pokoknya kamu duduk di meja makan. Nakula, Sadewa, letakkan semua makanan yang udah om dan Nathan masak di meja makan," Edgar memerintah keponakannya itu, "aku ganti baju dulu. Untuk Nathan, kamu siapin kue-nya." lanjutnya kemudian berjalan menuju kamar untuk berganti baju.

Nakula, Sadewa serta Nathan segera melakukan apa yang Edgar perintahkan, sementara Mona hanya duduk sambil memandang anak serta kedua keponakannya.

"Tante nggak nyangka kalian mau bantuin om buat memeriahkan acara ini." Mona berujar pada kedua ponakannya yang sibuk menata meja makan.

"Om Edgar udah kita anggap ayah sendiri, jadi gak mungkin kita gak nurut sama dia." Nakula berujar, meski lelaki itu bertampang sekaligus berkelakuan badboy, namun perintah dari Edgar tak bisa ia abaikan begitu saja.

Edgar begitu berjasa dalam hidup keduanya. Tanpa Edgar, entah apa jadinya Nakula dan Sadewa karena jelas keluarga dari ayahnya yang berada di California tidak akan mau mengurusi keduanya. Dan Edgar adalah adik dari ibu dari Nakula sekaligus Sadewa. Sebenarnya dulu keduanya sempat diurus oleh nenek mereka, namun karena nenek sudah sakit-sakitan akhirnya Edgar yang mengasuh mereka saat masih masih bujang.

"Tapi kenapa kalian masih gak mau manggil kita mama papa aja?" Mona memang sudah berkali-kali menyuruh keponakannya memanggil dirinya mama serta Edgar dengan sebutan papa, namun keduanya selalu menolak.

"Gak deh, nanti anak kalian kebanyakan." Kini Dewa yang berujar. Mona memang memiliki anak kembar bernama Nathalie yang merupakan kembaran Nathan. Serta Nicolas Saputra anak berusia empat tahun adalah anak dari Edgar dan Mona.

"Nico sama Nathalie kok gak keliatan sih, ma?" Nathan bertanya karena lelaki sama sekali tidak melihat kehadiran kedua adiknya, padahal keduanya harusnya menghandle Mona agar tidak pulang sebelum pukul delapan.

"Tadi kita gak sengaja ketemu pacar Nathalie di mall dan Nathalie pengin ngintil pacarnya, jadi mama ijinin. Terus waktu Nathalie mau pergi, Nico nangis pengin ikut mereka." Curhat Mona membuat Edgar melongo. Bagaimana bisa istrinya membiarkan anak bungsunya dijaga oleh Nathalie yang hobi membuat nangis adiknya?

"Kamu biarin Nathalie sama pacarnya bawa Nicolas pergi gitu aja?" Edgar bertanya pada istrinya. Karena kelakuan Nathalie saat dirumah saja selalu meledek Nicolas disetiap kesempatan. Gadis itu tak akan berhenti sebelum Nicolas menangis.

Edgar tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Nicolas ditangan Nathalie.

"Iya, tenang aja. Tadi Nico nurut banget sama pacarnya Nathalie. Mama lupa namanya."

Edgar menghembuskan napas lega. Setidaknya ada pacar Nathalie yang bisa menjaga Nico si anak kandungnya. Meski begitu, Edgar tetap menyayangi anak kembar Mona dengan pria lain dan tentunya begitu menyayangi kedua keponakannya.

"Ya udah kita mulai aja makan malamnya." Edgar berujar membuat semuanya patuh dan segera duduk di kursi masing-masing.

Mereka semua menikmati makan malam yang dibuat hingga sebuah keributan dari luar rumah menghentikan aktivitas makan mereka. Berjalan bersamaan menuju keluar untuk mengetahui apa yang terjadi.

Disana, di depan mobil sebuah lelaki berwajah tampan yang menggendong anak berusia empat tahun yang menangis akibat ulah gadis yang kini tertawa.

"NATHALIE!"

Gadis itu sontak menghentikan tawanya lalu berbalik, menoleh pada sumber suara. Dilihatnya sang ayah yang kini mendelik tajam dan berjalan menghampirinya.

"Berkali-kali papa bilang, jangan meledek adikmu terus. Tanamkan kasih sayang biar nanti ketika tumbuh besar, adikmu tidak membencimu." Edgar berujar lembut pada anaknya sembari mengelus kepala anak gadisnya.

"Paham?" Lanjutnya sambil menatap lembut Nathalie.

Gadis itu mendongak, sejak tadi Nathalie memang menunduk karena takut dimarahi. "Paham, pa." Gumamnya lalu segera memeluk ayah tirinya.

Nathalie tahu, meskipun Edgar adalah ayah tirinya, tapi kasih sayang yang pria itu berikan padanya serta saudara kembarnya, Nathan selalu membuatnya nyaman dan merasakan sosok ayah yang selalu ia harapkan kehadirannya.

"Ya sudah, ayo masuk dan makan malam bersama. Ajak pacarmu juga!" Edgar hendak pergi namun sebuah suara mengintrupsinya.

"Gak usah, om. Saya hanya mengantarkan Nathalie saja." Lelaki itu berujar pada Edgar.

"Dasar gak tau diri. Udah ditawarin malah nolak." Bukan Edgar yang berbicara, melainkan Nakula yang sejak tadi hanya memperhatikan.

"Pedas seperti biasanya," Sadewa berkomentar pada Nakula yang hanya menatapnya datar, "gak usah didengerin omongan dia. Ayo masuk dulu! Atau gue hajar lo sekarang juga." Sadewa mengancam pacar Nathalie yang kini meneguk ludahnya.

"Abang! Jangan galak-galak sama pacar gue!"

Nakula dan Sadewa mendengus. Sadewa berjalan menghampiri Nathalie yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. "Cepat masuk dan suruh pacar lo ikut makan!" Perintahnya membuat Nathalie mengangguk cepat. Jika nada yang dikeluarkan Sadewa sudah datar dan dingin seperti itu, yang bisa dilakukan Nathalie hanyalah menurut.

"I-iya."

Virtual Relationship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang